Part 22

Happoi riding gengggs janlup komen or vote ya jika berkenan hehe

***

Tasya menuruni anak tangga dengan ransel kecil yang disampirkan di pundak. Ketika langkahnya berhasil menginjakkan kaki di ruang keluarga, ia melihat kedua orang tuanya sedang bercanda gurau. Mengingat masa pacaran dulu mungkin.

Perhatian kedua orang tuanya terpecahkan ketika melihat putri semata wayangnya sudah rapi.

"Kamu mau kemana Sya?" mamanya bertanya.

Tasya berjalan mendekat kemudian mencium punggung kedua orang tuanya bergantian. Walau wajah kedua orang tuanya nampak bingung.

"Tasya mau nginep ya Pah, Mah ke rumah Klarisa."

"Itu ambilin dompet papa dideket tv dong Sya," setelahnya intruksi papanya itu segera Tasya lakukan.

"Rumah Klarisa dimana? Terus—"

"Nih Sya, buat kamu go-food sama temen-temen kamu," papanya mengeluarkan tiga lembar mata uang berwarna biru.

Kalau begini rasanya Tasya ingin memeluk papanya berkali-kali lipat.

"Makasih ya pah." Papanya kemudian mengangguk dan mengelus sayang pucuk kepala putrinya.

"Rumah Klarisa dimana? Sama siapa aja?" Mamanya mengulang pertanyaan karena tadi terpotong oleh suaminya itu.

Tasya segera menunjukkan alamat yang ia tuju di sebuah aplikasi ojek online, ketika sebuah suara klakson motor mengudara.

"Yaudah kamu hati-hati ya."

Tasya mengangguk. "Iya mah, pah. Tasya berangkat dulu ya."

***

"Klarisa," teriak Tasya didepan rumah milik oma Klarisa.

"Klarisa."

"Klarisa," panggilnya lagi, karena orang yang namanya ia panggil tak kunjung mengeluarkan batang hidungnya.

"Kla—"

"Tasya?"

Ucapannya berhasil terpotong karena panggilan namanya, suara yang sepertinya sudah familiar di telinganya. Dan saat itu juga jantungnya berasa tidak berfungsi semestinya.

Orang itu... Keanno

Entah Tasya tidak tahu, apa Keanno keceplosan memanggil namanya apa bagaimana. Tapi kalo keceplosan nggak mungkin Keanno malah semakin menghampiri dirinya.

"Gua mau ngomong." Kenapa sedekat ini sih? Sial Tasya jadi gugup sendiri.

"Iii-ya?"

"Jadi apa yang diomongin gue kemarin itu—" 

"Tasya, maaf ya gue beres mandi." Setelahnya mata Klarisa melotot kaget, karena disamping temannya ini ada seseorang yang.. Ah begitulah.

"Maaf, maaf gue ganggu."

"Sya, ntar langsung masuk aja ya." Tasya kemudian mengangguk.

"Lo mau ngomong apa tadi?" Tasya bertanya.

Keanno menggaruk rambutnya sambil mengeluarkan senyum canggung. "Hmm, balik dari sini deh. Ngomong di tempat lain gimana?"

"Gue nggak bisa, gue nginep."

"Hmm... Kalo senin pas balik sekolah bisa?"

Tasya mengangguk. "Bisa."

"Yaudah gue masuk dulu ya," pamit Tasya sekaligus ingin menyudahi permainan jantungnya yang semakin berdebar berlebih.

Baru langkah kakinya berada di ambang pagar rumah Klarisa, Keanno kembali memanggilnya. "Sya?"

Otomatis Tasya langsung membalikkan badannya. "Iya?"

"Selamat malem ya."

Dahi Tasya berkerut kemudian memandangi langit yang masih mengeluarkan semburat oranye-nya. "Ini masih sore?"

Keanno langsung tersentak menyadari kebodohannya tadi. "Eh iya maksud gue inget itu nanti aja kalo udah malem."

Segera Tasya melangkahkan kaki kearah kamar milik Klarisa. Tingkah Keanno tadi kenapa bisa selucu itu hingga berefek pada Tasya yang ingin selalu mengumbar senyum saat ini.

"Lo udah gila ya?" ada jeda, karena saat itu juga Klarisa tahu penyebabnya. "Cie!!!!! Tadi lo dianter ya?"

"Hah?"

"Iya dianter sama dia?"

Tasya mendengus. "Mengada gosip lo."

