31. THE DREAM SUCCESSOR

Uname wp : icha_safitri

Genre : Romance

Cita cita :Penulis novel

29 Oktober 2015

Tanggal itu adalah pertama kalinya kita berkenalan. Saat kita sudah kenal lebih dekat, aku tidak menyangka bahwa kita memiliki hobi yang sama, yaitu menggambar dan menulis. Bahkan impian kita juga sama, menjadi penulis novel terkenal.

Pada awalnya, hubungan kita seperti kakak dan adik tapi hati kecilku mengatakan bahwa aku memiliki perasaan khusus denganmu. Sebenarnya aku ingin mengatakan perasaanku padamu, tapi sepertinya itu tidak mungkin, karna hubungan kita hanya sebatas adik dan kakak kelas.

Hingga suatu hari, sebuah penyakit merenggutmu dariku, sebelum kau menggapai impian mu .........

Devan Alfaro

***

Perkenalkan namaku Devan Alfaro. Aku bersekolah di SMA N 1 banjarmasin. Aku adalah orang yang cerewet, ceria, tetapi kadang aku bersikap dingin dengan seseorang. Aku memiliki seorang kakak perempuan. Tidak, bukan maksudku kakak kelasku dia bernama Alyssa Fernandez.

Dia adalah orang yang sedikit pendiam, tetapi dia akan selalu tertawa jika melihat atau mendengar sebuah lelucon. Menjadi penulis novel adalah impian dan cita-cita yang sangat dikejarnya. Dia selalu menulis cerita yang berada di imajinasinya. Kebetulan aku juga memiliki hobi dan mimpi yang sama dengannya. Yaitu menggambar dan menjadi penulis terkenal.


*Kriiinnnggg*

Bel tanda istirahat berbunyi, para siswa yang mendengar bel tersebut langsung lari berhamburan keluar kelas untuk ke kantin mengisi perut mereka yang lapar saat jam pelajaran.

"Apa kau menulis cerita lagi kakak ?." Tanyaku padanya. Kak Alyssa hanya mengangguk.

"Kau tahu kan Devan, jika cita-citaku ingin menjadi seorang penulis novel terkenal."

Kak Alyssa memang sangat suka menulis apalagi menulis cerita yang berada di imajinasinya, sama sepertiku. Dan kami ditunjuk sebagai salah satu anggota mading disekolah (majalah dinding) karena cerita karangan kami yang selalu menarik. Terlebih para guru dan siswa disekolah ini sangat menyukai gambar yang dibuat oleh tangan kami.

"Devan aku belum menentukan judul untuk cerita yang ku tulis ini." ungkapnya sambil membolak-balikan buku yang baru saja selesai ditulisnya.

"Hahaha......" aku tertawa lepas jujur saja saat ini aku sedang mentertawakan kak Alyssa.

"Devan, kenapa kau tertawa apa ada yang lucu?." Tanyanya. Kak Alyssa memasang raut wajah bingung karena aku tertawa sendiri.

"Tidak kakak hanya saja baru kali ini aku mendengar jika kak Alyssa bingung memberi judul untuk cerita kakak sendiri. Hahaha......" Aku kembali tertawa lepas dan ku lihat kak Alyssa tersenyum.

"Yah, kau benar hihihi....." kak Alyssa ikut tertawa hanya saja dengan suara yang pelan. Namun tawa ku seketika terhenti ketika melihat darah segar keluar dari kedua lubang hidung kak Alyssa.

"Kakak hidungmu berdarah, apa kau baik-baik saja?" tanyaku panik sambil mengambil tisu yang berada di kantong seragam sekolah ku. Kak Alyssa menerima tisu yang ku berikan dan segera mengelap darah yang mengalir dari hidungnya.

"Aku baik-baik saja, mungkin aku hanya kelelahan karena tadi malam kurang tidur." jawab kak Alyssa, aku pun sedikit lega mendengarnya. Tapi entah kenapa perasaanku mengatakan bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan kak Alyssa dan aku tidak tahu apa itu.

Tunggu! Apa aku panik? Apa aku khawatir? Aku sering melihat teman-temanku terluka, tapi aku tidak pernah sepanik dan se-khawatir ini terutama dengan kak Alyssa. Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku begitu takut untuk kehilangan kak Alyssa? Sebenarnya perasaan apa ini?

