Love 2: Pertemuan Pertama Bangsawan Kazuki
Okiya milik Haruko heboh. Sejak mereka terkenal dengan kecantikan geisha-nya dan juga kemampuan mereka dalam melayani tamu, sekarang ada desas-desus aneh yang menyebar dengan sangat mengerikan. Mengerikan karena terlalu cepat, namun itu bukan masalah menurut Haruko. Haruko tidak bergerak di bidang ini dalam waktu yang singkat. Wanita tua yang masih sangat anggun dan elegan itu masih mempertahankan kearifan okiya miliknya.
Desas-desus tersebut muncul lantaran Haruko mengirim surat balasan atas surat cinta yang datang ke mejanya hari itu. Haruko tidak suka bertele-tele, jadi dia membalas surat cinta itu dengan sangat tajam.
Datanglah ke okiya kami kalau Fujishima-dono ingin. Para geisha kami yang akan melayani Tuan dengan sangat baik. Untuk pelayan itu... kami tidak bermaksud membawanya ke dalam bidang ini. Mohon Fujishima-dono sadar dengan posisinya sebagai pelayan.
Pengirim surat itu marah. Dia menganggap Haruko menolak permintaannya dengan sangat kasar. Meski memang penolakan itu terdengar sangat menyebalkan, namun Haruko menulisnya dengan hati sakit. Hana bukan bagian dari para geisha-nya. Haruko sangat menyayangi pelayan itu. Bahkan wanita itu sudah menganggapnya sebagai putranya sendiri.
"Bagaimana ceritanya?" Haruko bertanya pada Machiko. Machiko berkunjung ke pasar pagi ini, dan dia sudah disuguhi dengan pertanyaan-pertanyaan tak bermutu.
Machiko pernah mengajak Hana ke pasar, dan kecantikan lelaki itu mengubah suasana pasar menjadi sangat aneh. Sejak saat itu Hana tidak lagi ikut meski ingin.
"Haruko-sama diisukan memiliki geisha tersembunyi di sini."
"Aih!"
"Lebih menakutkannya lagi, Haruko-sama bahkan tidak ingin menggunakan geisha tersebut..."
"Isu macam apa itu?!" Haruko murka. Baginya, Hana adalah harta karun yang sangat berharga. Namun Haruko ingin menyembunyikan Hana karena ingin melindunginya.
"Apa yang akan Haruko-sama lakukan?"
Bibir Haruko berkedut karena emosi. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa para lelaki bangsawan itu lebih tertarik pada Hana dibanding para geisha cantik yang dia miliki. Ah, Hana juga cantik sebagai seorang lelaki. Figurnya bahkan lebih menggiurkan. Padahal Hana hanya memakai baju sederhana sebagai pelayan.
Bayangkan saja kalau sampai... kalau sampai Hana mengenakan baju yang dikenakan oleh para geisha. Haruko menggelang kencang. Tidak, tidak!
"Aku akan mengutus seseorang untuk membereskan masalah ini. Gunakan terus telingamu untuk mendengar. Kita tidak hanya sekali dua kali mengalami hal menggelikan seperti ini."
Machiko mengangguk paham, lalu pamit undur diri. Begitu pelayan itu keluar, mulutnya memekik karena terkejut. Hana berdiri di depannya, mondar-mandir dan terlihat cemas. Machiko tersenyum lembut begitu melihat raut cemas anak itu. Lalu Hana menghela napas lagi.
"Bagaimana? Apa kata Okaa-san?"
Machiko tersenyum, lalu menepuk bahu Hana sebentar.
"Tenanglah, Hana! Haruko-sama yang akan menyelesaikan semuanya."
"Gara-gara aku..."
Machiko menggeleng kencang. "Tidak. Ini bukan gara-gara dirimu. Kalau sampai Haruko-sama mendengar apa yang kaukatakan, beliau bisa bersedih, Hana. Beliau sudah mencoba melindungimu. Jadi sebaiknya kau juga berterima kasih dengan tidak menyalahkan dirimu sendiri!"
"Maafkan aku!" Hana menunduk. Ini memang bukan pertama kali. Sudah sering sekali para lelaki bangsawan mencari masalah di sini. Okiya milik Haruko berbeda. Unik dengan caranya sendiri.
