Love 3: Kau Adalah Bunga, yang Akan Layu Bila Kupetik
Kericuhan yang terjadi dapat diredam meskipun Haruko harus ikut andil dengan sangat keras. Hana dibawa oleh beberapa pelayan untuk kembali ke kamarnya. Setelah itu, kericuhan beralih. Bukan lagi bicara tentang bagaimana masalah hari itu terjadi, namun berbagai pertanyaan muncul dari bibir para bangsawan muda tersebut.
"Siapa dia sebenarnya?"
"Tidak bisakah seseorang menahannya di sini?"
"Apa dia lelaki? Kenapa cantik sekali?"
"Apa dia adalah bunga yang selama ini disembunyikan?"
Haruko mencoba menjawab semua pertanyaan itu dengan sangat lembut, meskipun hatinya sedikit tercabik. Lagi, ada yang melihat bunga di okiya ini. Dan jelasnya, bunga itu adalah bunga yang tak bisa dimiliki oleh semua orang. Haruko cukup realistis, jadi dia tak akan membiarkan Hana jatuh ke pelukan lelaki satu ke yang lain hanya untuk bersenang-senang.
Di antara kekaguman itu, Yazuhiro hanya bungkam. Hatinya mendadak gemas tak keruan. Dia marah. Ini kali pertama seseorang dengan kasta rendah berani mengkritiknya. Jelasnya, perilaku itu tak akan pernah dia maafkan. Suasana hatinya lebih buruk daripada sebelumnya.
"Anda baik-baik saja, Tuan?" Haruko mencoba untuk mencairkan suasana dengan mengajak Yazuhiro mengobrol. Namun, Yazuhiro sedang tidak ingin memperbaiki semuanya.
Dengan arogan, lelaki itu membuka mulutnya kembali.
"Siapa dia?"
Haruko tanggap dengan orang yang dimaksud, lantas wanita itu membungkukkan badannya kembali.
"Maafkan kami atas kekurangajaran ini, Yazuhiro-dono..."
"Siapa dia?"
"Dia... hanya seorang pelayan di tempat ini. Kami tidak cukup mendidiknya dengan baik. Karena itulah... kami mohon agar Yazuhiro-dono mau mengampuninya."
Yazuhiro masih tak mau mengampuninya. Di balik sikap kurang ajarnya, pelayan itu memiliki mata bening yang mengusik hatinya. Wajahnya cantik seperti sakura pada musim semi, namun apa yang dia ucapkan mampu mencapai relung hati Yazuhiro. Dia tak peduli dengan ucapan jahat yang orang-orang bicarakan di belakangnya. Sayangnya sekarang dia merasakannya. Dia merasa sangat diadili, tetapi tak mampu menghukum orang yang kurang ajar tersebut.
"Kau dengar aku tanya namanya, bukan?" Yazuhiro masih fokus pada pertanyaan semula. Haruko mengangguk dan menunduk hormat.
"Namanya Hana..."
"Dia lelaki, bukan?"
Haruko menunduk, lantas mengangguk lagi. Yazuhiro tak pernah peduli dengan rumor dan isu, namun sesekali dia pernah mendengar isu tentang okiya ini. Tempat ini menyediakan pelayanan dan juga geisha cantik yang terkenal sampai ke penjuru dunia. Karena itulah Yazuhiro mulai paham kenapa rumor dan isu itu berembus. Mungkin pelayan itu adalah geisha tersembunyi yang dirumorkan.
Namun dia lelaki.
"Bagaimana bisa kau memberikan pelajaran yang tak pantas untuk pelayanmu sendiri? Apa begitu caranya menyambut tamu?"
Haruko membungkuk hormat lagi-lagi. Wanita itu sudah diberitahu tentang bagaimana sifat dan tabiat Yazuhiro, namun sebenarnya wanita itu tidak menganggap Yazuhiro kasar. Ada aura kesepian yang muncul, karena di masa lalu lelaki ini begitu penyayang dan juga manis. Mungkin sejak kematian ibunya dia jadi begini. Dengan kesimpulan itulah Haruko bertahan untuk beramah-tamah dengannya. Yazuhiro memang tak banyak bicara, namun dia sepertinya masih peduli dan peka dengan apa yang terjadi di sekitar.
"Kami akan memberinya pelajaran yang baik, Tuan..."
"Lalu? Apa dia akan muncul lagi ketika aku datang ke sini?"
Haruko mendongak spontan.
"Maafkan kami, Tuan..."
"Aku tahu kalian akan menyembunyikannya. Aku tak tertarik padanya. Kau tak perlu berpura-pura!"
Haruko tersenyum. Tidak. Ketika seseorang bicara tak tertarik pada Hana-nya, maka orang itu akan terjun lebih dalam daripada ini. Mereka yang berada di ambang kebingungan akan semakin intens untuk mencari tahu sesuatu. Nantinya mereka lebih sulit untuk keluar dari tempat itu. Sudah banyak lelaki yang jatuh ketika melihat Hana, dan mereka bertingkah seolah tak peduli. Nyatanya mereka mulai meletakkan hati di tempat ini, berharap suatu hari nanti Hana berlari ke pelukannya. Sekaligus menitipkan hatinya. Haruko hanya tak ingin Hana tersakiti dengan janji manis mereka terhadapnya.
Rombongan itu menginap selama tiga hari di sana. Selama itu pula Hana mencoba untuk tidak menampakkan diri. Dia hanya akan keluar ketika para bangsawan sedang sibuk berpesta. Mereka benar-benar gila. Bagaimana bisa mereka hanya bersenang-senang tanpa memikirkan hal lain.
Hana hanya akan muncul untuk menyapu halaman belakang ketika para bangsawan itu sedang sibuk di aula perjamuan.
Namun suatu hari, dewa sedang berbaik hati untuk mempertemukan Hana dan seorang bangsawan yang beberapa hari lalu mengalami pertengkaran dengannya. Hana sedang duduk di bawah sakura malam itu, dengan jemari bertautan. Dia menepuk pipinya sendiri.
"Jangan bersedih, Hana! Kau harus berjuang untuk hidup! Tidak apa-apa, kau tidak boleh serakah!" Hana bermonolog. Yazuhiro mengamatinya dalam diam.
Jantungnya berdegup kencang. Hatinya terasa berdenyut. Dia menganggap itu adalah sebuah dendam karena lelaki cantik itu pernah mempermalukannya. Karena itulah, alih-alih bergabung dengan para bangsawan di aula perjamuan, Yazuhiro lebih senang di sini. Untuk mengawasi apa lagi yang akan dilakukan oleh lelaki cantik itu.
Hana merinding. Sepertinya ada aura buruk mencekam di belakangnya. Seperti ada seseorang yang mengawasinya. Hana sering merasa seperti ini, namun dia tak pernah tahu apa yang sedang memperhatikannya.
Dia mengusap tengkuknya, lalu melangkah terburu untuk kembali ke kamar.
***
Tiga hari terasa aneh untuk Yazuhiro. Dia sama sekali tak bisa tenang ketika berada di aula perjamuan. Dia selalu ingin melarikan diri dari sana, lalu berkeliling okiya tanpa henti. Di taman belakang, kakinya selalu terpaku. Matanya tak bisa lepas dari sana. Karena di sanalah lelaki itu berada.
Pakaiannya sederhana, namun wajahnya... Yazuhiro mengakui bahwa di antara semua geisha cantik itu... lelaki ini jauh lebih menawan. Tanpa sadar, Yazuhiro selalu datang ke tempat itu meski dia tak tahu kenapa.
Lalu di hari terakhir, para bangsawan itu berpamitan. Yazuhiro diam. Sejak pagi suasana hatinya buruk sekali. Dia tak ingin pergi, namun dia masih harus melaksanakan tugasnya. Lagi pula... dia bingung ingin beralasan apa untuk tetap tinggal.
"Terima kasih atas kehadiran Anda, Tuan..." Haruko menunduk hormat.
"Bawa dia kemari!" Suara dingin Yazuhiro terdengar. Haruko merasa tak nyaman.
"Tuan..."
"Dia harus meminta maaf padaku atas apa yang telah terjadi belakangan ini."
"Tuan..."
"Bawa dia!"
Para bangsawan lainnya mengangguk. Mereka juga sependapat, namun dengan alasan yang sangat berbeda. Mereka hanya ingin melihat "bunga" yang konon katanya disembunyikan oleh Haruko.
Haruko tak bisa mengelak. Dia mengangguk, lantas memerintahkan pelayannya untuk memanggil Hana. Hana muncul seperti biasa, dengan kesederhanaan yang tak pernah lekang oleh waktu.
Hana muncul, membungkuk hormat sekilas. Kepalanya tertunduk, namun Yazuhiro benci melihatnya begini.
"Angkat kepalamu!" katanya dingin.
Hana tidak berani melawan. Dia mengangkat wajahnya, menatap mata Yazuhiro dengan mata beningnya yang menawan. Bibir merah tanpa pewarna itu membuat para bangsawan terpesona lagi. Meskipun mereka pernah melihatnya, namun sekarang mereka masih ingin melihatnya dan tak merasa bosan.
"Maafkan atas apa yang sudah saya lakukan selama ini, Tuan. Maaf karena Anda merasa tak nyaman karena kelakuan saya..."
Yazuhiro tak pernah merasa begitu mendamba karena sesuatu, namun sekarang semuanya terasa sangat mencurigakan. Dia merasa begitu menginginkan hal yang aneh, yang tak bisa diraih oleh logikanya. Untuk pertama kalinya Yazuhiro merasa sangat terpesona. Dan juga benci pada waktu yang sama.
Yazuhiro mengangkat jemarinya. Semua orang terkejut. Mereka kira Yazuhiro akan melayangkan tangannya untuk memukul, namun ternyata... tidak. Hana menghalangi kepulangannya, namun Yazuhiro senang dengan ini.
Haruko hampir melompat untuk melindungi Hana, namun sebelum itu terjadi... jemari Yazuhiro menyentuh dagu Hana. Jemarinya mengangkat dagu itu spontan. Mata Yazuhiro mengamati wajah Hana dari dekat.
Dari sudut mana pun, wajah inilah yang akan membuat orang lain terpaku dan tak akan pernah bisa melepaskannya. Wajah inilah yang bisa membuat banyak lelaki bertekuk lutut di depannya.
"Kau tahu apa yang telah kaulakukan selama ini?"
Hana mengangguk sesaat. Matanya menatap mata dingin Yazuhiro. Ada banyak lelaki yang menatap Hana, namun mata lelaki bangsawan ini terasa berbeda. Ada aura kesepian yang muncul di sana, yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Aura itu membuat pemikiran Hana tergagap dalam sekejap. Lelaki ini begitu dingin dan tampan. Sayangnya... sifat lelaki ini tidak hangat.
"Bukankah maaf telah saya sampaikan berulang kali, Tuan?" Hana merasa kesal mendadak. Yazuhiro mengembuskan napas, lalu menatap para bangsawan lainnya.
"Kalian mengagumi wajahnya, bukan? Bahkan kalian bertanya-tanya siapa lelaki cantik yang sudah mempermalukanku waktu itu..."
Semua orang terdiam tanpa berani bicara apa pun. Mereka berpikiran Yazuhiro menaruh dendam yang sangat besar karena dipermalukan. Mereka ingin melindungi si Cantik, namun anehnya tak ada yang bisa melakukan itu. Bahkan Haruko saja terdiam meski wajahnya terlihat sangat cemas.
Wanita itu hanya menguatkan hatinya untuk percaya.
"Kenapa kau hanya mengucapkan maaf tanpa perbuatan yang berarti?"
Hana terdiam.
"Hari ini perjalanan panjang Tuan kembali ke kediaman Tuan. Apa tidak sebaiknya Tuan menyimpan rasa amarah itu?" Hana menjawab tak takut. Dia sudah lama ingin bisa mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
Dia lelah bersembunyi dan membisu. Dulu tiap kali dia berbuat salah, Machiko yang harus dihukum. Karena itulah... Hana ingin sekali-kali bicara banyak agar merasakan sakitnya hukuman yang diberikan orang lain padanya. Mungkin sekali-dua kali hukuman tidak akan membuatnya ingin mati.
Karena dia pernah merasakannya dulu.
"Apa kaupikir semudah itu?"