***

Akhirnya beberapa jam sudah berlalu, jam sudah menunjukan pukul 14.05, guru sudah lebih dulu keluar dari kelas ku dan para siswa merapikan peralatan tulis mereka yang berserakan di atas meja untuk bersiap menunggu bel sekolah berbunyi.

Teng!!! Teng!!! Teng!!!

Bel sekolah 3 kali berbunyi, itu artinya para siswa sudah bisa pulang. Tetapi saat mereka sudah keluar kelas terlihat langit sangat gelap, angin bertiup kencang hingga tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya mengguyur sekolah kami. Para siswa yang tadinya sudah siap untuk pulang ke rumah terpaksa harus menunggu hingga hujan tersebut agak reda.

Banyak para siswa yang kembali masuk kelas, ada yang bermain game di handphone dan mendengarkan lagu untuk menghilangkan kebosanan sembari menunggu hujan berhenti.

Tanpa sengaja aku melihat kak Alyssa sedang sendirian berada di depan kelasnya. Sebenarnya kak Alyssa memiliki banyak teman, hanya saja ia adalah orang yang cukup pendiam, tetapi ada saatnya kak Alyssa akan tertawa lepas jika mendengarkan hal-hal seperti lelucon, menurutku kak Alyssa juga orang yang cukup ceria.

Aku pun mendatanginya yang sedang melamun.
"Hai lagi kak Alyssa." sapa ku padanya dan kak Alyssa membalas sapaan ku.

"Hai lagi Devan." ucapnya sambil tersenyum. Seperti biasa, kak Alyssa selalu menampakkan senyuman indahnya nan imut.

"Kakak kau akan pulang dengan siapa?" tanyaku sambil mengambil jaket yang ada di tasku.
"Aku tidak tahu, sepertinya aku akan berjalan kaki saja. Ibuku tidak bisa menjemputku karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan ayahku sedang berada di luar negeri mengurus perusahaannya. Dan jika aku meminta kakak ku untuk menjemputku itu pasti hanya akan merepotkannya saja karena kakakku sedang kuliah." jawab kak Alyssa panjang lebar.

Entah kenapa rasanya aku sangat senang karena tidak ada yang bisa menjemput kak Alyssa. Dan itu artinya aku bisa mengantarkan kak Alyssa pulang ke rumahnya. Betapa senangnya hatiku saat ini.

"Kak Alyssa biar aku saja yang akan mengantarmu pulang." tawarku dengan nada yang sangat gembira.
"Kau yakin? Apa tidak merepotkan mu?" tanya kak Alyssa, setahuku kakak tidak pernah merepotkan ku, sama sekali tidak pernah.
"Tentu saja tidak kakak." jawabku sambil tersenyum.

Hujan masih juga belum berhenti padahal jam sudah menunjukan pukul 15.00. Aku menggigil kedinginan karena hujan bercampur angin sudah mengguyur sekolah ini. Ku lihat kak Alyssa sama sekali tidak terlihat kedinginan padahal para siswa yang sudah menggunakan jaket tetap saja kedinginan.

Tanganku bergerak sendiri untuk memegang tangan kak Alyssa, dan kak Alyssa sepertinya sedikit terkejut.
"Ah, Devan ada apa?." tanyanya dengan raut wajah bingung bercampur kaget.

"Maaf jika aku mengejutkanmu kakak. Tapi kenapa tanganmu panas kakak? Padahal saat ini udaranya sangat dingin." tanyaku sambil menggosokkan kedua telapak tanganku untuk mengurangi rasa dingin.

"Hehehe..... " kak Alyssa terkikik, sedangkan aku sibuk menggosokkan kedua telapak tanganku. Kak Alyssa mendekat ke arahku lalu mengangkat kedua tangannya dan tiba-tiba kak Alyssa langsung memegang tanganku yang sangat dingin. Aku pun sedikit terkejut.

"kau ingin tahu kenapa tanganku selalu panas? Karena aku selalu memberi kehangatan pada semua orang." Aku terdiam mendengar ucapannya kak Alyssa, aku terus merasakan kehangatan yang diberikan olehnya.

Mungkin yang dikatakan kak Alyssa memang benar, terbukti tanganku yang tadinya dingin kini berangsur-angsur menghangat bahkan sekujur tubuhku dapat merasakan kehangatannya.

