Laki-Laki Shift Malam

Vampire

Entitas malam hari yang bertahan hidup dengan mengonsumsi darah manusia. Tak tahan sinar matahari. Katanya tak suka benda perak terutama salib dan bawang putih. Beberapa literasi menyebutkan kalau mereka berkulit pucat bernetra merah dan mempunyai rupa diatas rata-rata manusia.

Kalau begitu...

Apa pria yang selalu bekerja di shift malam minimarket dua puluh empat jam dekat sekolahku ini seorang vampire?

Malam ini aku kembali berkunjung ke minimarket. Dengan niat belanja makan malam sekaligus mengobservasi kembali pria yang kucurigai vampire itu.

Namanya Hayan. Kalau kuperhatikan dia cenderung pendiam padahal punya wajah yang lumayan disukai wanita meskipun tampak sedikit pucat. Mengenakan kacamata tebal, sehingga aku kurang bisa memastikan apa warna bola matanya.

Dia selalu terlihat di shift malam. Tak pernah kelihatan di shift lainnya. Aku pernah bertanya kepada kasir lainnya, namun mereka semua bilang dia hanya ambil shift malam karena kesehatannya.

Kesehatan? Sejujurnya itu terdengar aneh. Karena itu aku mencurigainya.

Seperti biasa, dia mengambil shift malam. Hanya duduk di kasir bengong menonton televisi. Aku mengambil mie gelas, nasi kepal dan sebotol kopi dingin dan membayarkannya. Tak ada yang aneh dari tindak tanduknya, selain dia agak menyipit melihat gelang perak ditanganku.

"Ada apa?" tanyaku heran.

Dia hanya menggeleng. "Totalnya 25000 won" katanya selesai menghitung belanjaanku. Ekspresinya datar.

"Oh iya" aku buru-buru membayarnya.

"Mau makan disini langsung seperti biasa?" tanyanya tiba-tiba

Aku tertegun, apa dia menyadari kalau akhir-akhir ini aku seperti mengawasinya? Sebaiknya aku menjawab apa? Sebentar kalau aku buru-buru pergi, itu akan terdengar mencurigakan. Lebih baik iyakan saja.

"Y-yah... tolong air panasnya hehe" kekehku menyodorkan mie gelasku kepadanya.

Sembari menunggu air panas, siaran televisi menampilkan berita mengenai kematian aneh lagi. Kematian dengan tubuh mengering dengan darah terkuras habis namun tak ada luka selain luka gigitan di leher. Tentu saja terjadi perdebatan apakah itu disebabkan oleh manusia atau vampire.

"Menurutmu apa vampire itu eksis tidak Hayan-ssi" tanpa sadar tiba-tiba saja aku melontarkan pertanyaan itu. Dan begitu aku menyadarinya, aku sudah terlambat untuk menarik kembali pertanyaanku.

"Huh? Vampire?"

Dia tampak berpikir sejenak. Lalu hanya mengangkat bahu.

"Mau dibilang tidak eksis, kasus akhir-akhir ini berkaitan dengan itu. Aku tidak begitu peduli sih" katanya datar mengecek air panas. Oh sudah selesai ternyata.

"Silahkan mienya" katanya akhirnya menyerahkannya kepadaku.

"Terima kasih" lalu aku pun duduk di meja terdekat untuk menikmati mie langsung. Masih sambil mengamatinya.

Tak ada yang aneh selain dia sesekali mengecek barang. Kadang juga membuka kulkas minimarket mengambil sekotak jus tomat dan memasukkan uang miliknya ke meja kasir. Tak ada yang istimewa lagi kah?

"Kau tidak segera pulang?" tanyanya tahu-tahu sudah di depanku.

"Eh? Ah..." aku gelagapan. Apa aku ketahuan sedang mengamatinya.

"Ini udah jam dua belas malam lho dek. Anak sekolah sudah harus di rumah jam segini"

Aku terkejut reflek menatap jam minimarket. Alamak sudah empat jam aku disini dan sudah sejak lama jajananku habis.

"Ah iya terima kasih. Aku permisi dulu" kataku buru-buru pergi.

======

Sepanjang perjalanan pulang suasananya terasa sangat sepi entah kenapa. Apa karena berita tadi? Seingatnya di berita sudah ada peringatan jangan pulang terlalu larut. Kalaupun terpaksa pulang larut harus membawa sesuatu untuk melindungi diri. Masalahnya aku lupa menyiapkan hal itu karena terlalu terfokus dengan penjaga minimarket ganteng itu.

Eh? Sejak kapan aku berpikir pria itu ganteng. Ah lupakan saja.

Tapi rasanya keheningan ini terasa kurang normal. Apa hanya perasaanku saja. Tapi tak hanya itu, sedaritadi aku merasa tengah diikuti. Namun setiap ku menoleh tak ada satupun di belakangku.

Stalker? Orang aneh? Hantu?

Sebaiknya aku lari pulang secepat yang kubisa.

Tapi justru karena ku memutuskan untuk berlari, aku semakin yakin ada orang yang tengah mengejarku. Tolong siapa saja, tolong aku.

Aku terus berlari menyusuri lorong, dan tanpa sadar menabrak seseorang.

"Ah... maafkan sa-" aku terdiam tak sempat menyelesaikan kata-kataku karena melihat sesuatu yang salah dengan orang yang kutabrak.

Orang itu tampak berlumuran darah di bibirnya. Memiliki sepasang netra merah semerah darah, berkulit pucat, bertaring dan ditangannya ia tengah memegang seorang perempuan dengan leher berlumuran darah dan bibirnya mulai membiru.

Apa vampire itu eksis, Hayan-ssi?

Aku tiba-tiba teringat pertanyaanku sendiri sebelumnya. Dan apa yang kulihat sekarang seolah menjawab pertanyaanku tadi.

"AAAAAAAAAAA"

Eksis. Vampire itu eksis. Mereka benar-benar ada di dunia ini. Dan karena aku melihatnya, sosok yang kutabrak tadi sekarang tengah berusaha mengejarku.

Sekali lagi aku berlari. Kali ini benar-benar lari karena bahaya yang jelas. Aku tak ingin mati. Namun pelarianku menghadapi jalan buntu. Aku terpojok.

Sosok dengan taring itu tampak semakin mendekat. Dan mencengkeram kerah bajuku. Aku berusaha melawan, namun tenaga kami terasa sangat berbeda. Aku tak bisa melawannya sama sekali.

Rahang penuh darah itu terasa semakin dekat dengan wajahku. Aku hanya bisa memejamkan mata. Aku sudah pasrah dengan kematian. Ah apa ini dosaku sudah mencurigai orang tak bersalah?

BUGH

Aku seperti mendengar suara benturan keras. Bersamaan dengan aku terduduk mencium tanah. Aku membuka mata, tampak seseorang tengah memukul vampire tadi dengan pemukul besi berkali-kali tanpa ampun. Sosok yang memukul vampire itu tampak familiar.

Berkulit pucat, berkacamata dan ekspresi datar.

"Hayan-ssi?"

"Kenapa kau lari. Lihat kau hampir diserang kan?" dengusnya tampak begitu marah kepadaku. Ia melempar pemukul besi ditangannya setelah memastikan vampir tadi tidak bangun lagi.

Eh sebentar. Lari?

"Hayan-ssi... kau yang mengikutiku tadi?" tanyaku memastikan.

Ia terdiam. Seolah baru kelepasan bicara. Aku menyipit menatapnya menuntut jawaban. Akhirnya ia hanya mengangguk.

"Sudah terlalu larut. Makanya aku hendak memastikan kau pulang dengan selamat" katanya.

"Tapi kan kau bisa memanggilku" tanyaku heran.

Hayan hanya menggaruk kepalanya. Sepertinya tadi ia tak memikirkan hal itu sama sekali.

"Maaf lupa" akunya datar.

"Sebaiknya kita keluar dari sini. Bau darah mudah untuk memancing yang lain berdatangan" katanya lagi tahu-tahu menarik tanganku keluar dari gang buntu.

Aku hanya menurut ketika tanganku dipegang. Sampai akhirnya aku baru menyadari kalau tangan Hayan terasa sangat dingin.

Begitu akhirnya kami keluar dari gang buntu aku memutuskan untuk benar-benar bertanya padanya.

"Ngomong-ngomong Hayan-ssi kenapa tanganmu sangat dingin?"

Hayan yang tengah membersihkan kacamatanya yang kecipratan darah tertegun mendengar pertanyaanku.

"Biarkan saja itu" katanya akhirnya menatapku lurus tanpa kacamatanya. Aku bisa melihat sepasang netra merah menghiasi wajahnya. Kemudian ia memasang kembali kacamatanya.

"Asal aku tak menyerang siapa-siapa seperti orang tadi bukan masalah kan?" katanya pendek. Berjalan mendahuluiku.

Aku terdiam cukup lama mencoba mencerna kata-katanya barusan. Apa jangan-jangan Hayan memang...

"Berarti Hayan-ssi benar-benar vampire?" tanyaku memastikan.

"..."

"Bukannya kau sudah lama tahu hal itu. Sudahlah dimana rumahmu. Malam semakin larut" katanya tampak tak sabar menungguku mengikutinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top