14. A Little Dream


Buatan : renaayu

Genre : short story

Sub- genre : slice of life

Mimpi : menjadi novelis

***


Tiiit!!

Buak!!

Suara tabrakan itu membuat para warga segera mengerumuni sumber suara.

"Astaga!" Ujar seorang warga.

"Ya ampun, kasian sekali gadis itu." Ucap seorang warga lainnya.

Perlahan namun pasti, sudah banyak warga yang mengerumuni tabrakan yang baru saja terjadi.

Dua orang gadis baru saja tertabrak sebuah mobil. Tubuh mereka kini bermandikan dengan darah, kedua sorot mata keduanya terlihat redup.

Terjadi tabrakan beruntun pada pukul 17.00 di sebuah trotoar. Seorang pengemudi mobil yang tengah melamun tanpa sengaja menabrak dua orang gadis menjadi korban kecelakaan ini. Salah seorang gadis mengalami luka parah dan kritis karna terkena tabrakan langsung . Sementara gadis yang satu mengalami luka parah namun tak separah teman nya karna dirinya sempat di dorong oleh teman nya dan kemudian ter tabrak oleh pengemudi sepeda bermotor yanv kebetulan lewat.

Para warga yang menggerumuni gadis itu, segera mengamankan pemudi mobil yang menabraknya. Ada warga yang panik, ada yang segera menelpon ambulan dan polisi dan ada yang hanya main hakim sendiri terhadap tabrakan yang baru saja terjadi.

'Apa ini? Apa yang baru saja terjadi? Ah cahaya apa itu? Silau sekali.. ahahaha.. apakah aku akan mati?'

Pikir salah seorang gadis.

'Cahaya itu, terang sekali. Ck sayang aku mendorongnya terlalu keras.'

----------

Seorang gadis dengan surai hitam legam tengah membaca buku di sebuah perpustakaan.

"Yuki!"

Ia sedang bertopang dagu sambil membaca buku berjudulkan 'Another world'

"Ooi, Yuki!"

Kedua manik safirnya fokus dengan buku yang ada di depannya.

"Hei!"

Dengan sentakan seorang perempuan bersurai pirang, sang gadis yang dipanggil yuki pun melihat kearah orang yang mengagetkannya.

"Astaga rin, kau mengagetkanku. Jadi? Ada apa?" Tanya gadis bersurai hitam yang dipanggil yuki itu.

Mendengar penuturan yuki, gadis bersurai pirang itu segera menjitak kepala temannya itu. "Ya ampun, dari tadi aku panggil kamu ternyata gak dengar yah?" Gadis bernama rin itu menghela nafas kasar.

"E-eh? Benarkah?" Tanya yuki, ia mengerutkan keningnya.

"Aih, lupakan. Dan hey, kau baca apa?" Ujar rin sambil mengambil buku yang sedang di baca oleh yuki. "He... komik yah." Guman Aoki.

"Oi, Aoki kembalikan. Itu bukuku tau, aku sedang membacanya!" Sahut Yuki sambil berusaha mengambil buku yang ada di tangan Aoki.

"Eh, karna dari tadi kau tidak menyahut panggilanku jadi.. buku ini ku bawa dulu. Mweek!" Ejek Aoki sambil menjulurkan lidahnya.

"Mou, Natsume aoki kembalikan komik ku!" Bentak Yuki sambik mengerucutkan bibirnya.

"Tidak mau, kalau mau ambil sini. Aku mau ke pergi dulu, daah~" Dengan begitu Aoki sudah keluar dari perpustakaan dengan cepat.

"AOKI SINI KAU!!" Pekik Yuki begitu ia melihat aoki lolos dari perpustakaan.

"SSTT!!" Desis semua orang yang ada di perpustakaan. Sementara sang penjaga perpus sudah memasang deathglare nya kepada Yuki.

Menyadari perbuatannya tadi, Yuki segera menunduk kan badan nya dan meminta maaf tanpa mengeluarkan suara.

'Lihat saja nanti aoki. Kalau aku dapat akan ku balas kau!' Umpat yuki dalam hati.