Apalagi ketika mereka tak sengaja melihat Hana... semuanya menjadi makin runyam. Karena itulah Hana dilarang keluar ketika para bangsawan datang. Hana sangat spesial di sini.
"Tenanglah...! Haruko-sama sudah menyelesaikan semuanya."
"Aku selalu membawa beban untuk kalian semua..." Lagi-lagi Hana terpuruk. Machiko memeluk Hana lembut dan menggeleng pelan.
"Kau tidak bersalah. Kau tidak melakukan apa pun. Kami yang lengah karena membiarkan mereka melihatmu."
***
Isu itu mulai bisa diredam ketika utusan Haruko datang menemui bangsawan yang menjadi sumber. Haruko memutuskan untuk meminta maaf lebih dulu dan mengatakan bahwa pelayan di okiya tidak boleh disentuh oleh siapa pun.
Meski tidak sepenuhnya teredam, namun Hana bisa bernapas lega. Apalagi Haruko membuat sebuah rencana yang sangat aneh. Dia membuat adegan dan rekayasa seolah-olah Hana meninggal dunia karena sakit keras. Dia juga memerintahkan beberapa orang untuk menyebarkan isu tersebut di masyarakat. Semua orang heboh karena mengetahui Hana meninggal dunia.
Sementara itu, Hana hanya bisa mengembuskan napas lega. Dia berjanji akan berhati-hati dengan sikapnya. Ketika banyak tamu di okiya, Hana akan bersembunyi di dalam kamarnya. Semua keperluan sudah ada, dan kalau Hana ingin ke kamar mandi, ada jalan khusus untuknya, dengan kamar mandi yang dipersiapkan untuk Hana seorang.
Drama itu bertahan hanya sebentar. Siapa yang menyembunyikan bangkai, suatu saat pasti akan terkuak juga. Dan sekarang pun seharusnya begitu. Suatu hari, okiya kedatangan tamu yang sangat penting. Lebih penting karena posisi bangsawan ini sangat tinggi. Menurut kabar dari Machiko, bangsawan ini masih muda, tampan, dan bertalenta. Karena itulah para geisha sudah berdandan sejak pagi hanya untuk bersiap melayani bangsawan ini. Mereka ingin merebut hati lelaki itu.
Haruko juga sibuk sekali. Wanita itu mempersiapkan jamuan beserta pesta kecil penyambutan untuk bangsawan tersebut. Machiko sempat mengatakan bahwa yang datang kali ini memang tuan muda dari klan Hazuki beserta teman-temannya.
"Pesiapkan semuanya! Aku tidak ingin terjadi kesalahan sedikit pun!" Tidak biasanya Haruko terlihat galak. Hana juga ikut membantu mempersiapkan taman agar lebih indah dan bersih daripada biasanya.
"Hana, jangan pernah keluar sedikit pun! Bahkan mengintip pun tak boleh! Kau harus diam di kamarmu!" Haruko kembali memperingatkan Hana untuk diam di tempatnya. Hana mengangguk pelan. Sudah berulang kali Haruko mengatakan kalimat yang sama, dan Hana berkesimpulan bahwa larangan Haruko benar-benar serius kali ini.
"Aku mengerti, Okaa-san."
"Kau benar-benar tak boleh keluar! Bahkan meski terjadi sesuatu yang buruk. Kalau memang situasinya darurat, Okaa-san akan memerintahkan orang untuk menyelamatkanmu dan membawamu pergi dari sini."
Hana hanya bingung dan tak mengerti. Apa situasi sangat darurat dan juga menghebohkan seperti itu? Bahkan meski hanya untuk sebuah pesta penyambutan keluarga Kazuki yang terkenal itu.
"Seberapa penting bangsawan ini?" Hana bertanya pelan pada Yazura, salah satu geisha yang sedang sibuk memoles wajahnya sendiri. Hana membantunya memasang obi.
"Sangat penting. Kudengar dia adalah lelaki kesepian. Sejak ibunya meninggal, dia jadi agak dingin. Padahal dia adalah orang yang kudengar punya kedekatan dengan keluarga kerajaan."
Hana mengerti sekarang kenapa Haruko sangat sibuk.
Persiapan selesai menjelang sore. Beberapa orang, bahkan Haruko sendiri turun tangan untuk menyambut bangsawan Kazuki di pintu masuk okiya. Hana tidak bisa mengintip atau melihat karena dia sedang terkurung di dalam kamarnya.
