The 1.500th Moon Festival

Festival Bulan Purnama telah tiba! Dalam waktu tiga hari ke depan, anak-anak berusia 12 sampai 16 tahun akan membuat kelompok pencarian untuk menyusuri jejak manusia serigala. Setiap kelompok beranggotakan tiga orang yang akan mengenakan jubah merah dan berkeliling hutan.

Florentine, gadis bermata biru dengan rambut pirang dikepang dua itu memandang kagum berbagai pernak-pernik festival. Ada topeng serigala, kerudung merah, garpu tumpul panjang dari perak. Pandangan kagumnya terhenti ketika seseorang menarik tangannya, membelah keramaian pasar.

"Flo, ayo! Ini kali pertamamu bersiap untuk Moonvest, kan?" kata seorang laki-laki berkulit pucat dengan bintik di wajahnya. Dia tersenyum lebar, mengambil sebuah kerudung merah dan memakaikannya pada Flo. "Cantik!"

Florentine tertawa kecil, mengembalikan kerudung itu. "Isaac, di mana Geradine?"

Belum sempat Isaac menjawab, seorang gadis berambut cokelat dengan hiasan bunga di rambutnya datang membawa sebuah keranjang. "Malam ini kita akan berburu serigala!"

Ketiganya tertawa, berjalan beriringan ke sebuah lapangan di sisi hutan. Sebetulnya Florentine belum mengetahui apa maksud dan tujuan festival ini. Ia baru saja pindah ke Desa Foxxterbeard beberapa bulan lalu.

"Apa ada manusia serigala sungguhan?" tanya Flo ingin tahu.

Geradine tertawa, mengibaskan tangan. "Tentu saja tidak ada. Festival ini hanya untuk merayakan dongeng lama. Konon, desa ini dulu sangatlah makmur. Namun, keserakahan membuat tetua desa ini bersekutu dengan setan dan mengubah dirinya menjadi serigala yang berburu setiap bulan purnama."

Flo mendengarkan cerita Geradine dengan seksama. Ia membulatkan mata penasaran.

"Serigala ini akan datang ke setiap rumah, mengetuk, dan mengambil salah satu anak empunya rumah untuk dijadikan makanan. Nantinya ketika ia sudah kenyang, ia akan kembali menjadi manusia dan ... boom! Panen kebun dan sawahnya, atau hewan ternaknya akan laku terjual dengan harga tinggi," ucap Geradine melanjutkan. "Warga desa memutuskan untuk menangkap serigala itu dan membuangnya ke hutan. Sejak itu, desa ini aman hingga sekarang."

Flo mengangguk. "Lalu untuk apa festival ini dibuat? Bagaimana jika serigala itu masih hidup?"

Kali ini Isaac tertawa. "Tidak mungkin, itu dongeng yang sudah sangat lampau. Festival ini pun tidak pernah memakan korban. Tenang saja."

☆☆☆

Jam menunjukkan tepat pukul sembilan ketika masing-masing kelompok bersiap memasuki hutan dari tiga titik yang berbeda. Setiap kelompok diharuskan mencari serigala buatan dan menemukan jalan keluar secepatnya.

Isaac memimpin jalan, disusul oleh Florentine dan terakhir Geradine. Hutan ini biasa disebut hutan terlarang, tidak ada anak kecil yang diperbolehkan bermain ke sini. Namun, Isaac dan Geradine sudah pernah melalui Moonvest tahun kemarin. Paling tidak, keduanya sudah mengenal sedikit tentang hutan ini.

Suasana terasa mencekam ketika ketiganya sudah menyusuri hutan, mencari pos pertama untuk petunjuk pertama. Sebenarnya, ini tidak ada beda dengan susur jejak di kemah musim panas, tapi dilakukan malam hari saja.

Boo!

Sebuah bayangan berbulu mengagetkan ketiganya di salah satu pohon yang tinggi dengan penanda bertuliskan pos pertama.

"Aku ke sini untuk meminta peta," ucap Isaac pada sang bayangan berbulu itu.

