Part 29
Selamat membaca!
Semoga bisa dinikmati dan feelnya dapet hehe
***
Di lain tempat, terlihat jelas seorang manusia yang terkulai lemas. Suhu badannya sejak kemarin panas dan untuk membuka kelopak matanya saja semua benda seakan memutar.
Entah, dirinya sendiri pun tidak tahu penyakit apa yang menyiksa badannya saat ini. Perlahan ia memaksa membuka kelopak matanya untuk sekedar melihat jam yang terpampang di dinding kamarnya.
Pukul 19.00.
Jemarinya kemudian memijit dahi seolah berharap dengan tindakan itu bisa membuat penyakitnya hilang. Secepat kilat Keanno berusaha meraih ponselnya, dan terlihat banyak pesan bermunculan dari Tasya.
Tasya: No? Kamu sakit apa?
Tasya: Aku jenguk ya? Boleh nggak?
Tasya: No cepet sembuh ya :(
Tasya: No kamu lagi bobo ya?
Tasya: Kamu masih di rumah 'kan?
Kalimat perkalimat yang dikirim Tasya itu berhasil mengukir senyum Keanno.
Keanno: Apa syg
Keanno: Maap ya telat balesnya, tadi aku tidur
Keanno: Udah enakkan kok
Keanno: Iya aku masih dirumah
Keanno: Kamu jenguknya besok aja, sekarang udah malem
Bersamaan dengan balasan pesan Keanno pada Tasya, kenop pintu kamar Keanno terbuka. Keanno mengernyitkan dahi kala mamanya sudah bersiap rapi entah hendak pergi kemana.
"Mama mau kemana?"
Mamanya lalu membuka lemari Keanno, setelahnya beliau memberi sweater tersebut pada putranya. "Pake sweater cepet, kita ke dokter."
Keanno menggeleng kuat. "Nggak usah deh mah, besok juga sembuh."
"Udah cepetan pake sweaternya, mama tunggu lima menit diluar," kata mamanya tanpa penolakan.
Di sepanjang perjalanannya menuju rumah sakit, Keanno hanya mampu menutup kelopak matanya karena disaat ia membuka mata seperti setelah sampai di rumah sakit, matanya begitu panas dan dunia seakan berputar dengan cepat.
Mama Keanno dengan sigap mengambil nomor antrian sementara Keanno langsung menyandarkan badannya pada tembok sembari kembali memejamkan mata. Sesaat pikirannya begitu kosong karena ia begitu menikmati siksaan penyakitnya itu.
Hingga kemudian ia sadar sesuatu, tangannya menepuk-nepuk kantong celananya namun tidak ada benda yang ia cari. Ya, apalagi kalau bukan ponselnya ketinggalan.
***
Tasya membaca deretan pesan berkali-kali dengan perasaan cemas, ia menyesali seharusnya ia tadi dapat menahan pupnya agar bisa membalas pesan Keanno yang saat itu sedang online.
Bunyi denting jam dengan detak jantungnya kini seakan saling beradu, pikirannya kembali berpetualang entah kemana. Apa Keanno semakin sakit ya? Sesekali dirinya melihat jam yang menunjukkan bahwa larut malam segera datang.
Tasya menghembuskan nafas frustasi dirinya ingin berbuat sesuatu namun pasti ia tidak mendapatkan izin dari Mamanya. Keruwetan di otaknya mulai tercipta seperti benang kusut, pasalnya Tasya masih mau mencari ide lain untuk tahu bagaimana kabar Keanno.
Tiba-tiba suara dari ponselnya berdering. Matanya menelisik dengan harap agar si penelpon tersebut Keanno.
Huh. Ternyata dugaannya salah.
Ia segera mengangkat telpon tersebut, setidaknya mungkin Niara bisa membantu Tasya.
"Ya?"
"Spj amat buset jawabnya."
"Gue lagi bingung nih," kata Tasya langsung enggan berbasa-basi.
"Bingung apaan?" Ada jeda, "Ada yang bisa gue bantu?"
"Banyaaaak," ujar Tasya panjang.
Tasya menambahkan lagi, "Si Keanno nggak bisa dihubungin. Tadi bisa sih pas gue lagi pup, eh pas gue beres dia off lagi."
"Hmm."
"Lo ada ide nggak? Gue harus ngapain gitu?"
"Ke rumahnya?" Niara mencoba mengeluarkan solusi.
Tasya mendesah berat diujung telpon. "Huhh, kalau itu daritadi gue udah mikir. Masalahnya gue pasti nggak dibolehin sama nyokap."
"Hmm," lagi Niara berdeham.
"Ayo dong bantu—" Niara memotong ucapan Tasya. "Lo hubungin nyokapnya aja?"
"Hah?!" pekik Tasya, masalahnya memang dirinya seberani itu menanyakan Keanno lewat nomor mamanya Keanno.
"Ya kayaknya cuma itu deh satu-satunya cara."
Tasya menggaruk kepalanya bingung, ada benarnya juga ide Niara. Hmm, tapi Tasya tahu nomornya darimana ya?
"Terus nomornya darimana?"
Niara mencibir disana, "Ye emang bener ya kalo orang cinta otaknya jadi bego. Hadeuh jauhin hamba dari keluputan ini Ya Allah."
Niara berkata lagi, "Ya cari aja di foto grup kelasan 'kan pernah tuh ada yang share biodata sama nomor telpon orang tua."
Secepat kilat setelah Niara berkata, telponnya langsung ia putuskan sepihak.
Tangannya segera mencari grup kelasan dan gotcha! benar kata Niara, memang ada biodata beserta nomor orang tua. Selanjutnya, setelah Tasya mendapatkan nomor mamanya Keanno ia langsung mengetik sebuah pesan di kolom chat.
0823516xxxx:
Selamat malam Tante, ini bener nomor mamanya Keanno?
Jantungnya kemudian berdegup entah karena malu atau dirinya sangat menanti kabar Keanno. Baru beberapa menit ia mengirimkan pesan, pesan masuk kembali menghampiri ponselnya.
Dan kali ini balasan pesan itu mampu membuat dirinya tersenyum.
***
Hampir setengah jam Keanno dan mamanya menunggu di ruang antri. Malam ini memang pasien seakan membludak, padahal Keanno tidak menggunakan salah satu asuransi kesehatan yang katanya sangat lamban pelayanannya.
Nyatanya dirinya berobat melalui poli umum saja masih harus menunggu. Selama menunggu, matanya masih terpejam enggan menikmati putaran benda yang seakan terus menari di hadapannya.
Sampai sebuah suara Mamanya, membuat kelopak matanya kembali terbuka. Sembari menyipitkan mata, Keanno menatap kearah mamanya yang sedang mengernyitkan dahi sambil membaca sebuah pesan di ponsel.
"Ini siapa ya, No? Kamu tahu nggak?" Mamanya berujar kemudian memberikan ponsel kepada anaknya.
Dengan sekuat tenaganya ia membaca deretan abjad disana, entahlah Keanno lebay atau beneran sakit karena ia merasakan sinar hape mampu membuat matanya semakin pusing.
0823516xxxx:
Selamat malam Tante, ini bener nomor mamanya Keanno?
Tanpa sadar sebuah senyuman berhasil tercetak di bingkai wajahnya saat ia melihat foto profil si pengirim pesan. Itu Tasya.
Keanno kemudian mengarahkan kamera pada wajahnya dan menjepretnya.
0814xxxxxxx:
Send a picture.
0814xxxxxxx:
Mau cari siapa ya mbak?!
0823516xxxx:
No ih!
0823516xxxx:
Itu kamu dimana? Rs? Rs mana?
0814xxxxxxx:
Rs mana hayooo
0823516xxxx:
No ih jangan nyebelin :(
0823516xxxx:
Aku daritadi kepikiran terus
0814xxxxxxx:
Yaudah sana tidur ngga usah dipikirin
0823516xxxx:
Kamu marah?
0814xxxxxxx:
Nggak.
0814xxxxxxx:
Kalau kamu kepikiran ntar begadang abis begadang bisa sakit
0814xxxxxxx:
Lagian habis ke dokter sembuh kok
Hape aku tadi ketinggalan
0823516xxxx:
Kamu jgn nyepelin penyakit.
Aku takut.
0814xxxxxxx:
Takut kenapa? Aku fine-fine aja sayang
0814xxxxxxx:
Udah sana tidur
Jangan malem-malem gabaik.
0814xxxxxxx:
Love u
0823516xxxx:
I love me too :p
0814xxxxxxx:
Boong, aku nggak percaya.
Udah ah <3
Lantas Keanno segera menyodorkan ponsel mamanya kembali, "Nih mah."
"Tadi siapa?" balas Mamanya bingung.
"Pacar Keanno," ucap Keanno ringan.
"Siapa?"
"Namanya Tasya, mah."
"Kok mama kayak pernah denger ya?"
Keanno mengangguk, "Dia pernah jenguk Keanno waktu yang Keanno sakit abis tawuran sama berantem sama Nando."
Mamanya berdeham, "Hmm, mama lupa sih."
Mamanya menambahkan, "Yang mama inget Franda."
Keanno hanya diam, yasudahlah terserah mamanya saja. Ini bukan saat yang tepat untuk berdebat soal nama pacarnya itu.
Sebuah toa kembali bersuara dengan nomor urutan pasien milik Keanno. Mamanya dan Keanno kemudian langsung beranjak dan berjalan keruang dokter.
***
Hallo, pusing nggak sih baca yang mereka whatsappan? hm, btw terimakasih sudah membaca hehehe
Bogor, 30 Mei 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top