Perasaan macam apa ini......

Aku merasa sangat nyaman......

Kakak ku mohon jangan lepaskan tanganmu dariku.......


"Hei kalian pacaran ya??!!" suara salah seorang teman mengejutkan kami dan kak Alyssa langsung melepas tangannya dariku. Jujur sebenarnya aku kecewa saat kak Alyssa melepas tangannya dariku.

"Eh tidak, kami berdua hanya...... Hehehe......" kak Alyssa menggantung kalimatnya dan hanya tertawa teman-teman yang lain pun juga ikut tertawa.

Hening

Hujan belum menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti atau pun reda masih saja lebat, waktu sudah menunjukan pukul 15.15. Sejak tadi keheningan melanda kami berdua ku lihat kak Alyssa sedang memandang ke langit-langit memperhatikan hujan yang tak kunjung reda. Karena suasana yang begitu senyap kak Alyssa membuka pembicaraan lebih dulu.

"Devan....." panggil kak Alyssa aku yang sedang memandang hujan langsung menengok ke arahnya.

"Apa menurutmu waktu berjalan sangat lambat?" tanya kak Alyssa tanpa menengok ku.

"Entahlah, memangnya kenapa kakak?" dapat ku lihat kak Alyssa yang masih memandang ke langit-langit.

"Tidak apa-apa. Hanya saja aku merasa waktu berjalan sangat lambat, aku merasa jika aku tidak bisa menggapai impianku untuk menjadi seorang penulis novel." Tatapan kak Alyssa berubah menjadi sendu. Aku yang mendengar omongannya sedikit tersentak karena aku merasa ada makna mendalam yang diucapkannya.

"Apa maksudmu kakak?" tanyaku dengan nada agak sedikit membentak. Kak Alyssa menengok ke arahku dan tersenyum hanya saja senyuman itu terlihat berbeda dari biasanya. Bahkan aku sendiri tidak tahu apa makna dari senyuman tersebut.

"Eh lihat hujannya sudah mulai reda, ayo kita pulang!" ajak kak Alyssa sambil menarik tanganku. Kak Alyssa menungguku di dekat pagar sekolah sementara aku akan mengambil motorku dahulu.

"Ayo kakak!" kak Alyssa langsung menaikki motor dan duduk dibelakangku. Aku pun langsung melajukan motorku menuju rumah kak Alyssa. Saat diperjalanan udaranya masih sangat dingin karena hujan baru saja reda itu pun masih gerimis, tampaknya juga agak licin.

Bruumm!!!!!

Ada salah seorang pengendara motor yang hampir menabrak kami hingga motorku oleng.
"Ah..... Devan.......!!!!" refleks kak Alyssa langsung memelukku dari belakang dan anehnya aku langsung dapat mengendalikan motorku kembali. Untunglah kami berdua tidak jatuh.

Perasaan ini muncul kembali.......

Kehangatan yang sangat nyaman.......

Bisakah kau memelukku lebih lama lagi kakak.......

Akhirnya kami sampai dirumah kak Alyssa dengan selamat. Kak Alyssa turun dari motorku.
"Terimakasih banyak Devan, maaf karena sudah merepotkanmu." ucap kak Alyssa.
"Tidak apa-apa kakak lagi pula aku senang bisa mengantarmu. Sampai jumpa kakak aku pulang dulu." ucapku dan kak Alyssa hanya mengangguk.
"Hati-hati di jalan." aku pun langsung melenggang pergi dan kak Alyssa melambaikan tangannya padaku.

***

*Keesokan Harinya*

Saat ini aku dan kak Alyssa sedang berada di kantin karena sedang jam istirahat. Kami asyik mengobrol hingga salah satu teman kami datang dan menyampaikan sesuatu.
"Kalian disini ternyata, kau tahu aku mencari kalian kemana-mana." ucapnya, aku dan kak Alyssa saling menatap satu sama lain.

"Memangnya ada apa?" tanyaku penuh penasaran.
"Kalian berdua dipanggil kepala sekolah untuk segera ke ruangannya." jelasnya. Aku dan kak Alyssa sedikit terkejut karena tidak biasanya kepala sekolah memanggil kami.
"T-tapi untuk apa?" ucap kak Alyssa, ia juga terlihat sangat penasaran.

"Entahlah, tapi kalian berdua harus segera kesana." ucapnya, aku dan kak Alyssa pun langsung melenggang pergi menuju ruangan kepala sekolah.

Ruang Kepala Sekolah

Saat ini aku dan kak Alyssa sedang duduk berhadapan dengan kepala sekolah. Suasana cukup hening karena hanya ada kami bertiga. Karena hawanya agak senyap kepala sekolah lebih dulu membuka pembicaraan.

"Alyssa Fernandez dan Devan Alfaro, ku panggil kalian kesini karena ada sesuatu yang ingin ku sampaikan pada kalian." kini hawa tegang yang menyelimuti kami berdua. Tatapan sang kepala sekolah begitu serius apalagi ruangan ini hanya diisi oleh 3 orang.

"Kalian berdua akan mengikuti lomba menulis mewakili sekolah ini."

"A-APA??!!" ucapku bersamaan dengan kak Alyssa, terlebih dengan suara yang lantang di depan Pak kepala sekolah. (jgn dicontoh ya kawan 😂).

"Ya. Dan jika kalian mendapat juara maka cerita kalian akan diterbitkan menjadi sebuah novel." ucap Pak kepala sekolah tersenyum. Kak Alyssa menggenggam tanganku karena masih tidak percaya.

"Dan persiapkan diri kalian selama dua hari ke depan. Sekarang kalian boleh keluar." sambung pak kepala sekolah. Aku dan kak Alyssa pun keluar dari ruangan tersebut.

"Devan, ini sama sekali bukan mimpi kan?" tanya kak Alyssa sambil menepuk-nepuk pipinya sendiri.
"Tentu saja bukan kakak. Dan ini adalah awal kesempatan kakak untuk menjadi penulis novel." ucapku. Kak Alyssa benar-benar sangat gembira.

"Tidak Devan. Ini bukan hanya kesempatanku tapi ini adalah kesempatan kita!"
"Kau benar kakak, karena itu kita harus berusaha." mungkin karena terlalu bahagia tanpa sadar kak Alyssa langsung memelukku aku pun membalas pelukannya.

*Dua Hari kemudian*

Waktunya telah tiba, hari dimana aku dan kak Alyssa akan mengikuti lomba menulis juga awal kesempatan untuk meraih impian dan cita-cita kami, yaitu menjadi penulis novel, ditemani oleh dua orang guru kami dan kepala sekolah.

Kak Alyssa terlihat sangat gugup karena ini adalah pertama kalinya ia ikut lomba. Aku pun menggenggam tangannya dan berkata "Kakak jangan khawatir kita hanya harus berusaha dan bekerja keras." ucapku pelan.

"Diberitahukan kepada seluruh seluruh peserta lomba untuk untuk segera memasuki ruangan yang sudah disediakan." ucap sang panitia lomba, aku dan kak Alyssa salim terlebih dulu kepada dan kepala sekolah lalu bergegas pergi.

Ruangan Lomba

"Saya selaku panitia lomba akan memberitahukan persyaratan yang harus dijalani yaitu :
1. Setiap peserta wajib membuat sebuah cerita berbahasa Indonesia yang baik dan benar.  Tulisan tidak wajib menggunakan bahasa yang baku.
2. Tema dan genre bebas asal tidak mengandung hal-hal berunsur kekerasan dan pornografi
3. Setiap cerita wajib terdiri dari minamal 2000 kata boleh lebih." jelas panjang lebar sang panitia.

Aku dan kak Alyssa mulai menulis cerita di kertas yang sudah disediakan oleh panitia.

2 jam sudah berlalu, para peserta yang sudah selesai mengumpulkan hasil cerita mereka kepada panitia yang bertugas mengawas kami, selagi menunggu hasil pemenang aku dan kak Alyssa duduk bersama guru dan sekolah kami ditempat yang sudah disediakan.

Ku lihat wajah kak Alyssa begitu pucat, mungkin karena menunggu pengumuman.

"Kepada seluruh peserta silahkan masuk ke ruang panggung untuk mendengar pengumuman pemenang lomba menulis ini."