"Halah, temennya mau pindah juga nggak pernah cerita. Sebel ah sebel," renggut Klarisa dengan nada so childish.

"Jijik, belom aja ntar si Niara dateng debat lo pada."

Klarisa kemudian terkekeh. "Iya ya, nanti di Semarang gue bisa nemuin temen sebaik kalian nggak ya. Kayak lo yang sabar dan kayak Niara yang mulutnya bercabe jablay."

"HEH! GUE DENGER TAHU LO NGEHINA GUE," Niara muncul dengan berkacak pinggang.

"Tuh Sya kayak dia," Klarisa menunjukk kearah Niara, kemudian melanjutkan ucapannya. "Kalo masuk nyelonong aja."

Niara menghembuskan nafasnya setelah menempatkan bokongnya pada ranjang milik Klarisa. "Spesial kayak martabak telor deh. Hari ini gue ngalah sama lo."

Klarisa mengangkat jari jempolnya tinggi-tinggi. "Bagus-bagus."

"Niara jelek kayak bebek, Niara sok cantik, Niara temen debat gue, Niara yang bakal kangen sama gue dan Niara yang gagal moveon."

"Nggak gitu juga!" protes Niara tidak terima.

"Udah-udah," lagi-lagi suara Tasya ikut menengahi perbincangan keduanya.

"Eh gue punya cerita tau."

"Ah cerita lo mah gajelas semua, pengang kuping gue," balas Niara.

Klarisa melotot kearah Niara segera. "Heh!"

"Jadi ada temen kita yang baru jadian."

"Lah? Gue nggak punya doi tau gausah so tahu."

Klarisa mencebik. "Emang bukan lo. Hellow! Lo kapan sih nggak sepede itu."

"Iya-iya gue juga tahu kali siapa."

"Sya cerita dong ke kita," sahut Klarisa dan membuat Tasya menutup kupingnya dengan kedua tangannya.

"Nggak denger gue, nggak denger."

***

Lagi-lagi Keanno berhasil mempermainkan jantungnya dengan mengiriminya sebuah pesan singkat pada Tasya. Padahal waktu menunjukkan sudah pukul 10 Malam.

Keanno: P
Keanno: P
Keanno: Sya

Read.

"Sya lo kenapa?" tanya Niara dan Klarisa secara bersamaan begitu melihat raut wajah temannya ini berubah drastis.

"Keanno ngechat lo?" Klarisa bertanya tepat sasaran.

Tasya mengangguk lemah.

"Yaudah bales gih!" Niara menyuruhnya dengan semangat.

"Iya ini gue mau bales."

Tasya: Iya?

Read.

Cepat banget dibaca padahal baru beberapa detik yang lalu.

Keanno: belum tidur?

Tasya: Belum

Keanno: Oh yaudah kalo gitu

Tasya: Iya

Kenapasih nih anak tingkahnya kayak nggak normal, faedahnya apa tolong jelasin ke Tasya. Jujur kali ini Tasya kira dirinya akan membahas ucapan Keanno yang sempat terpotong, namun ternyata tidak.

Kedua temannya kini telah mengetahui seluk beluk diantara Tasya dan Keanno. Reaksi Klarisa yang sempat terkaget karena mendengar penuturan Keanno tentang akal-akalan Tania Syaharani dan berujung Tasya membahas hal yang tadi Klarisa lihat di depan pagar rumahnya.

"Dia ngomong apa?" Klarisa bertanya menunggu jawaban dari Tasya, begitupun dengan Niara.

Tasya kemudian menyerahkan ponsel kearah Klarisa.  "Sinting ya tuh anak, masa malem-malem ngepc buat nanya gue udah tidur apa belom."

"Lah ini nggak lo bales Sya?" kali ini Niara ganti bertanya. Sontak dahi Tasya mengernyit.

"Pesan yang mana?" matanya kemudian melihat diakhir pesan yang baru dikirimkan Keanno.

Keanno: malem ya syaa

Kedua temannya sontak terbahak. "Cieeeeee diucapin malem," kata Klarisa.

"Bales, bales buru. Pake emot love," ide jahil kembali didapati Niara.

Segera Klarisa mengetik sesuai dengan intruksi Niara.

Tasya: Malam juga no<3

Dengan cepat Tasya merebut ponselnya untuk mengurungkan pesan itu, namun sayang.. pesannya keburu dibaca.