Beberapa buku berserakan. Dia sudah membaca buku yang sama berulang kali, bahkan mencoba untuk menari. Hana tidak pernah diizinkan untuk menari, namun dia sering belajar dengan melihat para geisha berlatih menari. Sayangnya... lama-lama Hana bosan.
Bangsawan Kazuki datang, dengan anak mereka yang terkenal itu. Yazuhiro Kazuki namanya. Isu itu benar. Yazuhiro lebih tampan dibanding yang diisukan. Lelaki itu terlihat dingin. Tidak banyak bicara. Bahkan meski Haruko memberikan pelayanan dan juga sambutan yang sangat ramah, lelaki muda itu tidak menanggapi dengan menyenangkan. Padahal teman-teman dan saudaranya sudah tertawa bahagia dengan pelayanan yang disuguhkan.
"Sudah lama sekali saya tidak melihat Anda, Yazuhiro-dono. Dulu Yaziro-dono pernah membawa Anda kemari."
Yazuhiro menanggapi dengan dingin. Dia tidak mungkin pernah lupa. Ayahnya pernah mengajaknya ke tempat ini. Hari itu adalah hari di mana ibunya pergi untuk selamanya. Yazuhiro tidak mungkin lupa. Itu adalah hari yang paling ingin dia lupakan. Sekarang... hanya tinggal dirinya seorang di sini. Ayahnya tidak ikut karena harus mengurusi sesuatu yang penting di kerajaan.
"Benarkah?" Yazuhiro mencoba bersuara.
"Anda masih sangat tampan, baik dulu maupun sekarang. Dulu Anda senang sekali bermain di kolam belakang seorang diri..."
Yazuhiro tidak tertarik dengan cerita masa lalunya. Meskipun orang yang dipanggil Okaa-san ini katanya berteman baik dengan ayahnya, namun Yazuhiro tidak ingin tahu. Dia hanya ingin menghabiskan waktu. Karena ketika sendiri, ada banyak kesedihan yang menghampirinya.
Sebenarnya, Yazuhiro sudah mati dari dalam sejak lama. Dia tidak tertarik dengan apa pun lagi. Dia hidup hanya untuk meneruskan nama ayahnya. Dia tidak punya apa pun yang dia inginkan. Ketika ayahnya memerintahkan sesuatu, dia akan melakukannya. Tanpa penolakan dan tanpa tanya. Bahkan kalau ayahnya memerintahkannya untuk mati sekarang, dia bisa melakukan itu. Dia merasa hambar hidup di dunia ini.
"Apa yang bisa kalian tawarkan di sini?" Yazuhiro adalah orang yang bisa terus terang dan spontan mengatakan apa pun yang ada di otaknya. Kalau orang-orang di okiya ini sudah menyelesaikan tugasnya, Yazuhiro berencana untuk tidur hingga pulang nanti.
Haruko paham kenapa Yazuhiro jadi begini. Karena itulah dia mencoba maklum dan mempersembahkan apa yang sudah mereka persiapkan. Mereka semua tergelak dan terhibur, tentunya selain Yazuhiro. Lelaki dingin dan tampan itu hanya menatap penampilan yang para geisha suguhkan dengan wajah datar.
"Tidak lengkap bila Anda belum mencicipi sake yang kami buat, Yazuhiro-dono..." Geisha paling cantik di sana menawarkan minuman. Haruko memberi tanda agar melayani Yazuhiro dengan sangat baik.
"Apa yang kaulakukan?" Yazuhiro bertanya dingin.
"Kami harus melayani Yazuhiro-dono dengan sangat baik..."
Yazuhiro tidak butuh omong kosong. Dia menatap wanita itu dengan sangat tajam.
"Tinggalkan aku sendiri!"
Sayangnya itu bukan cara geisha melayani. Mereka harus melayani para bangsawan dengan baik, bahkan meski mereka harus dihujat dan dihina.
"Tetapi, Yazuhiro-dono..."
"Biarkan aku sendiri!" Yazuhiro menepis gelas sake yang ditawarkan padanya dengan sangat kasar. Gelas itu terlepas dari genggaman, tumpah isinya, dan pecah.
Semua orang yang ada di sana membeku. Tak ada seorang pun yang bisa berbuat sesuatu. Haruko peka dengan situasi ini. Dia sudah mempersiapkan situasi seperti ini sejak awal, jadi dia siap kalau memang harus terjadi.
"Maafkan kelancangan kami, Yazuhiro-dono!" Haruko membungkuk hormat. Yazuhiro menatapnya dingin.
"Sudah kukatakan sebelumnya, biarkan aku sendiri! Kenapa kalian tak paham apa yang kukatakan?"
"Maafkan kami, Yazuhiro-dono! Sekali lagi kami meminta maaf, dan kami akan melakukan yang terbaik."
"Aku tidak butuh apa pun."
"Baik, kami mengerti!" Haruko memberi tanda pada para pelayan untuk membereskan kekacauan itu. Mereka bergerak cepat, membersihkan pecahan gelas, dan juga mengelap lantai.
"Apa yang bisa kami lakukan untuk Yazuhiro-dono? Kami akan melakukannya."
"Apa kau bisa mengabulkannya?"
Haruko memang merasa tidak beres dengan ini, namun dia harus melakukan apa pun agar bangsawan terhormat ini tidak kecewa.
"Tentu saja, Tuan."
"Aku ingin memecahkan semua ini."
Semua orang bingung dan juga terkejut dengan ucapan Yazuhiro. Mereka tidak bisa melerai dan melarang lelaki itu. Posisi dan jabatan mereka tidak memungkinkan untuk melakukannya. Mereka hanya membisu dan menonton tanpa bisa berbuat apa pun, tanpa mereka sadari...
Sejak awal ada sepasang mata yang mengawasi kejadian hari itu. Sepasang mata yang seharusnya duduk diam menunggu di dalam kamarnya. Sepasang mata yang tertarik begitu mendengar suara musik dan juga gelak tawa. Sepasang mata yang akhirnya memutuskan untuk mengintip sebentar saja.
Dan dia mengetahui semuanya sekarang.
"Dia begitu sombong!" Pemilik mata itu mendengus. Hana melanggar peraturan dari Haruko. Awalnya dia ingin kembali, namun ketika melihat bagaimana bangsawan itu memperlakukan Haruko dengan sangat rendah... Hana tidak ingin kembali. Mendadak hatinya sakit.
Tak ada yang boleh melukai ibunya. Haruko adalah ibunya. Ibu yang dengan sangat baik membelinya hari itu, lalu memberinya kasih sayang yang tak mungkin dia dapatkan di luar sana.
Hana menunggu apa yang akan Haruko lakukan setelah ini.
"Baiklah kalau itu yang Yazuhiro-dono inginkan..."
Hana melongo. Kenapa semudah ini? Bagaimana bisa Okaa-san membiarkan lelaki itu berbuat seenaknya? Hana mendengus. Dia ingin marah dan menjerit kesal, namun sayangnya... itu tak bisa terjadi. Dia harus sadar bagaimana posisinya di sini.
Beberapa barang dilempar hingga pecah. Hana hanya sanggup mengintip tanpa mengganggu. Lalu... ketika sebuah gelas melayang dan hampir mengenai kepala ibunya, Hana sudah tak tahan lagi. Dia berlari, menerobos masuk, lalu menepis gelas itu. Gelas tersebut membentur meja dan pecah berantakan.
Haruko mendadak beku. Semua geisha panas dingin. Para bangsawan juga ikut melongo. Mereka tidak tahu dari mana sosok ini muncul. Pakaiannya sederhana. Namun tubuhnya sangat ramping... dan wajahnya... wajahnya benar-benar menawan, jauh lebih menawan dibanding geisha tercantik di okiya mana pun.
"Ada banyak cara meluapkan emosi, Tuan. Salah satunya adalah dengan menghindari manusia. Dengan penuh kerendahan hati, saya mohon agar Tuan tidak meluapkan emosi itu pada manusia lain yang tidak bersalah. Semoga lain kali Anda bisa datang ke tempat ini dengan suasana hati yang lebih baik..."
Kalimat Hana hari itu membuat para bangsawan semakin terusik dan tertarik untuk memilikinya. Okiya ini masih menyimpan geisha tercantik yang pernah diisukan oleh orang-orang. Dan saat ini geisha itu sedang membungkuk hormat, memeluk Okaa-san tempat ini, dan mengucapkan kalimat panjang dengan sangat sopan dan dalam.
TBC
Aku mau bales komen di chap 1 bentar... :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top