Kami berlima langsung masuk ke ruang panggung begitu pun peserta yang lain. Tempat duduk juga sudah disediakan oleh para panitia. Dapat dilihat ada 3 juri yang sedang berada diatas panggung. Dimulai dari pidato pembukaan acara.

"Dan tanpa berbasa-basi kami mengumumkan juara 1, 2, 3 dari lomba menulis ini. Baiklah juara ketiga dimenangkan oleh......"
Sang juri mulai mengumumkan pemenang lomba, tangan kak Alyssa yang biasanya selalu hangat kini terasa sangat dingin.

"Selia Purnamasari dari SMK Negeri 3 Banjarmasin."

"Huuu......." PROK! PROK! PROK

Para peserta memberikan tepuk tangan meriah kepada juara 3 yang dimenangkan oleh sekolah lain. Siswa tersebut menerima pialanya dan berfoto bersama guru dan juri.

"Dan juara kedua dimenangkan oleh......" jantungku berdetak kencang genggaman kak Alyssa semakin erat ditanganku.

"Dari sekolah......" juri tersebut menggantung kata-katanya semakin membuatku tegang.

"SMA Negeri 1 Banjarmasin, Devan Alfaro!!!" aku benar-benar tidak menyangka bahwa aku mendapat juara kedua dalam lomba ini. Entah sadar atau tidak, kak Alyssa langsung memelukku erat.

Aku pun naik ke atas panggung dan menerima piala tersebut lalu berfoto bersama juri dan guru kami. Setelah selesai berfoto Aku pun turun dari panggung dan kembali menuju tenpat dudukku. Kini giliran pengumuman juara 1 yang membuat semua peserta penasaran. Kak Alyssa semakin terlihat tegang.

"Dan kali ini adalah juara 1, aku yakin kalian semua pasti sangat penasaran." ucap sang juri. Tentu saja kami semua penasaran terlebih kakak ku yang sejak tadi memainkan jari jemarinya.

"Dan juara 1 nya adalah......."

"Dari sekolah......."

"SMA Negeri......" sejak tadi sang juri selalu memotong kata-katanya hingga membuat para peserta banyak yang berdoa.

"SMA Negeri 1 Banjarmasin, Alyssa Fernandez!!!"

PROK!!! PROK!!! PROK!!!

Kak Alyssa yang tadinya menutup mata kini benar-benar terkejut, karena tidak menyangka bahwa ia mendapat juara pertama. Dan itu artinya impian Kak Alyssa untuk menjadi penulis novel akan tercapai. Kak Alyssa pun berjalan menuju panggung. Namun saat kaj Alyssa berjalan menuju panggung tubuhnya tiba-tiba lunglai hingga.....

Bruuk!!!

Kak Alyssa pingsan, kedua lubang hidungnya mengeluarkan darah atau bisa dibilang mimisan. Aku dan lainnya langsung berlari menuju kak Alyssa untuk membawanya ke rumah sakit.

*Rumah Sakit*

"Alyssa Fernandez, dia mengidap penyakit Leukemia yang sudah sangat parah apa dia tidak memberitahumu?."

Perkataan sang dokter tadi terus terngiang-ngiang di kepalaku. Kenapa kak Alyssa tidak pernah memberitahuku? Dan sejak kapan kakak mengidap penyakit ini?

Air mata ini jatuh dengan sendirinya dari mataku....

Kakak berjanjilah bahwa kau akan terus bersamaku.....

Cklek!!!

Suara pintu kamar yang ditempati kak Alyssa terbuka menampilkan ayah dan ibunda kak Alyssa, bahkan kakaknya juga ikut datang.

"Alyssa....." dengan panik Ibunda kak Alyssa langsung berlari menuju tempat tidur berbaringnya kak Alyssa.

"Devan, bagaimana ini bisa terjadi?" tanya ayah kak Alyssa. aku terdiam menunduk tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.

"Dokter bilang kak Alyssa mengidap leukemia yang sudah cukup parah." jawabku sambil menunduk. Kak Rion (kakaknya Alyssa😁) yang sejak tadi terdiam langsung menuju ke arahku.

"Apa maksudmu? Alyssa tidak pernah bilang jika ia mengidap sebuah penyakit!" kak Rion sedikit membentakku ia takut jika terjadi apa-apa pada adiknya. Paman Arya (ayahnya Alyssa 😁) pun melerai kami berdua.

"Sudah kita tidak boleh membuat keributan, ini adalah rumah sakit!" ucap paman Arya, kami bertiga pun keluar meninggalkan bibi Fanya (ibunya Alyssa 😁) berdua dengan kak Alyssa.

***

Pagi ini aku akan ke rumah menjenguk kak Alyssa, kak Rion menelponku bahwa kak Alyssa sudah sadar ia juga menyuruhku untuk menemani kak Alyssa di rumah sakit. Ku ambil motorku yang berada di garasi dan kunyalakan mesinnya lalu ku lajukan motor thunder ku dengan kecepatan tinggi.

Hanya dalam waktu setengah jam aku sudah sampai di rumah sakit, dan langsung menuju kamar kak Alyssa.

Cklek

Kubuka pintu kamar rumah sakit ini dan mendapati kak Alyssa hampir selesai makan bubur dengan di suapi oleh suster yang masih sangat muda.

"Hai kak Alyssa." sapaku dengan tersenyum sambil menuju tempatnya berbaring. Kak Alyssa juga sudah memakan habis buburnya. Sang suster meninggalkan kami berdua di kamar.

"Bagaimana kabarmu?" tanyaku menduduki tempat duduk yang ada disamping tempat tidur kak Alyssa.

"Aku sangat bosan Devan. Rasanya aku ingin cepat-cepat pulang dan kembali sekolah." aku tersenyum kecil mendengarnya karena wajah kak Alyssa terlihat lucu saat sedang seperti itu.

"Kakak bagaimana jika kita pergi ke taman di rumah sakit ini?" ajakku, karena aku dapat melihat bahwa kak Alyssa sedang sangat bosan.

"Sepertinya menyenangkan, ayo!" aku pun membantu kak Alyssa berdiri dan mendudukkannya di kursi roda dekat sofa. Setelah kak Alyssa dapat duduk kami pun keluar.

*Taman Rumah Sakit*

Saat sudah di taman, aku melihat tempat duduk dan pergi kesitu. Taman rumah sakit ini begitu nyaman, banyak tanaman-tanaman hijau dan pohon rindang yang membuat tempat ini sejuk. Ku dapati kak Alyssa sedang menikmati sejuknya udara di taman ini.

"Devan......" panggil kak Alyssa, aku pun langsung menoleh ke arahnya
"Jika aku tidak bisa melanjutkan impianku, apakah kau mau meneruskannya?" jantungku seakan berhenti berdetak ketika kak Alyssa berkata seperti itu.

"Apa maksudmu kakak?" tanyaku dengan nada sedikit membentak.
"Devan, hidupku mungkin tidak akan lama lagi....." kak Alyssa menitikkan air mata lalu memejamkan matanya.

"Kakak berjanjilah padaku, bahwa kau akan menggapai mimpimu." tanpa sadar aku menangis di depan kak Alyssa. Lalu kak Alyssa menggenggam tanganku.

"Devan, aku janji. Tapi jika Tuhan memanggilku apa kau mau meneruskan mimpiku? Karena mimpimu adalah mimpiku juga." aku terus menangis dan akhirnya mengangguk.

Kakak aku berjanji......

*

**

Aku mengantarkan kak Alyssa kembali ke kamarnya karena ia harus beristirahat.
"Selamat beristirahat kakak." ucapku.
"Ku harap aku bisa bersamamu lebih lama lagi, tapi sepertinya itu tidak mungkin." kak Alyssa langsung terlelap, aku tidak mengerti maksud dari ucapannya, tapi entah kenapa aku merasa bahwa itu adalah kata-kata terakhir kak Alyssa.

*Keesokan Paginya*

Pagi ini aku kembali menjenguk kak Alyssa, untuk memberikan kabar bahagia padanya. Juri mengatakan bahwa cerita yang ditulis kak Alyssa saat lomba kemarin sangat bagus dan menarik dan akan segera diterbitkan menjadi novel. Secepatnya. Itu artinya cita-cita kak Alyssa untuk menjadi penulis novel akan segera tercapai.

Saat sampai di rumah sakit, aku segera berlari menuju kamar kak Alyssa sambil membawa sebuket bunga ditanganku. Aku juga melihat keluarga kak Alyssa datang kesini. Tapi anehnya aku melihat bibi Fanya menangis, sedangkan paman Arya berusaha menenangkan Ibunda kak Alyssa tersebut. Aku hanya menatap heran pada mereka karena tidak tahu apa yang terjadi.

Lalu kak Rion yang baru melihatku datang padaku. Satu tangannya memegang pundakku.
"Devan....."

"Alyssa, dia meninggal........"

Deg

Jantungku seakan berhenti berdetak ketika kak Rion mengatakan itu.
"TIDAK! TIDAK MUNGKIN! Ini pasti hanya mimpi buruk!" ku sandarkan badanku yang tak dapat menahan tubuh ini lagi, aku menangis sejadi-jadinya.

"Kakak...... Hiks...... "

Mungkin ini adalah takdir......

Yang tidak dapat diubah......

Yang Maha Kuasa sudah memanggil Kak Alyssa......

Sebelum ia menggapai mimpinya......

Dan aku belum mengungkapkan perasaanku padamu

***

1 tahun kemudian

*Tempat Pameran Buku*

"Hei apa kau tahu novel berjudul THE DREAM SUCCESSOR? Buku itu sangat menarik dan menyentuh bahkan aku sampai menangis membacanya." ucap salah seorang pengunjung yang sedang berkumpul bersama temannya, sambil memegang novel berjudul THE DREAM SUCCESSOR.

"Hei lihat! Itu pasti penulisnya! Ayo kita bertemu dengannya!" beberapa pengunjung tersebut lalu berlari ke arahku.

"Hai, apakah kau yang menulis novel ini?" Tanya seorang gadis sambil memperlihatkan novel tersebut padaku.

"Tidak, sebenarnya bukan aku yang menulisnya, tapi kakakku." tapi kakakku. Aku hanya meneruskan cita-cita kakakku yang belum tersampaikan." ucapku panjang lebar. Aku sangat senang karena banyak yang membaca novel kak Alyssa.

"Apa kau punya seorang kakak?" tanya salah satu pengunjung yang lain.

"Ah tidak, bukan..... Maksudku kami hanya saling menganggap saudara." jawabku sambil tersenyum kikuk.

Tanpa ku sangka kak Rion datang ke pameran ini dan mendatangiku.
"Devan, ada yang ingin ku bicarakan denganmu. Tapi bukan disini." dari raut wajahnya sepertinya kak Rion ingin berbicara serius denganku.

Taman dibelakang tempat pameran sepertinya adalah tempat yang bagus. Terdapat bangku disitu lalu aku dan kak Rion duduk disitu.

Tanpa berbasa-basi kak Rion langsung membuka pembicaraan.
"Devan ini." kak Rion menyerahkan buku harian yang sepertinya milik kak Alyssa. "Sebelum meninggal, Alyssa menitipkan ini padaku untuk memberikannya padamu. Maaf karena aku baru saja memberikannya padamu." Aku pun mengambil buku tersebut.

"Aku pamit." ucapnya sambil langsung pergi meninggalkanku yang diam termenung menatap buku tersebut. Lalu kubuka buku tersebut dan membacanya.

"Devan.....

Aku menulis surat ini di buku harianku.....
Maaf..... sebenarnya aku sudah lama mengidap penyakit ini, hanya saja aku merahasiakan semua karena aku tidak ingin membuat keluarga ku khawatir terutama kau......
Kau selalu bersamaku, saat aku terjatuh kau berusaha membangkitkan ku.......

Saat aku terpuruk, kau yang selalu datang untuk menghiburku.......
Hingga sebuah perasaan cinta tumbuh dihatiku......
Maaf lagi karena aku tidak mengatakan perasaanku yang sebenarnya padamu......
Aku merasa bahwa kau hanya menganggapku sebagai seorang kakak tidak lebih......
Tapi mungkin melalui surat ini kau jadi mengetahui perasaanku yang sebenarnya.......
Apa kau juga memiliki perasaan yang sama denganku Devan.....????"

Aku meneteskan air mata, lalu menutup buku tersebut. Ternyata perasaan yang selama ini ku pendam dibalas oleh orang yang ku cintai.

Kakak aku juga mencintaimu......

Mimpimu sudah tercapai bersama mimpiku.....

Aku meneruskan mimpimu.......

Apa kau melihatku dari sana kakak......???

THE END

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: