Chapter 7
Disclaimer :
Naruto/Boruto Masashi Kishimoto/Mikio Ikemoto
Summary :
next chapter dari Beauty lady of sixth Kazekage.
Temari membesarkan 8 anak kembarnya dengan baik di Sunagakure selama 5 tahun, setelah itu mereka berpisah karena harus dirawat oleh keluarga suaminya.
Genre : Drama, Romance, Fantasy, Friendship, dll.
Warning :Typo, Gaje, Abal-abal, ide pasaran, OOC, OC, Alur acak-acakan, Adult Theme, Newbie, Penuh kekurangan. ada bahasa kasar jadi mohon dimaafkan!
berbeda dengan Canon Anime Boruto.
Bbplanets: Generation International Academy
#Kalau dirasa tidak menarik, silahkan tekan tombol back (no problem!)
Don't like? Don't read
.
Don't Copy Paste!
.
No bullying and bashing
.
Happy reading!
.
Enjoy!
.
Warning! Typo ooc etc
See you next chapter
Bbplanets!
.
.
.
Kediaman Yamanaka.
"hm.. hm.."
Temari sedang bernyanyi kecil, menepuk punggung anak-anak yang sedang tidur pulas di ranjang.
"aku agak kaget saat mereka tiba-tiba menginap" ujar pria berambut hitam pendek dengan kulit pucat miliknya.
dia memasuki ruangan. "ternyata kau berkunjung ke Konoha setelah hampir 1 tahun menghilang"
Temari tersenyum, "memang menghilang, tapi berhasil menyelamatkan 1 anak kecil yang hampir jadi korban kekejaman klan Ootsutsuki" balas Temari memandang Sai, "apa aku salah?"
Sai memeluk Temari, "tidak, kau tidak salah, kau hanya menyelamatkan anak-anak. kau sudah melakukan hal yang benar Temari" ujarnya mengelus punggung Temari.
"kau sudah berusaha keras"
"Sai.. akhir ini aku mengetahui perdagangan manusia yang sudah menyebar di beberapa desa yang jauh" ujar Temari menutup matanya. mereka berjalan keluar dari kamar anak-anak tersebut.
"aku ingin menyelamatkan mereka, membunuh orangtua tak tahu menghargai. yang sudah menjual buah hati mereka"
"aku ingin anak-anak hidup dengan nyaman di masa damai ini, tapi itu agak lain.." lanjutnya menundukkan kepala.
"kenapa mereka tidak menghargainya? apakah demi uang? kalau begitu, aku berikan semua hartaku demi masa depan mereka yang bahagia!"
Sai mengelus punggung Temari, "tidak akan terjadi apapun Temari.. kau tidak sendirian, ada kami yang siap membantumu" ujarnya mengenggam tangan Temari yang agak dingin, berusaha membuatnya hangat.
"kalian ini, belum tidur?" tanya pria paruh baya berambut kuning ponytail. dia membawa 3 cangkir teh hangat.
"musim dingin begini, seharusnya tetap berada di dalam ruangan"
"aku sudah terbiasa merasakan dinginnya dunia luar" balas Temari mengambil cangkir teh tersebut. menghembus uap teh lalu meminumnya perlahan.
"lebih baik aku yang merasakan itu daripada generasi muda. biar aku yang merasakan rasa sakit itu daripada mereka"
Inoichi dan Sai menghela napas, "dengar Temari. aku memang sudah pensiun, tapi aku tahu banyak informasi" ujar Inoichi, "walaupun pernikahan kita itu hanya untuk politik. tapi aku menghargai kerja kerasmu, kau terlalu baik" jelasnya kembali.
"memang aku tidak sebaik Shikaku yang pintar mengambil keputusan. bukan sekuat suami pertamamu itu Yondaime Raikage dan setenang Sai" Inoichi menarik napas, "setidaknya kau membutuhkan kami selayaknya suami istri"
Temari terdiam, dia menatap mereka dengan pandangan kosong.
"hentikan.. sudah cukup berbicaranya, aku ingin tidur di kamar anak-anak" Temari mulai bangkit. berjalan pergi dari ruang tamu ke kamar anak-anak.
kenapa? kenapa hatiku sakit?
