Part 20
Happy reading^^
Tinggalkan jejak jika berkenan.
***
Tasya menghempaskan badannya ketika melihat ranjang kesayangannya. Hari ini badan Tasya benar-benar terasa remuk, walau begitu rasanya sabtu ini begitu menyenangkan.
Tasya dan kedua orang tuanya menghabiskan waktu bersama dari sesampai di sebuah restoran, mengikuti mau 'nya papa dengan fotobox bertiga, dan terakhir shopping time yang benar-benar membuat papa geleng-geleng kepala.
Sungguh quality time yang benar-benar menyenangkan. Raut kebahagian kali ini benar-benar tercetak di wajah ketiga anggota keluarga ini.
Tasya kemudian menatap paper bag yang baru saja ia bawa lantas dengan cepat ia membuka kardus didalamnya. Sebuah sneakers putih merk bershka. Dan mencoba membuka satu paper bag lain yang berisikan t-shirt merk mango.
Sesaat kemudian ponselnya bersungut nyaring. Perhatiannya pun akhirnya terpecah akan dua paper bag tersebut. Dahinya mengernyit kala Niara mengfreecall dirinya.
"Halo?"
"Iya iya, lo cek grup angkatan cepet."
Telepon langsung ditutup.
Grup angkatan? Memang ada apaan? Jemarinya kemudian membuka grup angkatan yang bernama Cita Cendana yang memang sedang ramai-ramainya.
Rata-rata yang bermunculan di grup tersebut memang anak-anak hits. Apalah Tasya jika disandingkan dengan mereka.
Eh tunggu, tunggu. Kenapa ada obrolan yang menyebut-nyebut dirinya. Tasya bukan merasa Pd cuma dari seangkatan memang hanya dia yang memiliki nama Tasya.
[Cita Cendana]
Ghany: Si Tasya kan?
Ghany: Eh grup angkatan ya ini?
Ghannya: Sorry sorry
Rassya: Tasya manasih ko gue nggak tau?
Rassya Bunga memang salah satu anak hits di angkatannya. Juga ia memiliki genk yang berisikan empat orang. Lila, Tika, Cece dan dirinya.
Lila: tau sih yg mana :(
Cece: so c banget direbutin
Cece: eh salkir
Tika: Cece ya parah gibah mulu :(
Dasar perempuan dengan gibahannya. Jelas saja mereka tidak mengenali Tasya, karena mereka memang serasis itu sejak dulu.
Tapi kok itu ada maksud direbutin?
Ico: Hei cece dkk
Ico: Kalian tidak mau say gws sm babang Ico?
Nelvan: Bacot ih
Nelvan: Udah tau ada yg ribut gegara cewe
Revan: Kayak gue dong jombs
Ghanny: Terus si Keanno sama Nando gimana?
Revan: Kurang tau gue
Ghanny: Lagian si nando apaapaan sih. Ikut tawuran jg kaga
Ico: Janganlah tawuran teman-teman! Itu sangat berbahaya.
Nelvan: Benar teman-teman. Kalau nasibmu tidak mau seperti Ico
Ico: Sarkas ih sakit ati dd :(
Dan selanjutnya obrolan itu semakin random dan Tasya tidak peduli tentang obrolan random mereka. Tapi- maksud dari ribut sama rebutim itu apa ya?
Apa Keanno dan Nando merebutkan dirinya? Ah masa sih, lebay banget sampe segitunya. Lagian Keanno juga sudah dengan perempuan yang bersamanya di Cafe itu.
Segera ia mendekatkan ponsel ke dekat telinganya dan tak memerlukan waktu lama untuk bersambung nada dengan Niara.
"Maksudnya apaan sih?" Tasya to the point.
"Si Keanno sama Nando ribut gara-gara lo." Deg! Jantungnya merasa tiba-tiba terhenti ketika Niara selesai berucap.
"Terus gimana?"
"Ya mana gue tahu."
"Tapi yang abis gue nggak pikir, itu gengan si Rassya kenapa jd ngomongin lu."
