Part 2
Happy reading,
Kalo suka minta votenya yaa...
***
Tasya melepas ransel yang sedari tadi mengusik bahunya, kemudian ia membersihkan diri sebelum menyantap makanan sedap dari Rita, Mamanya.
Setelah usai membersihkan diri, Tasya menduduki tepi ranjang dan membuka ponselnya yang menampakkan beberapa notifikasi dari Multichatnya bersama Klarisa dan Niara.
NiaraS: si Nelvan napa ganteng banget yaLord ):
KlarisaDita: gantengan juga pacar gue.
Tasya terkikik sebentar, lantas mengetik sebuah pesan kedalam Multichatnya itu.
Tasya: anti bucinbucin club
Tasya: Ya ga Ra?
NiaraS: Yash!!!
NiaraS: yang bucin mohon diam sj
KlarisaDita: Jahat lo semwa
Klarisa Dita: Awas aja kalo ada yang nanya ke Revan tentang doi-doi kalian.
Tasya: Yee tumben pundung
Baru Tasya ingin mengetik pesan lagi namun suara Mamanya telah memekakan telinga.
"Iya mah, Tasya kebawah sekarang," teriak Tasya lantas menaruh ponsel di atas nakas.
Dari jarak pandang yang masih agak jauh, semerbak harum masakan kini membuat Tasya tidak berhenti mengendusnya. Ayam goreng, pasti nikmat.
Tasya menarik kursi lantas mendudukinya, "Papa belum pulang mah?"
"Ya belum lah Sya, ini kan masih jam kantor. Kamu gimana sih," ucap Mama terdengar nada sebal. Memang sih, Tasya sadar sering bertanya padahal sudah tau jawabannya.
Setelah merapalkan doa sebelum makan, ia langsung menyuapinya. Rasanya enak sekali, ayam goreng dipadu sayur asem serta sambal terasi.
"Kelas kamu gimana?" tanya Mama di tengah-tengah kunyahan nasinya itu.
"Enak?" lanjut mama lagi.
Tasya mendadak langsung diam, seperti habis dihipnotis. Tubuhnya dan lidahnya seolah kaku, sendok nasinya juga entah kapan sudah ia taruh di piring.
Pikirannya berkelana jauh, memikirkan laki-laki yang sempat mencuri perhatiannya itu. Keanno. Namun setelah mengetahui mulutnya bak sambal mercon mungkin bisa dikatakan Tasya enggan untuk menyukainya.
Tasya benci cowok bermulut pedas yang seenaknya mencaci perempuan. Tasya benci cowok yang berteriak dengan kata umpatan.
Tasya selalu benci akan sifat cowok itu. Kecuali, pesonannya.
"Sya?" Mama menyadarkan lamunan Tasya yang kini dapat ia jawab dengan anggukan.
"Enak kok mah, teman-temannya juga asik," jawab Tasya dan sontak selera makannya telah hilang entah menguap kemana.
Mamah hanya ber 'Oh ria mendengar jawaban dari putri semata wayangnya ini.
Bermenit-menit kemudian Rita kembali menyuapkan nasi ke mulutnya, dan Tasya yang telah mengeluh kenyang.
***
Suara riuh kembali terdengar di beberapa penjuru sekolah, salah satunya ruang kelas 11-IPS-1. Kegiatannya di hari kedua setelah libur kenaikan kelas ialah menentukan organisasi struktur kelas.
Dari mulai ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, bendahara, juga tetek bengek lainnya. Tasya hanya menguap beberapa kali melihat Bu Dian yang lagi-lagi sibuk menawari muridnya untuk menjadi salah satu bagian organisasi kelas.
Niara juga ternyata sekelas bersama Tasya dan Klarisa karena setelah lawakan dari Keanno mereda. Bu Dian kembali mengabsen manusia-manusia di kelas ini.
Mata Bu Dian tiba-tiba terhenti pada Tasya. "Kamu ya! Mau 'kan?"
Tasya melongo kaget juga ekspresi Klarisa yang tidak kalah kaget melihat temannya akan dijadikan Bendahara kelas.
"Saya Bu?" Tasya menunjuk dirinya sendiri.
Bu Dian mengangguk kecil, "Iya, kamu bisa 'kan jadi Bendahara? Untuk uang kas nanti kita sepakati bersama aja ya."
Tasya menggeleng kuat-kuat. "Nggak bu, saya takut hilang. Saya teledor anaknya."
"Udah cuma megang duit apa susahnya sih," celetuk salah satu dari manusia disini. Tasya melirik ke sumber suara ternyata Keanno.
Pikirannya kembali mengulang ucapan Keanno yang super pedas, sontak membuat Tasya meringis.