Kini ia tengah berjalan keluar dari perpustakaan dengan perasaan canggung yang teramat tinggi. Karna ia baru sadar jika telah membuat keributan di dalam perpustakaan.

Padahal jika tengah berhadapan dengan orang lain, ia terlihat dingin dan jutek. Namun ketika berhadapan dengan sahabatnya, Natsume aoki. Sifat dingin nya akan hilang sepenuhnya dan ia bahkan bisa terpancing oleh kekonyolan teman nya itu.

Itulah Hatsuyuki airin, ia adalah perempuan dengan surai hitam legam yang panjangnya sepinggang. Dan memiliki manik berwarna biru safir, jika diliat liat penampilannya terlihat sangat cantik.

Namun sayangnya ia sangat dingin dan jutek jika dilihat dari luar. Tapi, jika orang orang melihatnya lebih dekat lagi, sifat gadis itu bakal berubah 180 derajat. Ia akan lebih hangat, suka bercanda dan bahkan akan tak segan segan senyum kepada orang yang sudah dianggapnya teman.

Banyak yang menjahui Yuki karma sifat dinginya itu, jadi banyak pula diantara mereka yang tidak mengetahui sifat sebenarnya dari seorang Yuki.

Dengan perasaan kesal yang tinggi Yuki berjalan di sekitar lorong sekolah untuk mencari sahabatnya, Aoki.

Semua orang yang dilewatinya selalu sempat berhenti dan melihat Yuki sejenak. Bahkan para siswa laki laki masih sempat sempatnya mengucapkan salam dan minta perhatian dari seorang Yuki.

Namun Yuki tak mempedulikan hal itu dan terus berjalan mencari temannya.

'Apa apaan mereka itu? Apa gak ada kerjaan lain kah. Selalu menyapa aku ketika lewat.'

Gerutu yuki dalam hati, ia menjejalkan kaki jejangnya di sepanjang lorong dengan kasar. Tanda bahwa dirinya masih merasa kesal dengan perlakuan sahabatnya.

Gubrak!!

"Ugh.." Rintih yuki sambil memegangi keningnya.

"Ah, maaf. Kau tak apa?" Ujar sebuah suara baritone milik seorang lelaki.

Mendengar suara lelaki itu, yuki segera berdiri dan memperbaiki seragamnya. "Tidak apa apa," ujar yuki dengan nada datar.

"Oh kalau begitu syukurlah." Balas lelaki itu sambil membereskan buku yang berceceran di lantai.

Melihat sang lelaki bersusah payah mengumpulkan buku, yuki secara reflek mulai mrmbantunya mrngumpulkan buku.

"Ah, trimakasih!" Seru lelaki itu sambil tersenyum hangat kearah yuki, sementara Yuki hanya merespon dengan anggukan kecil.

"Kau baik sekali menolongku, walau aku telah menabrakmu. Ngomong omong, siapa namamu?" Ujar lelaki itu.

Yuki agak tersentak mendengar penuturan lelaki itu, namun ia segera menetralkan rasa kagetnya dan menatap sang lelaki dengan wajah datar. "Hatsuyuki airin," ujar Yuki dengan nada datar khas miliknya.

"Hatsuyuki san yah, kalau begitu namaku harukaze shota. Panggil saja haruka." Balas lelaki yang bernama haruka itu, ia tersenyum hangat kearah Yuki seolah tak peduli dengan sifat dingin milik Yuki.

Lelaki itu memiliki rambut dengan surai biru gelap yang hampir mendekati hitam, kedua maniknya berwarna emerald. Dan kini ia tersenyum hangat kearah gadis bernama Yuki.

"Panggil saja Yuki." Sambung Yuki masih dengan nada datarnya. Sementara lelaki bernama haruka itu meresponnya dengan anggukan.

Haruka melihat kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dengan seketika raut wajahnya berubah menjadi terkejut. "A-ku pergi dulu, ada sesuatu yang harus kuurus! Daah Yuki san." Ujarnya dengan nada terburu buru, sangking terburunya ia sampai pergi tanpa menunggu balasan dari Yuki.

'Dia sudah pergi, yasudahlah. Yang penting aku harus ambil komikku kembali'

Dengan begitu, Yuki segera mengambil langkah berjalan di sepanjang lorong demi mencari sahabatnya.

"Hei, bukankah itu hatsuyuki san?" Bisik salah seorang siswi yang lewat.

"Rambut hitam dan mata biru itu, ya itu pasti dia." Bisik seorang siswi lain.

"Wah, wajah datar seperti biasa yah. Sayang, padahal dia termasuk siswi cantik."

Desas desus tentang Yuki mulai tersebar, namun Yuki yang mendengarnya hanya memasang wajah datar dan tetap berjalan seolah tak mendengar apa apa.

'Haahh.... dan terjadi lagi..'

Batin Yuki ketika ia mendengar desas desus tentang dirinya. Ya, selama ini ia dapat mendengar pembicaraan setiap orang terhadapnya, baik itu hal baik maupun buruk tentang dirinya. Namun ia memasang topeng dan berpura pura tak mengetahuinya.

Dengan raut datar yang ia tunjukan kepada semua orang. Yuki melangkahkan kaki jejangnya tanpa memedulikan desas desus tentang dirinya.

'Sebaiknya aku fokus mencari aoki'

----------

"Ah, Aoki chan! Maaf aku telat!" Seru seorang pemuda dengan surai biru kehitaman.

"Ckck.. terlambat 20 menit, kau habis kemana saja haru?" Tanya gadis yang dipanggil aoki dengan nada sarkas miliknya.

"Bukan apa apa, dan hey 20 menit itu tak terlalu lama." Balas pemuda bernama haru.

"Yasudah, terserah ah." Gadis bernama aoki itu pun menyerah. Ia menghela nafas dengan kasar.

Natsume aoki, ia adalah gadis periang yang sedikit tomboy. Ia memiliki surai berwarna blonde dan ia memiliki manik berwarna merah ruby. Sekilas ia terlihat suka bercanda dan tidak serius, namun sebenarnya ia memiliki sisi yang serius.

"Hmph, yang jelas ini. Buku yang kau minta, sudah ku bawa kan semua." Sahut haru sambil menyerahkan beberapa buku yang ia bawa sebelumnya.

"Wah!" Seru aoki, ia tengah membuka buka beberapa buku yang dibawa oleh haru. "Bagus, semua nya pas!" Sambungnya dengan nada senang.

Melihat nada antusias milik aoki, membuat haru penasaran dengan sikap gadis itu. "Memangnya buku buku ini untuk apa? Seingatku kau tak suka bacaan berat." Ujar haru dengan nada menyindir di bagian akhir.

Mendengar penuturan milik haru, membuat aoki segera menjitak kepalanya. "Iya, aku tak suka bacaan berat kayak gini. Tapi ini untuk temanku tau." Balas aoki dengan tatapan tajam yang ia lemparkan ke arah haru.

"Wah, siapa dia?" Tanya haru dengan raut penasaran.

"Emhm.. dia-"

"Ah disitu rupanya kau! Kembalikan komik ku aoki!" Potong seseorang, dan itu adalah Yuki.

Ia datang langsung mengunci pergerakan aoki dengan tekhnik andalannya. Sementara Haru hanya terbengong melihat kejadian di depannya.

"Dimana buku ku aoki?!"

"Em, ku buang?" Balas aoki dengan nada polos.

"Kau-"

"Ano.." potong haru yang dengan ajaibnya menghentikan gerak gerik Yuki.

"E-eh Shota san anda disini?!" Seru Yuki.

"Nah, buku itu untuk perempuan sadis di depanku ini." Sahut aoki dengan nada santai.

Mendengar penuturan aoki membuat sebuah urat muncul di kening Yuki, sementara Haru hanya bisa terkejut sekaligus bingung dengan skenario di depannya ini.

"Eh tunggu, buku? Memangnya kamu mau kasih buku apa?" Sepertinya Yuki baru tersadar akan arti dari ucapan sahabatnya itu.