Hana menunduk kembali. Dia tidak tahu bagiamana caranya agar dimaafkan semudah ini. Dia sudah menghindari para bangsawan dan hanya muncul ketika mereka sedang berada di aula untuk berpesta. Hana ingin merasakan udara bebas.
"Apa yang harus saya lakukan untuk menebus semuanya, Tuan?"
Haruko hampir menjerit. Hana mengucapkan kalimat sakral dan terlarang yang pernah dia berikan pada Hana. Apa pun yang terjadi, Hana tak boleh menyerahkan dirinya sendiri.
Sayangnya ucapan manis Hana yang terdengar seperti penyerahan diri itu membuat para bangsawan lainnya merasa senang. Mereka juga ingin "mencicipi" lelaki manis itu. Dalam artian yang lebih luas lagi, mereka penasaran.
Yazuhiro menggeleng pelan. Haruko menelan ludah.
"Jangan seperti itu! Okaa-sanmu sudah melakukan banyak hal untuk menyembunyikanmu dan identitasmu. Karena itulah, kau tak boleh menyerahkan diri semudah itu!" katanya pelan.
Seulas senyum terukir di bibir Hana. Benar, inilah sifat asli lelaki ini! Yazuhiro tidak jahat. Lelaki ini hanya kesepian. Hana tahu itu! Bahkan meski para bangasawan lain melihatnya dengan tatapan lapar, Yazuhiro tidak menatapnya demikian. Hana merasa tenang tanpa sebab, lantas membungkuk hormat dengan sangat dalam.
"Lain kali, datanglah kemari, Tuan! Saya sendiri yang akan menyambut Anda."
Haruko melotot, namun wanita itu tak bisa melakukan apa pun. Melarang pun percuma. Akan dianggap sebagai sebuah penghinaan ketika mereka menarik ucapan mereka kembali. Dan Hana... merasa ini kesempatannya untuk berguna di tempat ini.
Yazuhiro berbalik arogan, lalu masuk ke dalam keretanya. Rombongan itu pergi, meninggalkan kenangan dan janji Hana bersama Yazuhiro. Sekarang Hana punya urusan dengan okaa-sannya.
"Apa yang kaupikirkan, Hana?" Suara Haruko terdengar kejam. Hana menunduk, namun sesekali wajahnya mengintip wajah Haruko.
"Okaa-san..."
"Jangan berpura-pura menyesal! Aku tahu kau tak merasa demikian!"
Hana menunduk. Machiko juga tak bisa menolong Hana sekarang. Semuanya terlambat. Hana telah mengatakan semuanya. Bahkan membuat pergerakan yang berbahaya.
"Apa kau ingin melihat tubuh okaa-sanmu ini mati karena terkejut?" Haruko masih mengeluarkan emosinya. Hana menggeleng kencang.
"Tidak, Okaa-san..."
"Lalu kenapa kau melakukan ini?"
Hana menggigiti jemarinya. Haruko hafal gestur itu. Ketika anak ini bertingkah demikian, artinya dia sedang bingung dengan dirinya sendiri.
"Katakan apa yang kau mau!"
Hana melirik alat-alat musik di aula perjamuan dengan takut-takut.
"Masih belum puas, Hana?" Haruko memekik. Hana ingin belajar seni. Haruko tahu ada bakat tersembunyi dalam diri Hana. Dan tentunya bakat itu akan membuatnya dalam masalah suatu hari nanti.
Ketertarikan diawali dari seni, lalu semakin dalam. Itu sudah jadi tugas yang tak bisa dipungkiri oleh geisha.
"Kau dilarang melakukannya! Kau harus ingat tugasmu sebagai pelayan di sini!"
Haruko memang mengatakan kalimat kasar itu, namun dia bermaksud baik. Dia hanya ingin melindungi Hana dengan menjauhkannya dari hal-hal seperti itu. Apalagi masa lalu Hana tak ubahnya seperti layang-layang yang putus dan diterbangkan angin. Tak ada tujuan sama sekali.
Karena itulah... Haruko harus memegang erat tali layang-layang itu agar tidak terbang dan terombang-ambing di langit lepas lagi!
TBC
Hanaaaaa....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top