"Iya tuh, nanti kalau ada yang ngambil biar dijagain sama Anno," kata bu Dian sambil melirik bergantian antara Tasya dan Keanno.
"Hah? Kok saya sih Bu?" tanya Keanno dengan nada tidak terima namun terdengar sopan.
Seolah tidak menggubris ucapan Keanno, kini Bu Dian bertanya kembali pada Tasya. "Jadi kamu mau 'kan?"
Tasya menggeleng lemah kali ini. "Maaf Bu, saya nggak bisa."
Sebenarnya Tasya malas berurusan dengan banyak orang, apalagi harus menagih uang kas. Sudah capek tenaga, capek suara pula. Masih mending dibayar, kalau tidak?
Bu Dian akhirnya termanggut-manggut mengerti. Lalu pandangannya kembali ia jatuhkan pada perempuan di depan Tasya. Sabil.
"Sabil, kamu mau ya?" tanya Bu Dian lagi.
Satu menit. Dua menit. Kemudian perempuan di depan Tasya itu lantas mengangguk.
"Nah kalau gini 'kan si Keanno semangat jagainnya," ujar Bu Dian sambil terkekeh.
"Buset Bu, masa pangeran negeri dongeng disandingkan sama Ibu komodo," balas Keanno yang membuat lagi-lagi semua tertawa. Kecuali Tasya.
Klarisa menyenggol bahu Tasya kecil, "Lo nggak ketawa apa."
"Kasian anjir, coba lo digituin. Mulutnya pedes banget," ujar Tasya.
"Emang, tapi nggak papa deh. Untung ganteng," Klarisa lantas terkekeh.
"Sudah, ayo serius." ada jeda, "Fix ya! Sabil jadi bendahara. Terus seksi kemanan si Keanno."
"The best couple," ucap Bu Dian lagi yang membuat si Keanno mengumpat kecil. "Najis."
***
"Eh lo tau nggak si Resya pacaran sama Kak Vino," kata Niara memulai gosipnya.
Huh, kak Vino. Dia itu kakak kelas terganteng dan teramah menurut Tasya. Bagaimana tidak? Saat masa orientasi dulu dia laki-laki yang paling banyak mengumbar senyum.
Ya menurut Tasya sih karena dia ramah, namun jika kata banyak orang dia hoby tebar pesona. Entah, apa Tasya yang terlalu positif thingking atau memang kenyataannya seperti itu.
Tasya mengaduk jus alpukatnya itu dengan sedotan, "Serius lo?"
Niara mengangguk mantap. Ohiya, jangan tanyakan dimana keberadaan Klarisa saat istirahat karena dia sedang asyik bucinan bersama Revan.
Niara mengangguk mantap, "Cinta pertama lo ya di SMA?"
Tasya mendengus, "Enak aja lo! Gue cuma suka dalam artian kagum bukan cinta pengen dapetin."
"Ya gue kira lo segitunya," balas Niara.
"Sya itu Nelvan," ucap kecil Niara pada Tasya.
Pandangannya lantas terarah pada dua manusia. Nelvan dan Keanno. Entah beberapa menit kemudian kedua perempuan ini terhanyut memandangi mereka.
Entah mengapa hanya menatap Keanno saja degup jantung Tasya seakan sedang berpesta pora, euforia seakan mendominasi perasaannya.
Keanno yang merasakan ada pasang mata yang melihatnya secara terus menerus merasa risih. Lantas ia menoleh ke perempuan yang berkuncir kuda itu.
Setelah Keanno ingat-ingat kalau tidak salah perempuan berkuncir kuda itu salah satu teman sekelasnya.
"Apa lo ngeliatin gue?" Tasya langsung sadar saat objek yang ia lihat membuka suara padanya.
Malu. Satu kata yang menggambarkan keadannya seperti ini.
Lantas Tasya hanya menggeleng lemah. Tidak. Ia sama sekali tidak ingin menunduk, karena dengan tindakan menunduk seperti itu menurutnya bisa membuat Keanno besar kepala atau dalam artian membuat Keanno merasa ganteng.
Keanno mencibir sebelum pandangannya ia alihkan pada tempat lain, "Aneh."
Tasya meringis untuk yang keberapa kalinya. Aneh. Ucapan Keanno sama sekali tidak menggores hatinya yang berarti perasaan Tasya hanya pure kagum seperti ia pada Kak Vino.
Kagum karena rupa Keanno yang seperti mempunyai daya tarik sendiri, bola mata hitam pekat itu seakan mempunyai lubang hitam disana. Oh iya, jangan lupakan satu kelebihan yang terdapat pada Keanno.
Yaitu, jurus umpatan yang dengan enaknya memborbardir tingkat kepercayaan diri pada korban yang dibullynya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top