"Iya, nih untukmu. Buat refrensi, siapa tahu dapaf inspirasi." Jawab aoki sambil menyerahkan beberapa buku kepada Yuki.

Dengan penasaran Yuki mulai memeriksa buku tersebut satu persatu. "Wah, lumayan lah buat cari inspirasi. Terimakasih aoki."

"Jangan berterimakasih kepadaku, bilang itu ke Haru. Dia yang mencarikan buku buku ini, iya kan? Haru." Aoki menyikut pelan lengan haru seolah memberi kode akan sesuatu.

Raut wajah Haru berubah menjadi terkejut, karna dengan tiba tiba namanya muncul di tengah pembicaraan dua gadis itu.

"Yah, memang aku yang nyari buku itu sih." Ucap haru sambil menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"Kalau begitu, terimakasih ya. Shota san."

"Tak usah berterimakasih, Yuki san."

"Eh tunggu." Potong aoki, "kalian sudah kenal satu sama lain?" Sambungnya, setelah itu..

Hening

Tak ada yang mengeluarkan suara.

"Iya, aku tadi tak sengaja menabrak Shota san di jalan."

"Hmm.. hmm.." Haru mengangguk anggukan kepalanya tanda bahwa ia setuju.

"He... tak kusangka yuki mempunyai teman selain diriku. Ya ampun, Yuki sudah besar rupanya, sudah bisa mencari teman sendiri." Seru Aoki dengan nada yang dramatis.

Sementara Yuki dan Haru hanya bisa menatap aoki dengan tatapan heran sekaligus merinding dengan nada bicara aoki.

"Ah! Jangan lupa yah. Tolong nanti kita akan ke perpus sebentar, haru ada sesuatu yang ingin ku bicarakan denganmu. Sekalian Yuki untuk cari refrensi lumayan kan?"

Haru dan Yuki hanya saling tatap kemudian keduanya mengangguk setuju atas gagasan Aoki.

DING DONG~

Bel masuk pun berbunyi, kemudian mereka bertiga berjalan menuju kelas masing masing.

----------

'Haahh.. di tolak lagi..'

Yuki menghela nafas kasar sambil membaca pesan di hp miliknya.

"Hoii, Yuki!" Panggil Aoki, ia melemparkan senyum lebar kearah sahabatnya. "Hei ada apa? Kok wajahmu sedih begitu?" Tanya Aoki kepada Yuki.

Memang di mata orang lain wajah Yuki terkesan tidak banyak berubah. Alias datar, namun di mata Aoki wajah Yuki sudah manmpilkan raut kecewa.

"Yah.. kau tahulah. Di tolak lagi.." jawab Yuki dengan nada lesu.

"Wah wah wah, di tolak lagi rupanya.." gumam Aoki, sementara Yuki masih melihat ke arah layar hp miliknya.

"Hei, jangan menyerah. Pasti suatu saat nanti mereka akan menerima naskahmu!" Seru Aoki sambil menepuk nepuk pundak sahabatnya.

"Hmm... semoga saja."

"Jangan hanya semoga. Jadikan mimpi itu nyata! Janji?!" Seru Aoki dengan nada antusias.

"Hmm oke.. janji!" Balas Yuki.

----------

Di dalam perpus, aoki memasang headset di kepalanya dan memutar musik kesukaannya. Ia hanya duduk termenung sambil menatap kosong buku bacaan di depannya.

'Hmm.. selanjutnya aku kirim apa yah? Fantasi? Misteri?'

"Yuki san, kudengar kau memasukan naskah ke penerbit yah?"

Mendengar ucapan Haru, membuat Yuki kembali kepada realita. Yuki menatap Haru dengan tatapan datar yang langsung membuat tubuh Haru bergidik.

"Kau membuat ide di kepalaku karam semua." Ujar Yuki dengan nada datar.

"E-eh?! Maaf kalau begitu."

"Aih, lupakan. Iya aku memang mengirim ke editor, tapi mereka selalu menolak naskah yang ku kirim." Ujar Yuki dengan nada datar khas miliknya.

"Begitu yah.. boleh ku lihat naskah mu?"

"Tidak." Jawab Yuki singkat padat dan jelas.

"Ha? Bisa kau ulang?" Ujar Haru.

"Tidak boleh." Jawab Yuki.

"Kenapa?" Karna rasa penasaran haru yang memuncak, tanpa sadar ia mengutarakan isi pikirannya.

"Pokoknya ti-"

"Astaga Yuki, kau terlalu dingin kepada Haru." Potong Aoki, ia langsung merangkul pundak sahabatnya itu.

"Tenang Haru, aku akan kirim naskah terakhir Yuki. Aku punya salinan digitalnya kok!" Seru Aoki sambil mengedipkan sebelah mata nya kearah Haru.

'Aah.. aku lupa kalau Aoki ku beri salinan naskah ku..'

Yuki pun hanya bisa menghela nafas sembari memijat keningnya yang berdenyut karna menghadapi sifat konyol sahabatnya itu.

"Sebenarnya, kalian ini sudah berteman sejak kapan? Kok keliatan dekat sekali." Tanya Yuki kepada Aoki dan Haru.

"Senarnya dia teman masa kecil aku." Jawab Aoki dengan nada periangnya seperti biasa.

"Aku sempat pindah dua tahun lalu, kemudian kembali lagi kesini. Dan berjumpa lagi dengan Aoki." Sambung Haru.

"He... rupanya begitu."

"Yuki san, sebanrnya naskahmh ini bagus. Tapi tata bahasamu masih sedikit hancur. Dan soal klimaks ceritanya terlalu biasa, kemudian emosi karakter di dalam naskahmu juga kurang terasa."

Bagai tersambar petir, Yuki segera menatap Haru dengan mulut yang menganga.

Seolah paham dengan maksud dari tatapan Yuki, Haru segera melanjutkan penuturannya. "Aku tahu ini, karna.. aku juga novelis,nama pena aku adalah Ryuzaki Nova."

"R-yuzaki san?!" Pekik Yuki tiba tiba, namun ia segera tersadar dimana ia sekarang dan langsung menutup mulut rapat rapat.

"Nah sini, akan kuajarkan cara menulis yang bagus."

Dengan sigap Yuki segera menyimak semua penjelasan dari Haru dengan seksama. Tanpa sadar, mereka menghabiskan berjam jam waktu di dalam perpustakaan. Dan kini waktu telah menunjukan pukul 20.00 malam.

Kedua mata Yuki mulai meredup dan sesekali berkedip karna mengantuk. Dapat dipastikan Yuki kelelahan belajar cara membuat novel yang bagus dari Haru.

Dan pada pukul 20.45, Yuki pun terlelap di meja perpustakaan.

Aoki yang melihat sahabatnya tertidur hanya bisa tersenyum simpul sambil bergumam.

"Daah, sahabatku. Sekarang waktunya bagimu tuk bangun." Lirih Aoki, setetes air mata pun jatuh dari pelupuk mata Aoki.

----------

"Ngg..."

"Dia sadar! Panggil dokter!" Seru sebuah suara.

'Apa yang baru saja terjadi? Ah, badanku berat sekali'

"Hatusuyuki san? Anda mendengar saya? Jika anda paham apa yang saya ucapkan silahkan kedipkan mata sebanyak dua kali." Ujar seorang dokter.

Mendengar perintah yang diberikan, Yuki segera melakukannya tanpa bertanya.

"Ah, syukurlah. Anda sudah sadar, baiklah orang tua anda akan masuk."

Kedua manik safir milik Yuki masih memancarkan sorot mata yang redup. Ia terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi.

'Tunggu, bukankah aku sebelumnya dengan aoki dan em.. siapa yah? Ah aku tak ingat namanya. Dan eh?! Sebelumnya aku tertabrak kan?!'

"A...ki." Yuki mencoba mengeluarkan suara dan bertanya kepada semuanya. Namun yang terdengar hanya suara yang serak dan lemah.