Sang bayangan menggeleng, ia menyerahkan sebuah kertas dengan angka acak, dengan isyarat tangan, ia meminta ketiganya untuk memilih angka antara 1 sampai 5. Ketiga anak itu berpandangan, kemudian menunjuk angka 3 bersamaan.

Cengiran lebar muncul di bibir sang bayangan. Ia memberikan sebuah keranjang dan kertas kepada mereka. Di kertasnya bertuliskan sebuah perintah, untuk mengumpulkan 10 buah apel merah yang berserakan di sekitar pos.

Flo memandang sekeliling, ada beberapa apel di sekitar mereka. Ketiganya bergegas menyebar untuk mengumpulkan apel. Flo mendapat bagian ke arah utara yang sialnya hanya sedikit apel merah di sana. Langkah kakinya terus bergerak menjauh dari pohon pos pertama hingga hanya terdengar deru napas dan langkah kakinya saja.

Tiba-tiba dari arah berlawanan, Flo mendengar suara geraman kecil diiringi ranting yang terinjak. Badannya menegang, merasa takut, ia segera mengambil apel terakhir dan bergegas menuju pos utama. Dari sudut matanya, ia melihat pancaran sinar yang membentuk mata. Gadis itu menggeleng, halusinasi. Tidak mungkin festival ini diadakan jika berbahaya. Ia berlari cepat, menuju teman-temannya.

"Ada apa, Flo?" tanya Isaac sekembalinya Flo dengan napas terengah. Flo menunjuk ke sisi belakang, mencoba mengatur napas. Isaac mengikuti arah jari Flo, mencari sesuatu.

"Aku melihat ada mata di sana, terdengar bunyi geraman juga," jawab Flo sambil menaruh apelnya ke keranjang.

Sang bayangan membuka topeng serigalanya dan menghitung apel di keranjang. "Kau baru pertama kali ikut Moonvest?" tanyanya ringan yang dijawab anggukan oleh Flo. "Tidak ada serigala, tenanglah," lanjutnya sambil memberikan secarik kertas bergambar tanda silang selanjutnya.

Geradine mengambil kertas itu dan berterimakasih. Ketiganya pun berjalan meninggalkan pos pertama, menuju arah berlawanan dari Flo tadi. Merasa tidak nyaman, gadis pirang itu sempat menengok ke belakang, ia melihat sang bayangan berbulu itu tertawa lebar dan menggigit salah satu buah apel. Mungkin benar yang dilihatnya tadi hanya halusinasi.

Langkah mereka semakin jauh, tapi sebuah suara mengganggu pendengaran ketiganya; geraman kasar dan benda jatuh. Geradine menghentikan langkah, kemudian ketiganya saling berpandangan dalam diam. Benar hanya halusinasi, kan?

☆☆☆

Bulan malam ini tampak begitu terang, berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Geradine tampak kesulitan menentukan arah, sementara Isaac memandang berkeliling mencari jalan. Ketiganya sepakat untuk tidak membahas kejadian tadi, paling tidak hingga mereka berhasil keluar dari hutan ini.

"Sepertinya ke sana," kata Geradine menunjuk ke arah utara dengan pepohonan rindang nan tinggi.

Isaac terlihat ragu. "Tahun lalu tempatnya tidak terlalu jauh dari pusat hutan, Ge. Pepohonan tinggi itu terlalu jauh."

"Mana mungkin tempatnya selalu sama setiap tahun," sahut Geradine kesal, "ayolah, ini festival ke 1500. Pasti ada yang berbeda."

Isaac menimbang, sementara Flo memerhatikan arah yang ditunjuk Geradine. Ada perasaan ingin segera berjalan ke sana, entah kenapa. Ia memasang tudung dari jubahnya, kemudian berjalan ke arah utara. "Kita coba saja."

Berat hati, Isaac mengikuti Flo dan Geradine yang tersenyum menang. Ketiganya berjalan menyusuri pepohonan dengan mata siaga. Entah apa yang terjadi, adrenalin Flo terpancing begitu tinggi. Langkahnya semakin cepat, bahkan hampir meninggalkan Isaac dan Geradine.

