Part 31
Selamat membaca!
Hope u like it!
***
"Franda?" ujar Keanno sedikit bingung, pasalnya dirinya tidak pernah memberitahu kalau ia sedang dirawat di rumah sakit.
Perempuan bernama Franda itu nampak kikuk, "Hai."
Tasya melongo sebentar sesaat kemudian ia tersadar karena Franda sudah menjulurkan tangannya, hendak berkenalan. "Lo Tasya ya?"
Tasya menerima uluran tangan itu, "Iya, lo Franda?"
Franda lantas melerai tangannya dan tersenyum seulas, "Iya."
"Sorry, gue ganggu nggak sih?"
"Nggak kok," jawab Tasya cepat.
Sebenarnya ini bukan kali pertamanya Tasya bertemu dengan Franda, hanya saja ia memang takjub dengan wajah cantik dan gayanya yang begitu wow.
Kenapa Franda nggak nyari cowok lagi ya?
Daripada terlihat seperti orang linglung, Tasya kini memilih bergabung dengan Niara yang sama takjub dengan dirinya.
"Gila cantik amat."
"Emang," Tasya melanjutkan, "Gile ye."
"Awas lo ya minder."
"Udah."
Tidak jauh berapa centi dari sofa rumah sakit, Tasya mengamati Franda dan Keanno berbincang-bincang ramah. Tak jarang pula Franda memamerkan sederet giginya.
Huh!
"Caper ngga sih?" Bisik Tasya kecil pada Niara.
Niara kemudian memperhatikan keduanya, lantas melihat kearah Tasya. "Kerjaan cewek cantik 'kan emang gitu? Tebar pesona sana-sini?"
"Di demo orang cantik lo, menyamaratakan gitu!"
"Kecuali.." ujar Niara menggantung.
"Siapa?"
"Gue."
Tasya mendengus enek mendengarnya, "Lo kalo jadi Keanno mau nggak pacaran sama Franda?"
"Lo serius nanya kayak gitu ke gue?" Niara menatap serius padanya, "Lo pasti bisa jawab sendiri lah."
Tasya terdiam sejenak. Pertanyaan macam apa itu, kalau Tasya jadi cowok juga pasti mau berpacaran dengan Franda. Ini dia malah nanya ke temannya padahal dirinya sendiri sudah tau jawabannya.
"Lo pasti mikir yang nggak-nggak ya?" Niara menebak-nebak.
"Yaiyalah, pake nanya lagi lo."
"Yaudah sih, santai aja." Niara membuang napasnya pelan. "Cowok tuh suka punya penilaian sendiri. Mending lo tanya langsung ke Keanno?"
"Iya juga sih."
"Yaudah jangan kebanyakan mikir," ada jeda. "Gue aneh deh sama lo, kerjannya kalau nggak bengong, ya mikir."
Tasya mendesah nafas, "Ya gimana lagi, passion gue kayaknya itu."
Niara terkekeh, "Pokoknya lo harus tanya sama Keanno, masa nanti gue bucin lo malah jomblo."
"Hus! Mulut lo ya!"
Niara malah balas kekehan lagi. Entah menit ke berapa, Nando kembali ke ruangan Keanno. Lantas ketiganya bercanda gurau seakan mereka teman lama yang baru bertemu.
Tasya dan Niara? Hanya bengong atau sesekali berbicara apa saja atau ngalor-ngidul. Lain hal dengan Tasya, Niara kini sudah menyiratkan wajah sebalnya mungkin karena takut Nando terjerat pesona si Franda.
"Kena lo!"
"Cowok gue mah setia," ucap Niara yang sudah tau maksud arah pembicaraan Tasya.
Tasya mendengus, "Yee cowok gue juga kali!"
"Udah ah gue males bahas lagi."
Obrolan antara Tasya dan Niara pun terhenti. Keduanya sama-sama tenggelam kedalam apa yang ia lihat di ponselnya. Hingga keduanya menyadari bahwa Franda sudah berdiri di hadapan Tasya.
"Gue pamit ya," kata Franda sambil menyalami Tasya dan Niara satu-persatu.
Tasya dan Niara kompak menjawab dengan senyuman.
Akhirnya manusia itu pergi juga.
"Kok kamu nggak gabung tadi?"
Tasya melangkah lagi kearah ranjang Keanno, "Abis nggak tau mau bahas apa."
"Kok dia cepet banget sih pulangnya?"
"Sarkas nih maksudnya?"
Tasya berdeham sebentar, "Hmm."
"Kamu ngasih tau dia kalau kamu di rawat?" tanya Tasya penuh selidik.
Keanno menggeleng lemah, "Nggak."
"Aku juga nggak tahu dia tahu dari mana."
"Dari temen kamu kali?"
"Siapa?"
"Mana aku tahu," Jawab Tasya sembari mengangkat bahunya.
Keanno kemudian berusaha mendudukkan dirinya yang semula tertidur, "Udah sih cuma gitu doang."
"Gitu gimana?"
"Itu yang masalah Franda tadi."
Tasya mengangguk lemah, "Iya mungkin aku aja yang terlalu lebay."
"Kamu marah?"
"Nggak."
"Serius?"
Tasya berusaha mencari celah agar matanya tidak menatap Keanno, "Iya, kenapa sih nanyanya perlu dua kali!"
Keanno yang menyadari pacarnya itu marah, langsung mengambil sikap. "Yaudah kalau aku salah aku minta maaf ya," jawabnya sembari mengelus pucuk kepala Tasya.
"Iya."
***
Semenjak bel dikelasnya berdering, di toa sana seorang guru terus berbicara mengenai pembiayaan studytour ke Jogja yang minimal pembayarannya itu di akhir bulan ini. Tasya sendiri malahan lupa kalau ia sama sekali belum membayar studytour.
"Lo udah bayar? Atau nyicil berapa gitu?" Tasya melihat kearah Niara.
Temannya ini malah menyengir kuda, "Belum."
"Yaudah sekarang ijin ke TU yuk," Niara berakal karena malas dengan pelajaran Matematika.
Tasya yang sudah tahu akal-akalam Niara kemudian menolaknya, "Nggak ah ntar lagi 'kan mau UKK."
"Pacar lo anak tongkrongan kan?"
Niara mengangguk tidak mengerti, "Ya terus apa hubungannya?"
"Yaampun Tasya, ya pasti banyak jebolan jawaban dong sayang."
Tasya meragukan pasalnya ia salah satu anak pengejar snmptn, "Emang iya?"
"Udahlah markicabs aja!" Tepat setelah Niara ngomong, temannya ini bangkit dari kursi dan entah setan darimana yang mampu membuat Tasya mengikuti gerakan Niara.
"Bu saya ijin mau ke tu sebentar. Bayar study wisata."
Guru tersebut pun mengizinkan dan kali ini dua manusia. Ralat— satu manusia yang senang karena bisa menghirup udara segar tanpa embel-embel abjad x, y, dan z yang terus dicari oleh guru dan teman-temannya itu.
"Ini mapel tinggal setengah jam lagi 'kan?" Niara bertanya setelah beberapa menit yang lalu mendudukkan bokongnya di kursi kantin.
Kemana lagi memangnya pelajar melarikan diri? Tasya melihat ke sekelilingnya ternyata banyak juga anak yang sering cabut pelajaran.
"Iya."
"Yaudahlah bablas sampe istirahat aja."
Tasya berdeham, "Hmm."
Tasya baru menyadari bahwa oksigen kantin saat ini berbeda, terasa lebih sejuk dari biasanya. Padahal tidak ada renovasi apapun atau penambahan pohon apapun disini. Apa ini terasa karena perbedaan udara di kelas dan di kantin?
Sejujurnya Tasya juga sangat males sekali belajar matematika, dirinya pun hanya mengerti beberapa materi saja namun tidak menguasainya secara pasti juga. Tapi mau diapakan lagi? Namanya juga semuanya harus dilalui 'kan? Apalagi ia berharap ingin masuk perguruan tinggi negri lewat jalur rapot.
Saku roknya bergetar, tanda sebuah pesan masuk telah menghampiri.
Keanno: Byy kok dibaca doang?
Semenjak kemarin di Rumah Sakit itu, Tasya menjadi sedikit badmood. Mungkin lebih tepatnya risih dengan keberadaan Franda. Menurut Tasya, Franda itu sangat kelihatan jelas menyukai Keanno sampai dia bisa mendapatkan info Keanno sakit, dari mana coba?
"Salah nggak si kalo gue bete gara-gara kemarin?"
Niara yang tadi sedang senyum-senyum sendiri dengan ponselnya lantas mengangkat kepala melihat kearah Tasya, "Marah karena Franda?"
Tasya mengangguk.
"Wajar tapi jangan sampe bikin hubungan lo sama Keanno jadi berantem."
"Gue dari kemarin cuma baca pesan si Keanno aja sih."
"Ya jangan gitu juga dodol!"
"Terus gue harus gimana? Namanya juga orang bete pasti males lah."
Niara kembali berpikir, "Dia 'kan lagi sakit juga kasian."
"Iya sih, gue kasihannya itu terus ngerasa childish nggak sih?"
"Emang."
Tasya mengusap wajahnya frustasi seolah tidak ada titik terang dari pembicaraannya kali ini, "Ya terus gue harus gimana?" Ulang Tasya lagi.
"Kalau lo ngajak Franda ketemuan gimana?"
"Ngapain anjir ketemuan!"
"Ya lo tanya lah dia maunya apa, kok lingkaran Keanno selalu ada dia terus gitu."
Tasya membuang napas beratnya, benar juga sih kata Niara. Lebih baik diclearin dari sekarang. Tapi masalahnya Tasya juga males harus berhadapan dengan Franda.
"Lo sebetulnya kayak gini gara-gara apa?" Ada jeda, "Tunggu-tunggu. Biar gue tebak."
Niara kembali melanjutkan, "Pertama, gara-gara minder? Kedua, gara-gara lo cemburu si Franda sampe tahu kalau si Keanno lagi dirawat."
Tasya tak percaya bahwa temannya ini serasa mendengarkan isi hatinya. "Gila! Lo denger suara hati gue ya?"
Niara mendengus, "Ogah. Mending gue denger suara hati Nando."
"Udah ah gue laper, lo mau pesen apa?"
Tasya mengedarkan pandangannya lantas mengeluarkan mata uang berwarna ungu, "Roti deh sama susu."
"Oke."
Tasya meraih ponselnya kembali, membalas pesan Keanno dengan berusaha menelan rasa betenya sendiri.
Tasya: semalem ketiduran heheh
Tasya: terus tadi ada guru
Keanno: Yakin?
Pandangannya ke ponsel kembali terhalang ketika kepalanya harus terpaksa mengadah saat namanya dipanggil. Begitu ia lihat, ternyata ada beberapa anak tongkrongan yang mendatanginya.
"Tasya ya?" Tanya salah satu orang itu.
"Iya, kenapa?"
Matanya menelisik salah satu nama dari beberapa orang itu yang terpampang di bet seragam. Rico.
"Si Keanno bilang suruh bales pc."
Tasya tersenyum seulas sembari menahan rasa malu agar mukanya tidak seperti kepiting rebus. "Makasih ya."
"Siap!" balas laki-laki yang lain.
Saat hendak melangkah, ada salah satu anak tongkrongan yang malah kembali kearah Tasya.
"Mundur dong, Sya."
"Hah?" Ujar Tasya bingung.
"Iya mundur," ada jeda. "Soalnya manisnya kelewatan."
Tasya tersenyum kikuk, semakin bingung harus berbuat atau menjawab apa. Untungnya kali ini Niara kembali bergabung dengan mangkuk baksonya dan roti dan susu milik Tasya.
"Yee bisa aja lo!" Kata Niara.
Cowok yang bernametag Rico itu melihat kearah Niara, "Lo pacarnya Nando ya?"
"Kok lo tahu?"
"Apa sih yang gue nggak tahu," Rico berujar sombong.
"Bilang dong ke cowok lo, suruh sini anak-anak pada kangen."
Niara mendengus, "Ogah. Rusak cowok gue gaul sama lo."
"Sebelum gaul sama gue juga udah rusak kali tuh Nando," Lanjut Rico, "Udah sih jangan banyak ngomong, bilangin aja ya!"
"Eh iya, lo mau nebeng nggak?" Kali ini Rico bertanya pada Tasya.
"Kemana?"
"Jenguk Keanno."
Tasya menggeleng cepat.
"Lo pacarnya bukan sih? Kok nggak jenguk?"
"Yaiyalah masa lo sih pacarnya," dengus Tasya sebal karena teman Keanno ini banyak bicara.
"Lo bisa diem nggak sih?" Tanya Niara dan lagi-lagi suara hati Tasya terbicarakan.
Rico hanya tersenyum sembari menggaruk rambutnya. "Yaudah deh gue cabut, abis diusir."
Tasya dan Niara mendesah lega, gila Keanno tahan juga dengan anak seperti ini. Bicaranya bisa bikin Tasya memutarbalikkan matanya sepuluh kali.
Tasya kemudian meminum susu kaleng berwarna hijau hendak menetralkan pikirannya dan memanjakan kerongkongannya ini.
Sesaat kemudian Tasya berpikir jika ia ingin ketemuan dengan Franda saat ini, memang dia sudah janjian? Lalu, janjian dengan apa? Kontaknya saja tidak punya.
"Lo tahu instagram Franda nggak?"
Niara kemudian membuka ponselnya sembari mengunyah-ngunyah baksonya, "Bentar gue cek di instagram Nando."
"Ada nih," menit kemudian setelah Niara mengetik sebuah nama Franda.
Tasya melihat sejenak isi-isi postingan Franda, followersnya banyak pula. Jemarinya langsung lihai mengetik kalimat lewat direct messagenya.
Tak menunggu lama ternyata untuk mendapatkan pesan balasan dari Franda.
Tasyaafnd: Franda
Tasyaafnd: Bisa ketemuan nggak di cafe grey?
Frandaa: Hm boleh
Franda: Gue balik jam tiga?
Tasyaafnd: oke, gue tunggu disana ya.
"Udah dibales?"
Tasya mengangguk, "Udah. Lagi on kayaknya."
"Kata dia apa?"
"Oke. Gitu doang."
***
Terimaksih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca.
Semoga suka dan feelnya dapet ya!
Luv.
Jangan lupa like&subscribenya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top