Temari menepuk dadanya, dia tidak menyangka suami lainnya mengatakan seperti itu. selama ini dia hanya memanfaatkan mereka saja untuk keturunannya.
"apakah kau jatuh cinta pada mereka?" tanya Choumei dalam pikiran Temari.
"oh? kau baru muncul setelah 6 tahun ini? kukira kau sudah mati" balas Temari duduk di ranjang yang ditiduri oleh Saina, putrinya.
"aku mana bisa mati, aku hanya mengamati dirimu terlebih dahulu, mereka itu romantis kan?" ujar Choumei membuat Temari tertawa kecil.
"selama ini aku sudah buta akan cinta. aku hanya memandang Chouji yang layak menjadi suamiku. tapi.. mereka semua..."
Temari menutupi wajahnya, rasa bersalah muncul dalam pikirannya. "ne.. Choumei.. apakah cinta pada lawan jenis itu ada?"
"selama ini kau hanya mencintai anak-anak, tak heran jika kau lumayan bodoh pada lawan jenismu" jawab Choumei. Temari berbaring di ranjang.
"rasa cinta.. huh! aku sudah melihat banyak cinta dalam kehidupan dan dunia lain.. ya~ akulah yang terlalu bodoh untuk ini" ujar Temari memeluk Saina dengan lembut. menutup kedua matanya dengan perlahan.
maafkan aku..
.
.
.
Keesokkan harinya.
Temari sedang menyisir rambut orange kemerahan Chouchou dengan lembut. Chouchou sedang memakan kue kecil yang dibuat oleh ibu tersayangnya.
"ne, kaachan! apa kaachan tidak menginap sehari lagi?" tanya Chouchou.
"lah? jika kaachan melakukan itu, siapa yang mengurus Suna? apalagi Shinki dan Araya yang pastinya kangen dengan masakan kaachan" balas Temari mencium kepala putri sulungnya.
"apa kau gak kasihan pada mereka sayang? kaachan ingin tinggal lebih lama. tapi tidak bisa" lanjutnya bertanya pada Chouchou.
"kau gadis pintar bukan? sekarang kaachan ingin menyelamatkan banyak orang"
"tapi ini sudah damai bukan? kaachan tidak perlu sejauh itu" Chouchou merengut. dia memeluk Temari dengan erat.
"damai bukan berarti baik juga. kau tahu Kawaki bukan?" Chouchou mengangguk setelah Temari bertanya padanya.
"dia itu dijual oleh orangtuanya, damai bukan berarti hilangnya kejahatan.. kaachan harus menyelamatkan mereka" Temari mencium dahi Chouchou.
"jika kalian bernasib begitu, kaachan akan mengorbankan diri untuk menyelamatkan kalian" Temari tersenyum tipis, "itu janjiku sebagai ibu.."
"kaachan.." Chouchou memeluk Temari sambil menangis, "aku akan jadi kuat, biar bisa bantu kaachan juga!"
"kalau begitu kaachan tunggu.. sampai kalian menjadi kuat dan mendamaikan dunia" balas Temari mengambil kue.
"hihi, kaachan memang ibu paling baik" ujar Chouchou.
"ayo lihat apa yang dilakukan mereka diluar.." ajak Temari membuka pintu.
"haì!!"
di halaman luar rumah.
Inoichi sedang mengipasi api dalam tungku, "are? kenapa lama sekali Inoichi tousan?" tanya Saina menunggu sambil memegang mangkuk.
"sabar.. masih lama" balas Inoichi tertawa kecil mengipas tungku.
"sampai kapan? lihat apinya kecil tuh!" ujar Inojin memandang malas.
"mana kipas? kipas?" tanya Himawari, "ada kipas tambahan?"
"apa tousan gak kuat kipasnya?" tanya Shikadai.
"biar aku saja yang kipas ttebasa!" ujar Boruto mengambil kipas dari Inoichi.
"tidak, nanti ubi bakar kita jadi gosong!" cegah Shikadai.
"eh? mana ada!"
"ada! aku jadi saksi!" ujar Inojin memberikan daun kering ke dalam api.
"ahh! aku bosan ttebasa!" Boruto cemberut pelan.
"ya udah main perang salju saja Boruto!" Kawaki melempar bola salju ke arahnya.
"ohh! kau nantang ya? ayo Sarada! kita tunjukkan kemampuan kita ttebasa!"
"oke!"
"Kawaki! kita gak boleh kalah!" ujar Shiba mengambil bola salju.
"yang kalah gak boleh dapat ubi bakar!" ujar Chouta dengan kekuatan maksimal miliknya.
"oh! 3 lawan 3! Shikadai, kau ikutan jadi team-ku ttebasa!" ajak Boruto menyeret Shikadai.
"tak mau, aku mau makan ubi bakar wei!"
Boruto dan Sarada saling melempar bola salju kepada Kawaki, Shiba dan Chouta. Shikadai hanya duduk diam sambil memakan ubi bakar bagiannya.
"ih! kalian curang! aku butuh tambahan orang ttebasa! oh, Mitsuki! kau se-team denganku!"
"siap bos!" balas Mitsuki mengambil salju lalu membentuknya menjadi bola.
"oi! jangan lempar kemari!"
"gak sengaja loh!"
"ihh! kalian ini!"
"ampun Himawari!"
Temari tersenyum tipis, ya~ mungkin bersantai bersama keluargaku juga tidak salah bukan?
kumohon.. lindungilah mereka..
aku rela membayar segalanya agar bisa melindungi keluargaku.. apapun resikonya, biar aku yang tanggung itu!
.
.
.
Di Stasiun Listrik.
Temari membawa 1 kotak penuh yang berisi oleh-oleh untuk kedua keponakannya.
"jaa ne!" ujar Temari mencium pipi anak-anak tersebut dengan santai.
"ingat belajar sungguh-sungguh di Akademi. biar kalian bisa masuk Akademi Internasional"
"Boruto, jangan nakal dan jangan susah kan Shikadai" tegur Temari mengelus rambut Shikadai. dia merasakan dingin di sekitarnya.
"nanti kaachan kirimkan syal rajutan untuk kalian ya, kalau musim ini sangat dingin!"
"sebentar juga akan musim semi. kau tak perlu repot-repot Temari" ujar Chouji.
Temari tertawa kecil, "iya juga, mungkin aku terlalu khawatiran"
Kiba dan Shino memberikan sup dan daging, "kau harus makan dengan baik. kasihan Saina yang terlalu khawatiran padamu" ujar Kiba.
"lihat tubuhmu, itu kurus"
"jadi kau mau aku jadi gemuk?" balas Temari, "jika aku gemuk, aku susah beraktivitas di Suna. itu akan menyusahkan aku" Temari tersenyum. dia mengambil itu.
"aku akan memakannya dalam perjalanan. arigato"
"sampai jumpa ya, kaachan punya misi besar di Suna. jika ada waktu, kaachan datang" ujar Temari cenggir kecil pada mereka.
"pulang cepat ke desa ya"
"haì!"
"neesan, berhati-hatilah ttebayo. jangan membuat kami panik" ujar Naruto yang juga bersama Shikamaru sebagai penasehatnya. Temari mendengus tipis, dia mengangkat wajahnya. menunjukkan wajah serius miliknya.
"ya, aku tahu Nanadaime, aku akan selamat. dan jangan lupa tugasmu yang lain sebagai Bapak Kos" balas Temari berbalik menaiki kereta. Boruto dan Sarada tertawa kecil.
"hihi! Bapak Kos!"
"lucu!"
"kalau begitu aku mohon diri" pintu mulai tertutup. kereta itu mulai berangkat menuju daerah Kaze no kuni.
Temari duduk di kursinya, dia tersenyum tipis dan membuka kotak bekal sup dan daging tersebut. menghembus secara perlahan lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
"lumayan juga.. mereka pintar masak ternyata.."
.
.
.
n.b:
musim di Konoha itu hampir seperti musim dingin di Jepang.
see you next chapter
kasih bintang, komentar dan follow saya.
salam Bbplanets
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top