"Flo, perlahan. Nanti kau bisa tersesat," panggil Isaac setengah berteriak.

Baru saja suara Isaac hilang, terdengar geraman bersahutan. Kali ini sangat kencang, diiringi langkah yang terseok dan suara ranting yang diinjak. Isaac dan Geradine terdiam, memandang Flo yang tetap berjalan. Keduanya berpandangan, kemudian berlari mengejar Flo.

Geradine menahan tangan Flo. "Flo berhenti. Sepertinya kita salah jalan, ayo kembali."

Flo bergeming. Ia melepas tangan Geradine dan berjalan lagi menuju hutan. Kali ini Isaac menahan tubuh Flo. "Berhenti, kita salah jalan," ucapnya. Ia memandang wajah Flo yang kini tampak aneh.

Pandangan Flo lurus ke depan, bola matanya membulat dan berubah menjadi warna merah dengan binar kuning, tajam. Senyum di bibir Flo terasa aneh. Dari ujung bibirnya terlihat dua buah taring kecil muncul. Isaac mundur, menarik Geradine menjauh.

Menyadari ketakutan di wajah Isaac, Flo melihat ke arah Isaac dan Geradine. Memamerkan senyum dan taringnya dengan jelas. "Kenapa? Kalian mencari manusia serigala bukan?"

Gemetar. Geradine dan Isaac berpegangan erat. "Ada apa denganmu, Flo?"

Florentine tertawa. Dari belakangnya terlihat beberapa hewan berbulu dengan mata bersinar. Ia memandang Isaac dan Geradine bergantian. "Bukankah aneh aku pindah ke desa ini tepat di tahun ke 1500 festival bulan purnama diadakan?"

Flo membuka tudung merahnya, ia mengetukkan jarinya di dagu. "Kalian sungguh naif. Sudah pernah mendengar dongeng si gadis bertudung merah, kan? Tentu saja sudah, kalian memarodikan dongeng itu di malam festival," katanya sambil tertawa. "Dongeng itu nyata. Aku datang untuk membalas dendam pada desa ini. Tik, tok. Kalian tertipu."

Dengan cepat Flo berubah menjadi sosok tinggi yang berbulu. Wajah cantiknya berubah menyeramkan, menjadi sosok serigala dengan tatapan bengis. Isaac dan Geradine terdiam. Keduanya tidak mampu bergerak. Flo mendekati keduanya, "Aku punya pilihan untuk kalian. Ikut bersamaku menjadi manusia serigala untuk membalas dendam pada desa ini, atau menjadi makananku."

Isaac mengeluarkan garpu panjang dari pinggangnya, berusaha menyerang Flo yang tentu saja dengan mudah dihancurkan oleh serigala itu. Flo melempar tubuh Isaac pada kerumunan serigala di belakangnya. Darah Isaac tersisa di sudut mulut Flo yang kini mendekati Gerandine.

"Bagaimana?"

Geradine menggeleng, lalu menutup mata. Suara geraman dan cabikan pun terdengar bersahutan.

☆☆☆

Dua orang gadis dengan rambut pirang dan cokelat bergandengan tangan keluar dari hutan. Keduanya berlari dan menuju kerumunan terdekat. Si gadis berambut cokelat menangis, menunjuk ke arah hutan. Sementara si gadis pirang tampak lebih tenang.

"Isaac ... Ia dimakan serigala. Kami tidak bisa menolongnya," kata Florentine dengan tangis tertahan.

Geradine masih menangis dan terus menunjuk ke hutan. Florentine diminta menunjukkan lokasi terakhir Isaac diserang serigala. Ia merapatkan tudung merahnya dan menunjukkan arah pada warga desa.

Geradine memandang Florentine yang pergi dengan mata nanar. Senyuman kecil Flo membalas tatapan itu, kali ini senyumannya tampak menyeramkan. Malam itu, festival bulan purnama tidak lagi berjalan dengan semestinya.

☆☆☆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top