Part 10
Banyak kata umpatan, mohon tdk ditiru wkwk
***
"Yah, bidadari gue pergi." Keanno melirik temannya itu. Pede sekali dia.
"Najis, tompel gajah mah diem aja."
Keanno segera mengambil buku cerita frozen di tangan Nando. Sontak dahinya mengernyit. "Kok buku cerita sih?"
Nando mendengus. "Dvd nggak ada bego. Udah sih ade lo mah iya-iya ini."
Keanno segera menoyor kepalanya. Sembarang sekali, memang dipikir adiknya idiot apa sampai tidak bisa membedakan dvd dengan buku cerita. "Tai."
"Bacot."
Keanno lantas tidak menggubris karena memilih menuju kasir dan segera membayar buku cerita frozen ini. Sebenarnya Keanno berupaya mengalihkan kecintaan kartun adiknya pada monster berwarna janda itu hilang dengan menggantikan kartun bersoundtrack let it go ini.
Setelah nominal disebutkan oleh mbak kasir, ia segera membuka dompet kulitnya dan menyerahkan selembar berwarna pink.
Kemudian Keanno dan Nando lantas menuju lantai tiga. Tempat Nando membeli kue untuk mbaknya yang hari ini katanya berulang tahun.
Entah menit keberapa, mungkin tepatnya setelah Nando membeli birthday cake untuk Mbaknya dan tibalah kaki mereka menginjak basement mall.
"Gas nih ke Abah?"
"Kayaknya gue nganter kue bentar terus sorean baru ke Abah," jawab Nando dengan pandangan yang masih terpaku pada ponselnya yang tiba-tiba berbunyi.
Keanno lantas menjawab simbol jari telunjuk menandakan sip
Motornya kembali membelah jalanan ibukota, tidak ada terik matahari yang menyengat digantikan karena digantikan dengan sekumpulan awan tebal yang menimbulkan sensasi mendung.
Sesaat kemudian, motor Keanno sudah sampai di depan warung Abah.
Warungnya cukup luas mempunyai banyak tempat duduk dan yang pasti berlokasi dekat dengan sekolahnya.
"Woi," Ico menjabat tangan Keanno dan dibalas jabatan tangan pula oleh Keanno.
Matanya lantas menangkap beberapa temannya yang sedang asyik berbincang. "Ada apaan?"
Satu temannya, Farhan mengangkat pandangannya. "Ini ngomongin studytour."
Lantas Keanno ikut menimbrung dengan kedua tangannya yang sudah menghimpit satu batang rokok, lantas Keanno menyulutkannya.
"Terus mau kemana?"
"Anak-anak ada yang bilang mau Jogja, ada yang Bali, ada yang bilang mau juga Malang."
Keanno menghembuskan kepulan asap yang berasal dari rokoknya. "Menurut gue sih Malang."
"Sama sih gue juga," kata sebagian orang ditongkrongan itu.
"Jogja ah gue," kata sebagian orang lagi.
"Bali gue mah!" pekik Ico bersemangat. Jadi yang ingin ke Bali cuma si Coco Royco?
"Jadi yang mau ke Bali cuma si Coco Royco?" yang lain mengangguk lantas terbahak.
"Sinting lo!" kekeh Keanno berikutnya.
Ico mendengus, " Ye enak kali bisa indehoi sama bule."
Keanno terkikik lantas. Memangnya ada yang mau bule indehoy sama si Ico? Mending gue kemana-mana, pikir Keanno.
"Mending gue kemana-mana. Pasti bule mau indehoy mikir-mikir juga lah."
"Lo mah Indehoy aja sana sama Sabil," lanjut Keanno dan menit kemudian tongkrongan ini disesaki dengan canda tawa.
"Sampah lo semua ah!" kata Nelvan tiba-tiba, ya tepatnya setelah ia bersalaman satu persatu dengan penghuni tongkrongan SMA Cita Bangsa ini.
"Tadi gue nggak sengaja ketemu Tasya terus berhubung searah gue nganter dulu," ucap Nelvan yang sangat tercetak jelas nada pamernya itu. Untuk apa?
Nelvan lantas mengernyitkan dahinya bingung karena melihat perubahan airmuka Keanno. "Bentar-bentar."
"Katanya si Nando yang suka sama dia, kok lo yang kayak kepo gitu wajahnya," lanjut Nelvan.
Keanno lantas sedikit tersentak, mungkin setelah ini kalian jangan lupa ingetin Keanno untuk bergabung dengan eskul Drama di sekolahnya agar permainan mimik wajah tidak patut diberi angka nol lagi.
"Enggak kok," alibi Keanno.
"Gue pemilih kali jomblo juga berkualitas," bohongnya lagi.
Keanno tahu, bahwa kali ini hatinya sudah seakan dibawa pergi oleh gadis bernama Tasya. Namun ada sebuah rasa seperti mencubit dinding hatinya saat Tasya tidak menggubris pesannya. Mengingat itu, membuat gengsinya kini kian ia bangun setinggi mungkin. Layak benteng yang selalu ingin menembus langit.
Jadi, lebih baik ia simpan rapat-rapat perasaannya. Enggak- dia bukan sok secret admirer-secret admirer.
"Tai lo, anti nikung-nikung club," komentar Ico.
"Liatin ya ntar gue gebet primadona SMA sebelah," ucap Keanno namun terdengar lebih tepat sebuah janji.
"Deal?" Ico menaikturunkan alisnya, menunggu uluran tangannya dijabat.
"Kalo nggak lima ratus rebu ya?" tambah Ico, otak mencari duitnya cepat.
Anjing. Bangsat. Setan. Kenapa Keanno harus mengucapkan kalimat laknat itu? Lima ratu rebu lumayan sebenarnya, cuma bukan uang saja dipikirannya. Ia takut, takut akan ditolak mentah-mentah.
Namun lagi-lagi, sisi dirinya seakan mengeluarkan asumsi. Bahwa setidaknya perempuan cantik pasti mau dengan dirinya. Apa yang kurang dari seorang Keanno?
Tampang sudah pasti, perawakan bagus, dompetnya juga tebal, kecuali saat Papahnya memotong setengah uang jajan bulanannya setelah tau ia masih melakukan kebiasaan jelek itu. Merokok.
Mobil ada, motor juga.
Tapi kenapa Tasya nggak mau ya dengan dirinya? Ah, sepertinya dia terlalu special untuk didapatkan seorang Keanno.
Karena yang special bukan selalu tentang fisik, mungkin bisa aura positif yang kian menguar dalam diri Tasya.
Keanno lantas membalas jabatan tangan si dajjal berotak uang ini. "Deal."
***
Deru bunyi motornya kini berhenti setelah roda motor itu menginjak di pelantaran halaman rumahnya. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 23.30.
Keanno mencabut kunci motornya dan merogoh saku jeans jemarinya lihai mengambil sebuah kunci rumah.
Baru jemarinya menemukan kunci rumah, seseorang dari dalam telah membukanya terlebih dahulu. Dan menampakkan perawakan Esa.
"Dari mana kamu?" suara dingin khas Papahnya.
Keanno menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Dari tongkrongan Pah."
Usai Keanno mengucapkan kalimatnya itu, Papahnya langsung mengernyitkan dahinya.
"Ngerokok lagi?"
Keanno mengangguk sambil menampilkan sederet gigi putihnya itu.
Papahnya lantas menggeleng-gelengkan kepalanya capek. Bukan capek karena punya anak kayak Keanno, tapi capek karena anaknya susah diberi tahu.
"Yaudah sana ke kamar! Cuci kaki, tangan terus makan." Keanno mengangguk patuh.
Sesampainya di kamar, badannya segera ia hempaskan ke ranjang kesayangannya itu. Bermenit-menit kemudian ia merasakan ada sebuah kejanggalan.
Ia berpikir terus apa yang menjadikan perasaannya malam ini begitu terganjal. Mungkin hampir seperempat jam otaknya bekerja keras, namun kali ini ia menemukan sebuah kejanggalan itu.
Bahwa buku cerita Frozen milik adiknya itu ketinggalan di warung Abah. Segera ia mengetikkan sebuah pesan di sebuah grupnya.
[Warungabh]
Keanno: buku cerita frozen gue yang gue bawaa pada liat ga
Ico: gue tahu
Keanno: Dimana
Ico: berani berapa
Keanno: Tai
Nando: Gue masih di Abah nih
Nando: bentar gue cari
Ya, Nando datang setelah dua sampai tiga jam berselang dengan Keanno.
Tidak lama Keanno menunggu balasan, karena kini barang yang ia cari sudah ditemukan di meja pojok bekas Keanno duduki tadi.
Nando: udah ketemu nih
Huh, akhirnya untuk beberapa hari kedepan setidaknya adik ajaibnya itu tidak akan secerewet tadi.
Keanno: Ok, gue nitip ya besok bawa
Setelahnya ia menutup ruang obrolan grupnya itu, kini ia membaca banyak pesan masuk yang lumayan banyak. Dari beberapa perempuan juga ada, cuma malas ia balas.
Karena memang dirinya tidak suka berbasa-basi yang nantinya akan membuat beberapa perempuan menaruh harapan di hatinya.
Jemarinya terus mengscroll-up pesan-pesannya dan ada satu yang sontak membuat Keanno meringis geli sekaligus jijik.
SabilaU: Keanno follwbck aku ya;)
Ia lantas menarik jendela notification, dan benar. Aku instagramnya bertambah satu pengikut.
Najis. Anjing. Bangsat. Ternyata lawakannya selama ini disalahartikan, type lawakan yang tersirat makna menghina malah diartikan makna jika dirinya menyukai Sabil, si Ibu Barney.
Kali ini juga rasanya Keanno ingin menghapuskan akun line dan instagramnya atau minimal ia menyembur kedua akun sosmednya dengan air suci.
Sial, ini lebih sekedar mimpi buruk bagi Keanno.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top