"Kalo itu sih gue nggak peduli," jawab Tasya.
Tiba-tiba Tasya teringat sesuatu. Bayangan saat wajah Keanno babak belur kala itu, belum ditambah dengan jotosan Nando kalau sampe pernyataan Niara benar.
"Lagian si Nando kenapa sih?"
"Masa lo ga inget sih, mungkin karena lo nolak dia kali?"
Sial. Kayaknya dugaan Niara benar, belum lagi Nando sempat mengakui bahwa dirinya tidak menyukai Keanno masuk dalam dunia Tssya.
"Terus si Keanno gimana?"
"Ya paling kesakitan lah, lo bayangin aja udah babak belur abis tawuran eh di tampol lagi sama Nando."
Secepat detik yang berlalu, begitu pula dengan perasaan di dada Tasya yang kini merasakan sebuah kesakitan. Seperti himpitan benda berat seolah enggan pergi dari dadanya.
Tak lama suara Niara kembali mampir di gendang telinganya, "Lo cek grup kelas deh. Kalo nggak salah anak kelasan pada mau jenguk Keanno besok, kalo lo mau jenguk besok bareng aja sama anak kelasan."
***
Langkah kaki Tasya dan teman-temannya kini sudah berdiri sempurna di sebuah rumah yang berada di perumahan Barya Persada.
"Keanno!" panggil Abyan yang tak lama kemudian seorang perempuan paruh bayah keluar bersamaan dengan anak kecil yang Tasya duga pasti adik Keanno.
Eh, jadi ini adiknya yang ada di postan foto instagram Keanno?
"Ayo! Ayo masuk aja," sahut mama Keanno mempersilahkan.
"Tuh Keanno ada di kamar kesana aja." Tepat setelah ucapan mama Keanno mengudara, sekujur kaki Tasya seakan gemetar.
"Cie nggak sabar banget ya lo," Niara berujar usil dan dibalas dengan sikutan keras kearah lengan Niara. Bisa-bisanya Niara meledeknya disaat Kaki Tasya seakan melemas.
Ketika persis sampai di ambang pintu kamar Keanno, matanya kemudian menangkap seorang perempuan yang duduk di tepi ranjang Keanno.
Dan mereka berdua sedang berbicara hangat, kadang kala Keanno mengeluarkan guyonan kecil yang membuat si perempuan terkekeh.
Kenapa jadi sesakit ini?
Sesaat kemudian keduanya melihat kearah Tasya dan rombongan. Dan sebuah senyum tipis kemudian di terbitkan disudut bibir perempuan itu.
Kali ini Tasya tersadar, bahwa perempuan itu ialah perempuan yang dibawa Keanno ke Cafe kala itu.
"Banyak gaya sih lo ah!" kata Nelvan yang tiba-tiba datang kemudian meninju lengan Keanno pelan.
"Goblok! Gue lagi sakit tai," protes Keanno.
Bola matanya kemudian kembali melihat seseorang yang sedang bercanda dengan Nelvan.
"Wah ramenya, kalian mau pada makan apa? Biar mama Keanno go-food." Mama Keanno tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Ini ada banyak, namanya siapa aja?" Mata mama Keanno kemudian menelisik satu persatu dari Tasya dan teman-temannya.
Mama Keanno menjentikkan jari telunjuknya. "Yang pojok kiri siapa namanya?"
Keanno mendengus. "Mah, ih apaan sih. Mereka kesini mau jenguk aku, bukan mau diabsen."
Namun ucapan Keanno bak angin lalu karena kini mamanya terus menanyakan teman-temannya hingga sampai di pojok kanan. Dan orang itu..
"Kalau kamu siapa?" Mamanya melanjutkan. "Kayaknya pendiem ya? Soalnya cantik."
Emang hubungannya sama pendiem apa ya tolong?
"Tasya." Sontak semuanya hening, mungkin hanya bola mata hitam pekat itu yang lagi menatapnya seolah disana semuanya terjabarkan jelas.
Walau hening, Tasya baru menyadari bahwa gadis kecil yang Tasya tafsir sekitar kelas tiga SD itu bersuara yang berefek semuanya semakin kikuk.
"Kak Keanno modus nih, liatin Asya-Asya terus," Keanno sedikit tersentak namun langsung mengalihkan pandangannya.
"Berisik deh. Ntar kaka bakar semua dvdnya baru tahu."
"Udah-Udah. Tuh pacar kakak kamu nanti ngambek," Mama Keanno menunjuk perempuan itu secara terang-terangan. Dan detik kemudian pipi perempuan itu mengeluarkan semburat kepink-pinkan di pipinya.
Mamanya kemudian menggandeng adiknya Keanno. "Udah yuk keluar kasian daritadi kita recokkin nih temen-temen kakak kamu."
"Oh jadi itu pacar baru lo?" ada jeda. "Seger amat ya lo, lagi sakit diobatin. Uh mau dong gue juga," Nelvan mengerling genit kearah Franda.
Melihat itu Tasya lantas berbisik kecil ke Niara. "Yakin nggak sakit?"
"Tolong ini mbanya butuh kaca kayaknya."
Sialan, benar juga.
"Eh kemarin di grup angkatan rame anjir, lo pada baca nggak sih?" Abyan bertanya terus bergantian menatap semua orang yang berada di ruang ini.
Tasya tiba-tiba merasakan jantungnya berpacu lebih cepat. Bukan karena ia merasa menang dari perempuan yang sekarang berada di sebelah Tasya. Bukan.
Melainkan bagaimana bisa Nando bertindak sebrutal itu dan lagi.. Tasya harus merespon apa jika nanti Keanno bercerita seperti itu?
Tasya menoleh ke arah perempuan disebelahnya dan langsung disambut dengan tatapan yang susah terbaca.
"Lo Tasya?"
Tasya mengangguk. "Iya."
"Oh."
"Eh iya gue baru ngeh, disini ada dua ya doi lu. Satu pacar, satu selingkuhan." Nelvan terkekeh kemudian menerima lemparan guling dari Keanno.
"Jadi lo semua mau tau ceritanya?" Semuanya mengangguk antusias, kecuali Tasya dengan jantungnya yang semakin berdenyut kencang dengan perasaan yang ingin tuli seketika.
***
Keanno masih memeluk guling dengan kesadaran yang masih direnggut oleh alam mimpi ketika sebuah ketukan datang berkali-kali lipat.
Franda yang merasa sudah berkali-kali buku jarinya melompat-lompat ke dinding pintu namun tidak ada respon sama sekali dari si pemilik kamar.
"Belom dibuka juga?" Franda mengangguk.
Kali ini mamanya yang turun tangan dan langsung membuka pintu kamar. Seorang laki-laki yang masih memeluk gulingnya erat-erat.
"Keanno bangun," perintah mamanya sambil menepuk-nepuk lengan Keanno pelan.
Keanno bersuara khas baru bangun tidur. "Iya bentar lagi mah."
"Kamu nggak malu apa ada Franda disini?" Detik itu juga mata Keanno langsung membulat kaget.
Berusaha menetralisir perasaan kagetnya itu, lantas ia terduduk sambil memamerkan sederet giginya yang pasti belum gosok gigi.
"Yaudah kalo gitu, yuk Da kita keluar!" Mamanya berucap memberi jeda agar anak laki-lakinya membersihkan diri dulu.
Sesegera mungkin Keanno langsung membersihkan diri walau terkadang efek dari bengapan wajahnya masih membuatnya meringis.
"What the fuck!" protesnya kala melihat dirinya menjadi bahan gibahan di grup angkatan. Inget. GRUP ANGKATAN. BUKAN GRUP SEPERHITSANNYA. DAN ITU ARTINYA TASYA PASTI TAHU AKAN HAL INI.
Setelah tadi dirinya membersihkan diri lantas meraih ponsel yang sudah semalam tidak ia buka. Dan ekspresi pertama ialah, kaget. Sialan memang si Ghanny.
Belum lagi ucapan Franda sore itu yang masih sering menggema di indera pendengarannya. Ya sore itu, tepatnya setelah Franda membelikkan es batu di sebuah warung. Franda mengutarakan perasaannya.
"Sori kelamaan," kata Franda mengulurkan kresek hitam yang berisikan es batu.
Sebelum menjalankan mobilnya, Franda membahas hal tadi. Hal yang mungkin menurutnya harus diselesaikan.
Sesaat Franda menghembuskan nafasnya perlahan. "Iya gue suka sama lo, No."
Keanno kali ini melihat kearah lawan bicaranya. Bukan rahasia lagi kalau Franda memang menyukainya, karena Franda sendiri sudah pernah mengutarakannya di Cafe, tempo lalu.
"Maaf," lirih Keanno. Apa yang harus ia lakukan selain kata maaf? Menjadikan Franda sebagai pelarian dari rasa sakitnya saat Tasya bersama Nando?
Franda tersenyum samar. Membuat siapa saja yang melihat senyuman itu pasti tahu bahwa itu senyum ikhlas, seolah semuanya baik-baik saja.
"I know, karena lo suka sama Tasya ya?"
"Bukk—" Franda memotong, "Sori kalo tadi gue dengerin sedikit pembicaraan lo."
Kali ini biarkan Keanno yang menghembuskan nafasnya berat, perasaan tidak enak kian menyeruak.
"Yaudah gue cuma mau nanya itu sih hehe," sesudahnya Franda kembali melajukan mobil milik Keanno.
"Kak Anno," semuanya kemudian terpecahkan begitu saja karena suara adiknya dengan disertai bukaan pintu oleh adiknya.
"Kenapa?"
Tiara lantas hanya berdiri di ambang pintu. "Itu kasian pacar kaka nungguin kelamaan," katanya sembari menjentikkan jemari.
"Kak Dada masuk aja kak Anno udah selesai," adiknya pintar sekali persis kurir lisan.
Franda kemudian kembali memasukki ruang kamar Keanno kembali. Sebelum tangan kanannya ditahan oleh Tiara. "Tapi nanti ajalin aku biar rambutnya kliting-kliting gitu ya."
"Siap, sayang." Franda terkekeh dan Tiara lantas berlalu.
Keanno menggeser tubuhnya ketengah ranjang yang semula di pinggir ranjang agar Franda bisa duduk di tepi ranjang.
"Lo udah kayak perawat dah dateng mulu," canda Keanno.
"Jadi gue nggak boleh nih jenguk orang sakit?" tanya Franda sembari menaikturunkan alisnya.
"Nggak," Keanno melanjutkan. "Soalnya orang cantik kayak lo pasti banyak yang ngajak jalan dan lo malah milih jenguk orang sakit."
Franda menyengir sambil menikmati candaan Keanno yang membuat pipinya merona.
"Eh ini pacaran aja," Mamanya kemudian datang dengan membawa semangkuk bubur.
"Ohiya Da, kamu sekolah dimana?" tanya Mamanya kini ikut bergabung dengan keduanya.
"SMA Cendana, tante."
Maman Keanno diam seperti memikirkan sesuatu. "Kalau nggak salah lawan sekolah Keanno ya pas tawuran?"
Franda mengangguk sambil tersenyum sopan.
"Terus mereka yang tawuran gimana?"
"Mereka di skors tante seminggu kalo nggak salah."
Mamanya kemudian ber'oh ria, sebelum sesaat kemudian suara panggilan nama Keanno seakan terdengar.
"Mama keluar dulu ya."
"Mama gue bawel ya?"
Lawan bicaranya menggeleng. "Nggak. Itu namanya khawatir, Keanno."
"Enak juga banyak yang khawatir 'in."
"Emang siapa aja?" tanya Franda walau tiba-tiba hatinya seakan dirajam benda tajam setelah mendengar penuturan bahwa banyak yang khawatir akan Keanno.
"Mama, papa, Tiara, sama—" Keanno melanjutkan ucapannya. "Lo."
Franda kemudian terkekeh dan mencubit lengan Keanno karena kesal.
Tepat setelah cubitan lengan itu selesai, mata Keanno menangkap Abyan disusul dengan beberapa temannya. Dan salah satu diantaranya ada....Tasya.
Jantungnya seketika berdegup kencang bersamaan dengan tatapan Tasya yang menelisik seisi kamarnya.
"Banyak gaya sih lo ah!" Nelvan tiba-tiba datang kemudian meninju lengan Keanno. Dan gerakan Nelvan itu membuat Franda menjauhkan diri dari tepi ranjang dan bergabung dengan rombongan teman-teman kelas Keanno.
"Goblok! Gue lagi sakit, tai."
"Wah ramenya, kalian pada mau makan apa? Biar mama Keanno go-food." kata Mamanya yang muncul dari balik pintu.
"Ini ada banyak, namanya siapa aja?"
Mama Keanno kini menjentikkan jarinya. "Yang pojok kiri siapa namanya?
Keanno segera mendengus. Buat apa juga coba mamanya kenalan. "Mah, ih. Apaan sih. Mereka kesini mau jenguk aku, bukan mau diabsen."
Kini Keanno hanya diam memperhatikan satu persatu temannya menyebutkan namanya, hingga kini sampai di pojok kanan.......
"Kalau kamu siapa?" mama Keanno bertanya seolah sedang menanyai perempuan kecil yang meminta permen.
"Kayaknya pendiem ya, soalnya cantik," tambah mama Keanno lagi.
Mungkin hanya perempuan ini yang berhasil membuat Keanno lagi-lagi terpaku.
"Tasya," jawabnya.
Kali ini tatapannya semakin menuju Tasya, sorot hitam pekat itu seakan menceritakan seluruh isi hatinya.
Hingga satu suara mengacaukannya.
"Kak Keanno modus nih, liatin Asya-Asya terus." Secepat kilat ia mengalihkan pandangnya. Udah ngacauin, salah lagi nyebut nama orang.
"Berisik deh. Ntar kaka bakar dvdnya baru tahu," sungut Keanno sebal.
Mamanya kemudian menengahi. "Udah-udah. Tuh pacar kakak kamu nanti ngambek," sembari menjentikkan jari kearah Franda.
"Udah yuk keluar kasian daritadi kita recokin nih temen-temen kakak kamu," ucap mama Keanno kemudian menggandeng adiknya.
Sepeninggalan mama Keanno dan adiknya disini, Nelvan kemudian langsung berucap yang membuat Keanno terkadang sebal.
"Oh jadi itu pacar lo?" ada jeda, "Seger amat ya lo lagi sakit diobatin. Uh mau dong gue juga," Diakhir ucapan Nelvan mengerling genit ke Franda.
Keanno sengaja tak mengindahkan ucapan Nelvan, berselang menit kedepan suara Abyan mengudara dan sukses membuat Keanno menjawab dengan harus memutar otaknya.
"Eh kemarin di grup angkatan rame anjir, lo pada baca nggak sih?" Abyan menatap banyak orang bergantian, tak terkecuali Keanno.
Keanno jelas sudah tahu arah pembicaraan Abyan kemana.
"Eh iya gue baru ngeh, disini ada dua ya doi lo. Satu pacar, satu selingkuhan," canda Nelvan kemudian terkekeh sendiri. Merasa tak sabar Keanno segera melempar guling kerah Nelvan.
Setelah ia mencari alasan yang tepat, kali ini Keanno berani menceritakan kejadian itu. Ya walaupun dengan sedikit memutar otak.
"Jadi lo semua mau tau ceritanya?" Di mata Keanno kini melihat beberapa temannya yang matanya berbinar dan anggukan antusias.
***
Rada di cut ya abis kl kepanjangan takut nganu HAHAHAHAHA
Bogor, 30 Maret 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top