Tasya: Eh maaf yang bales si Niara

Keanno: iya gapapa

Walau begitu, tetap saja Tasya masih merasa malu. Seenaknya memang kedua temannya ini asal pake emoji-emoji segala. Lihat saja sekarang keduanya malah tertawa cekikikan, nggak tahu aja rasanya malu ingin mengubur diri.

***

Tasya membuka kelopak matanya perlahan ketika Niara dengan segera menepuk-nepuk pahanya.

"Aww," Tasya meringis kemudian terduduk di pinggir ranjang.

Niara memegang perutnya. "Gue laper ih." ada jeda. "Mana yang punya rumah belom bangun."

Tak putus asa, tangan Niara kemudian menepuk-nepuk paha Klarisa lumayan kencang hingga membuat si korban menjerit histeris.

"ADAW SAKIT, APAAN SIH INI," Ketika Klarisa membuka matanya sempurna dirinya langsung menendang Niara sekilas.

"Apaan sih lo ih," ujar Klarisa sambil mengucek-ngucek matanya.

"Gue laper."

"Yaudah sih masak aja dibawah."

Niara menggeleng. "Ya gue malu lah."

"Halah biasa juga nggak tahu malu."

"Tapi kan ini rumah lo."

"Emang."

Tasya mendengus, bisa-bisanya baru bangun langsung berdebat. "Berisik ih! Masih pagi juga mulut lo pada."

"Lo tuh mulutnya rombeng!" tunjuk Klarisa pada Niara.

"Lo kayak kaleng," kata Niara tak mau kalah.

Tasya menutup kupingnya rapat-rapat. "Udah woi! Niara mending lo kebawah aja masak sana, lo juga Ris ih. Temenin Niara sana."

"Terus lo?" Niara bertanya.

"Ya gue disini aja lah."

"Ada mie nggak Ris?" Niara ganti bertanya pada Klarisa.

"Nggak ada, kata nenek gue nggak sehat. Tapi emang iya sih."  ada jeda, "Lo mau?"

Niara mengangguk cepat. "Mau! Apalagi mie goreng pake boncabe."

"Gila usus lo kasian pagi-pagi," protes Tasya.

Niara mengangkat bahunya. "Lo beli mie ya?"

"Gue?" Tasya menunjuk dirinya sendiri.

Klarisa mengangguk cepat. "Iya lo aja deh, gue mager keluar." Ada jeda. "Jadi dari sini beda tiga rumah doang."

Klarisa berjalan mendekat kearah laci, sesudahnya ia memberi selembar uang pada salah satu temannya itu.

"Go-food aja deh gue males keluar," elak Tasya.

"Udah-udah sana," sahut Niara.

"Tau ih buru Sya, belinya dua tapi kalo lo mau jadi tiga sama boncabe terus terserah lo mau beli apalagi. Ok?"

Dengan langkah gontai akhirnya Tasya menuruti permintaan kedua temannya ini. Untung saja jarak antara warung dengan rumah Niara cukup dekat.

Kini dirinya sedang melihat penjaga warung itu memasukkan list-list yang sudah ia beritahu kedalam kresek hitam. Saat si penjaga sudah menyebutkan nominal yang harus ia bayar kemudian Tasya membayarnya.

Langkahnya kini ia arahkan kembali pada rumah Klarisa, sebelum seseorang laki-laki datang menyeimbangkan langkahnya dan kali ini sukses membuat langkahnya terjeda.

"Loh?"

Keanno kemudian menggaruk tengkuknya sambil menyengir. "Gue nginep di rumah Ghanny."

Sekali saja ucapan Keanno selalu membuat Tasya senam dahi. Ngapain juga si Keanno ngasih tau dia nginep di rumah Ghanny, memang Tasya siapanya?

Tasya berdeham kecil. "Hm gue nggak nanya tau." Tasya membuang nafasnya perlahan. "Yaudah, gue duluan ya?"

"Tunggu-tunggu," Keanno memasukkan tangannya ke dalam saku jeans dan mengeluarkan sebuah permen lolipop rasa strawberry.

"Buat gue?" Tasya menatap bingung ketika permen tangkai itu disodorkan kearahnya.

Keanno mengangguk cepat dan menerbitkan senyum konyolnya. "Iya, lo nggak suka ya?"

Tasya kemudian segera merebut satu permen tangkai itu. "Makasih ya."

***

Ternyata oh ternyata ekspetasi gaseindah realita, harusnya di draft udh banyak chptr eh ini baru selesai satu pulak pdhl libur seminggu huhu :(

Sandra,
12 April 18

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top