Sang ibu mengetahui maksud dari ucapan anaknya hanya bisa tersenyum lembut dan berkata..

"Nanti kau akan tau sendiri kabar Aoki."

Mendengar ucapan sang ibu, Yuki hanya bisa mengangguk lemah dan menurutinya tanpa bantahan.

Akhirnya kesehatan Yuki mulai membaik, ia juga melaksanakan rehabilitasi untuk membiasakan kembali menggerakkan anggota tubuhnya.

Setelah menjalankan rehabilitasi selama 1 bulan, tubuh Yuki telah membaik. Kemudian ia mendapat kabar yang mengejutkan.

Ternyata, Yuki telah koma selama 3 minggu. Namun bukan itu yang membuat yuki lebih terkejut. Luka yang di terima sahabatnya, Aoki. Lebih parah dari milik Yuki, sehingga ia tewas di tempat.

Setelah mendengar kabar dari sahabatnya itu, Yuki hanya bisa duduk termenung di dalam kamar rumah sakit miliknya.

Ia menangis seharian dan tak kunjung henti. Selera makannya pun juga mulai hilang, namun...

Begitu ia melihat buku dengan judul 'Age of darkness' karya Ryuzaki Nova. Ia langsung teringat ucapan sahabatnya di mimpi.

Bahwa ia telah berjanji dengan aoki bahwa ia akan menjadi seorang novelis yang terkenal. Dan terus berusaha walau semua naskah yang di kirim di tolak.

Dengan janji itu yang terus tergiang di kepala Yuki. Ia pun bertekad untuk menjadikan mimpinya tak hanya sekedar mimpi semata. Namun akan membuatnya menjadi nyata.

Kemudian setelah keluar dari rumah sakit, Yuki segera melatih cara menulisnya dan mencari beberapa bahan yang dapat dijadikannya untuk proyek novel miliknya.

2 tahun kemudian

"Nama kamu siapa?" Tanya seorang gadis berusia 18 tahun dengan surai hitam legam sepinggang.

"Akatsuki hana, Hatsuyuki san.. aku benar benar salut dengan cerita anda. Sungguh menyentuh, emosi sang karakter sangat terasa." Puji seorang gadis dengan surai pirang dan mata hijau zamrud.

'Dia mengingatkanku akan aoki..'

Yuki tersenyum simpul kemudian segera menandatangani buku milik gadis itu. "Terimakasih atas pujiannya. Hana chan." Ujar Yuki sambil tersenyum kearah gadis itu.

"Baiklah, selanjutnya!" Seru Yuki.

Kemudian seorang pemuda langsung mengambil langkah maju untuk menandatangi buku miliknya.

"Nama?"

"Harukaze shota." Ujar sebuah nada baritone yang terdengar familier di telinga Yuki.

'Harukaze shota..hmm.. eeh?!'

Dengan spontan Yuki segera mendongakkan kepalanya dan menatap pemuda di depannya. Seorang pemuda dengan surai biru kehitaman dan manik berwarna hijau emerald tengah ternsenyum kepadanya.

"Halo, Yuki san."

'Hanya Aoki yang memanggilku seperti itu. Dan seorang pemuda di dalam mimpiku yang memanggilku dengan sebutan san.. jangan jangan dia..'

Kedua manik Yuki reflek mengecil, mulutnya juga menganga tak percaya.

"S-hota san?" Ujar Yuki

"Ya, ini aku. Orang yang kau tabrak di lorong" Balas pria yang dipanggil shota oleh Yuki.

"B-agaimana?"

"Suara Aoki yang membuat mimpi kita menjadi satu. Dan hey, kau sudah berhasil menjadi novelis bukan? Dan kudengar kau menyaingi ryuzaki nova."

Yuki hanya bisa tertawa sambil menggaruk tekuknya yang tak gatal.

'Aoki bahkan disaat seperti itu kau masih memikirkanku.. kau benar benar teman yang hebat. Aku senang bisa bersahabat denganmu. Semoga kau tenang disana'

----------

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: