18. Janji dari Jagad Raya

Judul: Janji dari Jagad Raya
Nama wp: White_210
Genre: Slice of life
Mimpi: Menjelajahi langit.

***

Langit malam ini cerah. Dan jika malam cerah, kau akan bisa melihat 'penghuninya' dengan jelas. Bukan, 'penghuni' yang kumaksud di sini bukan mereka yang bersembunyi di balik gelapnya malam. Lihatlah ke langit, maka kau akan melihat ratusan bintang yang bersinar dengan terangnya, merekalah 'penghuni' yang kumaksud, penghuni langit malam.

Dan langit malam yang cerah, artinya waktuku untuk menjelajahinya. Dan disinilah aku, teleskop kesayanganku sudah terpasang di balkon kamarku, tingginya juga sudah disesuaikan dengan tinggi badanku. Mengamati langit malam memang sudah jadi hobiku sejak kecil. Tapi, jika langit mendung, aku tak bisa melihat apa-apa, sehingga ayah membelikanku teleskop dan kegiatan ini menjadi rutinitas sehari-hariku sekarang.

Jika aku mengamati langit dengan teleskop, aku akan menemukan banyak hal yang tak bisa kulihat dengan mata telanjang. Bintang-bintang itu jadi terasa begitu dekat seolah aku bisa mengambilnya. Ya, aku sangat menyukai langit terutama langit malam. Aku senang melihat bintang-bintang yang berjejer membentuk bermacam rasi. Dan, kau tahu? Letak bintang-bintang ini, selain membentuk bermacam-macam rasi bintang, juga dapat menjadi penentu cuaca di bumi.

Aku bisa melihat rasi bintang Lyra di langit utara. Dan bintangnya yang bersinar paling terang, Vega. Dan tak jauh dari bintang itu, terdapat rasi bintang Aquila, dengan salah satu bintangnya, Altair yang bersinar paling terang dari yang lain. Kedua bintang terang ini berada dalam satu garis lurus dan dibatasi oleh jalur putih seperti susu yang disebut MIlky Way. Dan dibawah keduanya, terdapat satu bintang yang tak kalah terang dari yang lain. Bintang paling terang di gugus rasi CYGNUS, yaitu DENEB. Jika kalian Tarik garis lurus di antara ketiganya, akan terlihat seolah mereka membentuk sebuah segitiga besar di langit. Itulah segitiga musim panas. Yang, seperti namanya, menjadi pertanda dimulainya musim panas di negara-negara bagian utara.

Yah, melihat bintang memang sudah menjadi kesenangan tersendiri bagiku. Aku sangat menyukai hal-hal berbau astronomi dan berharap bisa lebih mendalami bidang ini. Aku memang berbeda dengan anak perempuan pada umumnya. Saat anak perempuan lain bermain dengan bonekanya, aku asyik mengamati peta bintang dan buku-buku astronomi. Saat anak lain menangis karena tak dibelikan mainan, aku menangis karena tak diperbolehkan keluar saat tengah malam untuk melihat gerhana bulan. Memang benar, dari kecil aku sudah menyukai bidang ini dan sekarang rasanya astronomi sudah menjadi bagian dari hidupku.

Malam ini rasanya sangat damai. Dengan bintang-bintang yang bersinar terang di langit cerah.

Krasakk...

Ups.. sepertinya aku harus menarik kata-kataku. Aku mendengar suara gemerisik yang cukup keras dari arah kebun. Rasanya tidak mungkin binatang dapat membuat suara sekeras itu. Apa ada pencuri... Tunggu, tunggu, jangan berpikiran buruk, kurasa aku harus mengeceknya.

Aku segera turun dari kamarku dan berlari menuju kebun. Aku bisa mendengar ada sesuatu bergemerisik di antara semak-semak. Pelan-pelan aku mendekat, dan setelah sampai tepat di depannya, aku segera menerobos masuk ke semak-semak itu. Dan yang kutemukan di sana...

Seorang gadis berpenampilan aneh dari balik semak-semak. Warna rambut gadis itu sewarna emas dan matanya berwarna biru laut. Tak hanya itu, pakaian yang ia kenakan pun terlihat aneh. Aku agak lega karena kukira ada pencuri yang masuk ke kebunku, ternyata tidak. Tapi tetap saja aku merasa aneh, siapa dia dan apa yang dia lakukan di kebunku? Dan kenapa penampilannya begitu aneh.

Kami saling menatap satu sama lain. Kelihatannya dia sangat terkejut saat melihatku. "Siapa kau?" tanyaku ingin tahu.

"Ah.. aku..." Dia tampak gugup saat kutanya. Aku lalu mendekatinya, "apa yang kamu lakukan di kebunku?"

"Tak ada, aku hanya kebetulan lewat saja." Jawabnya lagi. Aku bisa mendengar nada ketakutan dalam suaranya, dan dari logatnya jelas ia bukan berasal dari daerah sini.

"Jawab aku dulu, kamu siapa dan kanapa bisa ada di kebunku, aku belum pernah melihatmu sebelumnya." Tanyaku lagi.

Gadis itu diam dan tampak berpikir, "Mmm... sebelumnya maaf jika aku sudah mengganggumu, aku tak tahu jika tempat ini adalah kebunmu," katanya, "lalu, ya.. aku memang bukan berasal dari sini. Hmm... bisa dibilang, aku terdampar di sini."

"Terdampar? Apa maksudmu?" tanyaku penasaran.

"Sebenarnya aku, berasal dari planet lain."

Aku melongo mendengar pernyataan terakhirnya. Dari planet lain? "Kamu bercanda kan?" Aku memastikan.

Tapi gadis berambut emas itu menggeleng, "Aku serius. Aku bukan berasal dari planet ini."

"Tapi, itu..." Sebelum aku menyanggahnya, kata-kataku dipotong oleh gadis itu, "Penghuni alam semesta ini bukan hanya kalian, ingat itu," katanya.

Pikiranku rasanya campur aduk, antara percaya dan tidak. Sebenarnya, ada satu pertanyaan yang selalu memenuhi benakku. Apakah alien benar ada? Kupikir, jika mereka benar-benar ada, bentuknya pasti aneh. Tapi, gadis yang berdiri di depanku. Mengaku dia bukan berasal dari planet ini. Aku tak merasa dia berbohong, jadi...

"Jadi, itu benar?" tanyaku. Gadis itu mengangguk mantap. Rasanya tak mungkin ia berbohong karena dari caranya mengangguk menandakan ia serius.

Rasanya aku senang sekali. Ternyata benar, bumi bukan satu-satunya planet yang dihuni makhluk hidup. Aku jadi ingin memekik saking senangnya, aku bertemu dengan makhluk luar angkasa! "Siapa namamu dan dari mana asalmu?" tanyaku cepat.

Gadis itu tersenyum, "Namaku Virgo. Berasal dari planet ke 75 galaksi Nebula Alpha, salam kenal "

Itu nama galaksi yang belum pernah kudengar sebelumnya, "Kalau kamu tak keberatan, bisakah tinggal sebentar dan menceritakan tentang planetmu?" tanyaku

Virgo diam sebentar, kemudian ia tersenyum, "Dengan senang hati," katanya, "ternyata kamu orang yang menarik ya."

"Kalau begitu ayo kita ke kamarku. Tidak baik mengobrol terus-terusan di luar. Oh iya, namaku Layla." Aku lalu menarik Virgo masuk ke rumah dan menuju kamarku.

***

"Jadi Virgo, bisa ceritakan kenapa kamu bisa ada di sini?" tanyaku segera setelah kami sudah duduk di kamar. Aku sangat penasaran sampai tak bisa menahan diri untuk langsung bertanya.

"Hm.. baiklah, akan kumulai," Virgo lalu memulai ceritanya, "Dulu, planet kami sangat makmur. Tapi, lama-kelamaan, planet kami jadi rusak karena ulah manusianya sendiri. Kemudian, pemerintah membangun sebuah pesawat raksasa untuk mengangkut penduduk, karena planet kami sudah tak bisa ditinggali lagi. Dan sekarang, kami sedang mencari planet baru yang bisa ditempati."

Saat Virgo menceritakan kisahnya, aku bisa menangkap nada sedih dalam suaranya, "Suatu hari, kami menemukan planet yang kondisinya sangat baik untuk ditinggali, planet ini. Kemudian, dikirimlah beberapa orang untuk melihatnya, termasuk aku.

"Tapi, saat memasuki atmosfir planet ini, kami melihat ada kehidupan lain di sini. Jadi kami mengurungkan niat untuk pindah dan ingin kembali, tapi tiba-tiba ada yang menembak pasawat kami hingga rusak, sehingga kami harus menggunakan pesawat darurat dan jadi terpisah. Dan, kebetulan aku mendarat di kebunmu." Virgo mengakhiri ceritanya.

Aku tertegun. Rupanya memang benar ada planet lain yang memiliki kehidupan selain bumi. Walaupun planet itu kini telah rusak. Tapi, mungkin masih ada lagi planet yang hidup seperti bumi.

"Kamu beruntung Layla," ucap Virgo, "kamu tinggal di planet yang indah, sangat berbeda dari tempat tinggalku."

"Jangan bilang begitu," Aku jadi merasa sedikit bersalah, "aku yakin kelak kalian akan menemukan planet baru untuk ditinggali."
"Terima kasih," Virgo tersenyum. Ia lalu melihat ke arah balkon kamarku, "Layla, apa itu?" Virgo berjalan ke arah balkon kamarku. Sepertinya ia tertarik dengan teleskop di sana.

"Itu disebut teleskop, alat yang dipakai untuk melihat benda langit," Jelasku.

"Heeh, praktis sekali ya..." Virgo meneliti teleskopku dengan seksama. Dia terlihat sangat antusias. "kamu bisa melihat benda-benda langit dari jarak yang sangat jauh.."

"Kamu suka mengamati benda langit, Layla?" tanya Virgo.

Aku mengangguk, "Senang sekali! Oh ya, di planet kami, ilmu yang mempelajari benda-benda langit disebut Astronomi. Dan aku ingin suatu hari nanti bisa lebih mendalami bidang ini."

"Kalau begitu hobi kita sama," kata Virgo riang. "kamu tahu, dari dalam pesawat pun, aku sering melihat langit."

"Wah... melihat langit dari luar angkasa. Pasti akan tampak lebih indah" seruku.

"Hm.. tidak juga..." balas Virgo. "jangkauan pandangnya memang lebih luas, tapi bintang-bintangnya tersusun tak beraturan. Dan, kadang-kadang, meteorid yang cukup besar menabrak pesawat dan membuatnya terguncang, itu sangat tidak nyaman. Sedangkan di sini, bintangnya tertata rapi dan tak perlu cemas dengan material dari luar yang jatuh ke sini."

Virgo menghela napas, "Haah... aku jadi makin iri denganmu. Planet ini memiliki lapisan yang dapat menahan material dari luar angkasa kan, jadi kalian tak akan terganggu dengan itu."

Hening sesaat. Langit malam masih secerah seperti saat aku bertemu Virgo. "Layla..." Virgo kembali membuka suara.

"Begini... sebenarnya saat sampai di planet ini, kami mendeteksi adanya kerusakan ringan, tapi kerusakan itu tak akan bertambah parah jika manusia di planet ini mau menjaga planetnya."

"Kamu benar..." Aku mengiyakannya. "bumi memang sudah tak seindah dulu. Polusi makin bertambah dan membuat planet ini jadi makin panas."

"Sayang sekali.." desah Virgo. "ini planet yang indah. Dan karena alasan itulah, kami memutuskan, jika kami bertemu orang baik di planet ini, kami akan membaritahu pesan kami untuk mereka. Jaga planet kalian baik-baik. Jangan sampai berakhir seperti kami."

Aku tertegun. Orang-orang di planet Virgo begitu peduli dengan keadaan di Bumi. Selama ini aku selalu membayangkan alien-alien yang datang untuk menginvasi bumi seperti di film-film. Tapi pada kenyataanya, mereka tak seperti itu. Aku mengangguk, "Tentu, paling tidak, aku akan menjaga Bumi."

Virgo tersenyum. Lalu kembali memandang langit. "Alam semesta itu luar biasa ya, kami yang sudah bertahun-tahun berkelana di dalam pesawat saja, tak pernah bisa memperkirakan luasnya."

Aku mengangguk, "Ya, alam semesta itu tak terbatas. Begitu menurutku."

"Aku setuju. Ngomong-ngomong, soal keinginanmu mempelajari astronomi..." ucap Virgo. "menurutku itu sangat hebat. sebab kamu akan mempelajari sesuatu yang tak terbatas bahkan tanpa menyentuhnya."

"Benar!" balasku senang. "menjadi astronom yang hebat dan menjelajahi langit, bahkan menemukan planet atau bintang baru. Itu impianku," Tiba-tiba, sebuah ide melintas di kepalaku. Ide yang sangat hebat menurutku, "Virgo, mungkin aku bisa menemukan planet yang cocok untuk tempat tinggal kalian!"

Virgo tertegun mendengar kata-kataku. Kemudian, wajahnya berubah cerah, "Terima kasih! Aku yakin kamu pasti akan jadi astronom yang hebat."

Aku mengangguk, "Ya, aku akan berusaha!"

Kami kembali menatap langit. Malam semakin larut tapi bintang-bintang masih berkilau dengan cerahnya. Aku di sini, memandang langit bersama teman baruku, Virgo. Yang bukan berasal dari bumi.

Bukan berasal dari bumi. Hei, benar, "Virgo," Virgo menoleh saat aku memanggilnya.

"Apakah kita.. akan berpisah?" tanyaku pelan. Aku tahu Virgo tak mungkin tinggal di sini. Dia harus kembali ke tempat asalnya.

Virgo menunduk, "Ya... memang benar.." Ia berkata pelan, "sebenarnya, saat pesawat kami rusak, kami telah mengirim sinyal SOS pada pusat. Dan tim penyelamat akan datang sebentar lagi, aku harus pergi."

Virgo mengangat kepalanya dan menatapku lekat-lekat, "Aku tidak menyangka akan bertemu orang baik seperti kamu Layla, makanya aku senang."

Rasanya sedih harus berpisah dengan Virgo. Kami memang baru bertemu beberapa jam lalu, tapi kami saling cocok dan bisa jadi sahabat baik, "Apa kita akan bertemu lagi?"
Virgo hanya diam. Yah, aku tahu kecil kemungkinan kami bisa bertemu dan mengobrol bersama seperti ini lagi. "Mungkin... bisa," ucap Virgo tiba-tiba.

Kata-kata Virgo sontak membuatku kaget dan menatapnya lekat-lekat. Benarkah kami bisa bertemu lagi? Aku memberi isyarat pada Virgo untuk melanjutkan kata-katanya.

"Ada satu legenda terkenal di planetku," Virgo memulai, "awalnya memang hanya legenda, tapi banyak kisah orang-orang yang mengalaminya."

"Apa itu?" tanyaku penasaran.

"Begini, saat kita ingin membuat janji dengan seseorang, jika kita menetapkan sebuah benda sebagai pengikat janji, maka janji kita pasti akan terwujud. Mau berapapun lamanya," cerita Virgo.

"Kita bisa mencobanya," lanjutnya lagi.

"Boleh juga, tapi..." Ada satu yang yang membuatku bingung, "kita akan pakai apa untuk mengikat janji?"

Kami berdua lalu diam dan berpikir. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di benakku, "Kita boleh memakai benda apapun kan?" Virgo mengangguk. Ya, ada satu benda yang kupikir sangat cocok. Karena kami berdua akan terpisah jauh di luar jangkauan satu sama lain, maka kami akan memakai benda yang, juga di luar jangkauan kami tetapi kami bisa melihatnya. Dan benda itu adalah, "Sebuah bintang!"

Virgo melongo mendengar ideku. Tapi kemudian wajahnya berubah cerah, "Ya, bintang! Itu ide yang bagus!" serunya senang, "sekarang, kita akan pakai bintang yang mana?"

Yah, ini sulit. Di langit ada ratusan bintang. Tapi, kurasa ada satu bintang yang cocok untuk dipakai. "Virgo, lihat itu," tunjukku ke salah satu sudut langit.

Virgo menoleh ke arah yang kutunjuk. Aku lalu melanjutkan, "Dari sekian banyak bintang terang di langit malam, dialah bintang yang terlihat paling berkilau diantara yang lainnya."

Di sudut langit yang kutunjuk, terdapat sebuah bintang yang menyala paling terang di antara yang lain. Bintang paling terang di langit malam, "Bintang SIRIUS,"

Virgo tersenyum, "Aku setuju, bintang terang akan lebih mudah untuk dilihat."

"Kalau begitu, ayo janji," ucap Virgo, "demi bintang Sirius yang bersinar terang di langit malam. Kelak, kita pasti akan bertemu lagi."

Virgo lalu menatap bintang itu, "Layla," panggilnya, "jika nanti kamu melihat bintang itu, ingat aku ya."

Aku mengangguk, "Pasti."

Tiba-tiba, alarm di pergelangan tangan Virgo berbunyi. "Mereka sudah datang, aku harus kembali sekarang." Katanya.

"Di mana kalian akan bertemu? Aku akan mengantarmu," tawarku.

Virgo tersenyum, "Tak perlu Layla, sebab mereka sudah ada di atas kita." Aku mendongak dan tak bisa menahan diri untuk tidak memekik. Itu sebuah UFO! Dan benda itu melayang di atas rumahku tanpa suara.

"Aku harus pergi. Seperti janji kita, kuharap kita bisa bertemu lagi." Virgo berdiri.

Aku mengangguk. "Ya. Sampai kita bertemu lagi, jangan lupakan aku ya, Virgo."

Virgo mengangguk, "Tentu, jaga diri baik-baik ya, Layla."

"Kamu juga," jawabku.

Cahaya terang perlahan turun dari bagian tengah UFO menuju tubuh Virgo. Virgo sempat melambaikan tangannya sebelum ia hilang di balik cahaya itu, yang perlahan kembali naik ke atas UFO. Aku terus menatap benda terbang itu, yang melayang tanpa suara menembus langit malam.

Aku janji, aku akan belajar dengan giat agar kelak aku bisa menjadi astronom yang hebat. Akan kujelajahi alam semesta seluas yang kubisa, akan kutemukan keajaiban yang belum pernah ditemukan orang lain. Dan, akan kucari planet yang hidup, planet yang bisa ditinggali Virgo dan keluarganya.

Tamat

*Edisi nuis tanpa ide, saya tahu ini gaje -_-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: