Love 16: Keputusan dan Pilihan Hidup
Keadaan Hana mulai membaik. Meskipun lelaki itu sudah sembuh secara fisik, namun dia masih enggan membuka mata. Terkadang lelaki itu mengigau, meracau, mengucapkan maaf berkali-kali. Yazuhiro akan senantiasa tinggal di sisinya, bahkan merawat dan membersihkan tubuhnya pun Yazuhiro tak menginginkan orang lain. Yazuhiro hanya ingin Hana, dan seharusnya terus seperti itu.
Hana masih belum membuka matanya. Meskipun malam-malam yang dilalui sangat dingin, namun dia masih tak bergerak. Bibirnya kering, tubuhnya semakin kurus. Tabib keluarga Kazuki mengatakan bahwa Hana tertekan. Ayah Yazuhiro tanggap dengan keadaan Hana, namun memisahkan anak itu dari lelaki cantik yang sedang sakit adalah hal yang sangat mustahil. Bila mereka terpisah, maka akan terjadi sesuatu yang sangat membingungkan nantinya.
Maka, dengan sangat hati-hati, bangsawan Kazuki bertanya perlahan pada anaknya. Dengan jiwa besar penuh kasih tanpa menghakimi.
"Katakan, Anakku! Ada banyak hal yang tidak Ayah pahami darimu. Kau marah dan sedih karena kehilangan ibumu, dan kau senantiasa menutup mulutmu. Bahkan ketika kau bertunangan dengan Sakura, kau tidak protes ataupun bertanya. Kau menganggap itu sebuah kewajiban yang harus kautunaikan..." Jeda sebentar terdengar hingga akhirnya bangsawan itu melanjutkan, "Namun Ayah tak mengerti tentang ini semua! Kenapa kau melakukan ini, Yazuhiro?"
Yazuhiro bungkam. Bangsawan Kazuki paham akan jawaban anaknya, namun membuat Yazuhiro bicara adalah sebuah kewajiban. Karena itulah, Yaziro berencana untuk bertanya dengan cara yang lain.
"Kau akan sangat murka kalau Ayah memisahkan kalian, bukan?"
Yazuhiro merespon. Tatapan lelaki itu berkilat. Yaziro paham, itu artinya tidak akan pernah bisa!
"Kau mencintainya?"
Yazuhiro menoleh, menatap wajah Hana sekali lagi. Yaziro mengembuskan napas. Lelaki itu harus rasional kalau ingin menyadarkan anaknya.
"Rui... akan lari kalau kau terus begini! Kau bahkan tak bisa memperlakukan seseorang dengan baik!"
Yazuhiro tak bersuara. Yaziro berdiri, lalu meninggalkan mereka berdua lagi. Jemari Yazuhiro masih menggenggam jemari Hana. Lelaki itu jadi pendiam akhir-akhir ini. Ketika Hana tertidur sepanjang hari, Yazuhiro terus menemaninya. Sesekali Hana tersadar, namun dia hanya terpejam.
Lalu... di hari selanjutnya, Hana membuka mata untuk yang pertama kalinya. Ketika melihat Yazuhiro menggenggam jemarinya, menatapnya tanpa kata... Hana tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini.
Karena itulah... dia mencoba untuk bicara.
"Yazuhiro-san..."
Hana mengedip beberapa kali. Yazuhiro bergerak cepat, menarik tubuh Hana, mendudukkan lelaki cantik ini agar bersandar padanya. Semua orang yang melihat itu pasti tahu betapa cintanya lelaki bangsawan itu terhadap lelaki cantik ini.
"Yazuhiro-san..."
Meski Hana memanggil, Yazuhiro masih tak bersuara. Yazuhiro seperti kehilangan nyawanya sendiri. Tubuhnya bergerak untuk melindungi Hana, namun bibirnya tak bicara. Yazuhiro menatap wajah Hana, menunduk, namun tak ada hal yang berarti. Baik Yazuhiro maupun Hana tak bergerak, saling menatap.
"Kenapa Yazuhiro-san diam saja?"
Yazuhiro masih tak bicara. Dia ingin bicara dan menjawab semuanya, namun dia takut. Semakin dia bicara, masalah akan makin runyam. Jantungnya berdegup kencang karena takut, hatinya menghangat karena sayang. Dan di balik itu... dia ingin menjelaskan banyak hal, ingin meminta maaf, ingin memperbaiki semuanya.
"Yazuhiro-san..."
Yazuhiro diam.
"Aku sudah tidak kuat lagi..."
Kalimat itu mengalir tertatih, namun sampai dengan sangat cepat di hati Yazuhiro. Ada banyak makna dari kalimat itu, namun Yazuhiro tak ingin apa pun. Dia takut dan cemas dengan semua yang terjadi. Dia ingin melarikan diri, ingin mencari kebebasan, dan berdua bersama Hana. Bersama lelaki ini. Yazuhiro tak butuh kekuasaan, dan dia akan tunduk di kaki lelaki cantik ini. Yazuhiro akan selalu menemaninya, menjaganya, memberikan kebahagiaan yang pernah direnggut dengan paksa darinya.
"Kenapa kau diam saja? Kau membenciku?"
Yazuhiro tak mungkin melakukannya. Lelaki itu hanya memeluk Hana, hingga akhirnya Hana tertidur kembali. Yazuhiro merasa dirinya bodoh, namun dia tak ingin melakukan apa pun sekarang. Karena itulah, dia hanya memeluk Hana seperti itu.
Yazuhiro baru mau keluar dari kamarnya ketika Sakura datang. Dia ingin bicara banyak hal dengan wanita ini. Ayahnya memberi kebebasan, meskipun bangsawan itu sudah tahu apa yang akan Yazuhiro lakukan.
"Ada banyak hal yang ingin kukatakan, namun aku tak akan bertele-tele. Sakura, aku ingin mengakhiri hubungan kita..."
Sakura terpaku ketika mendengar kalimat itu. Wanita itu hanya sanggup menangis, menggeleng, tanpa bertanya apa alasan Yazuhiro membatalkan semua ini. Yazuhiro tak akan pernah bisa mencintainya, Sakura tahu. Namun ini kali pertama Yazuhiro terlihat begitu frustrasi, dan juga lelah.
"Aku memang bersalah padamu, dan aku minta maaf. Aku memutuskan ini karena aku tak ingin melukaimu lebih jauh lagi..."
Sakura menangis kencang. Dia terluka. Yazuhiro benar. Semakin lama mereka bersama, maka semuanya akan jadi makin runyam. Hanya saja Sakura belum siap untuk ini. Sayangnya Yazuhiro adalah lelaki yang tak bisa dipengaruhi.
Sakura menggenggam jemari Yazuhiro dan terus tergugu. Yazuhiro diam, tak menepis pegangan Sakura. Dia tahu bahwa ini kali terakhir Sakura akan menggenggam jemarinya. Sayangnya... hari itu Yazuhiro sedang tak beruntung. Hana terbangun, mencari keberadaan Yazuhiro di sekitarnya. Kepalanya pusing, namun tekadnya untuk menemukan Yazuhiro jauh lebih besar.
Kakinya melangkah tertatih, jemarinya berpegangan pada dinding rumah bangsawan Kazuki. Dan di tempat itu, langkah kaki Hana terhenti. Matanya melihat Sakura memegang tangan Yazuhiro.
Hati Hana mendadak sakit.
Hancur sudah semuanya. Lalu tubuhnya ambruk lagi. Yazuhiro menoleh ketika mendengar seseorang terjatuh, dan matanya makin melotot ketika tahu orang yang jatuh itu adalah orang yang dia cintai. Yazuhiro berlari menghampirinya, mengangkat lengannya, namun... Hana menepis pegangan bangsawan tampan ini.
Yazuhiro bungkam, lantas menggendong Hana dan membawa lelaki cantik itu kembali ke dalam kamar.
Hana mungkin tak punya kekuatan untuk marah dan mengumpat, namun dia punya kekuatan untuk bicara dan mengungkapkan perasaannya.
"Yazuhiro-san... tadi... Sakura-sama..." Lalu Hana tertawa miris, menertawai nasibnya sendiri. "Sakura-sama... kalian berdua benar-benar cocok..."
Yazuhiro ingin menjelaskan, namun dia makin takut kalau Hana tak percaya padanya. Dia sudah melakukan hal kurang ajar, jadi pantas kalau Hana jadi ketakutan.
"Saya berharap keluarga kalian senantiasa berbahagia..."
Harapan macam apa itu, Hana?
"Semoga Yazuhiro-san dan Sakura-sama selalu bahagia..."
Tidakkah kau salah dalam menyimpulkan sesuatu, Hana?
"Ini terlalu berat untuk saya. Terlalu menyakitkan. Saya tidak kuat lagi, Yazuhiro-san..."
Yazuhiro tidak tahu kenapa Hana jadi bertingkah aneh seperti ini. Yazuhiro benar-benar tidak mengerti, namun melihat raut sakit dan terluka Hana, Yazuhiro tak bisa bicara apa-apa.
"Melihat kalian berdua... rasanya sakit."
Bolehkah Yazuhiro berharap dengan kalimat itu? Bolehkan Yazuhiro berharap Hana cemburu terhadapnya?
"Saya menjadi beban bagi Anda, Yazuhiro-san..."
Yazuhiro menangkup wajah Hana, namun tak ada kalimat yang dia sampaikan. Yazuhiro masih senang ketika melihat lelaki ini terbangun. Kebahagiaan akan sesuatu yang kecil... membuat Yazuhiro tidak paham lagi harus bagaimana.
"Yazuhiro-san... Anda masih tak ingin bicara pada saya?"
Ingin. Namun, ketika aku bicara, yang muncul dari mulutku hanyalah tuntutan! Aku akan menuntutmu, dengan keegoisanku, agar kau tinggal denganku sampai kapan pun. Apa itu akan adil untukmu?
Hana bungkam. Dia sudah menyerah. Mungkin ini keputusan yang sangat tepat. Hana sempat mampir ke sebuah tempat ketika berkeliling pasar hari itu. Dia mampir pada sebuah toko yang menjual perlengkapan berburu. Salah satunya adalah racun yang digunakan untuk mengolesi mata panah. Hana menyimpannya dengan sangat rapi di balik tumpukan bajunya.
"Akan sangat menyakitkan bagiku melihat orang yang kucintai bersama dengan orang lain..."
Jantung Yazuhiro berdegup kencang. Hana mencintainya! Mencintainya! Tidakkah ini mimpi? Bagaimana bisa Hana mencintainya? Dia sudah melakukan hal yang buruk pada Hana. Apa ini nyata?
"Aku mencintaimu... Ini lucu dan hina sekali, bukan? Seorang pelayan rendahan mencintai seorang bangsawan sepertimu..."
Yazuhiro ingin berteriak kencang bahwa dia sama sekali tak keberatan dengan itu. Yazuhiro ingin berteriak bahwa dia merasakan hal yang sama, bahkan sejak melihat lelaki ini, sejak ingatannya kembali lagi tentang masa kecilnya dulu bersama Rui.
Yazuhiro lebih dulu jatuh cinta terhadapnya.
"Aku mencintaimu, Yazuhiro-san... dan aku sudah lancang. Maafkan aku! Bahkan meski kau melakukan perbuatan buruk padaku, aku masih tetap mencintaimu. Akan sangat merepotkan kalau aku menyimpan rasa ini terlalu lama, bukan?" Hana tersenyum pahit. Yazuhiro menggeleng kencang. Hana menangis lagi.
"Karena itulah... kumohon... lepaskan aku!"
Hancur sudah! Semuanya sudah hancur! Yazuhiro tak akan pernah melakukan hal bodoh itu sampai dia mati. Bahkan kalau dia mati, dia akan membawa Hana ikut bersamanya. Yazuhiro tak akan pernah melepaskan lelaki ini.
Yazuhiro berdiri, melangkah pergi. Dia menghindar sementara hanya untuk menangis. Menangis karena terharu, bahagia, lega, dan juga sedih. Apa yang harus dia katakan pada Hana setelah ini?
Aku ingin selamanya bersamamu!
Yazuhiro menelan ludah dan menggeleng kencang. Dia harus menjelaskan pada Hana bahwa dia sudah memutus pertunangannya dengan Sakura, dan dia mencintai Hana. Yazuhiro berbalik, kembali ke kamarnya... sampai matanya melotot, dan mulutnya menjerit kencang.
Hana tergeletak, dengan sebuah botol kecil di tangannya.
Yazuhiro merampas botol kecil itu dan mencium isinya. Racun. Yazuhiro menggeleng, menekan dada dan perut Hana. Jemarinya masuk ke tenggorokan Hana, memaksa Hana agar muntah sekarang juga.
Hana menggeleng, menangis.
"Aku harus mati, aku tak bisa melihatmu dengan orang lain!"
Yazuhiro menjerit, menggendong Hana, membawanya ke tabib terdekat. Beberapa orang berkasak-kusuk di sepanjang jalan, namun Yazuhiro tak peduli. Menunggu tabib keluarganya pasti akan memakan banyak waktu, karena itulah Yazuhiro membawa Hana pergi secepat mungkin.
Tabib itu terkejut ketika melihat bangsawan terpandang di kota ini datang dengan membawa seseorang yang sangat cantik. Namun keterkejutannya berganti ketika melihat kondisi pasien yang dibawa oleh anak bungsu bangsawan Kazuki.
"Jangan tidurkan dia! Buat dia duduk dan paksa dia agar muntah lebih banyak lagi! Kita harus mengosongkan isi perutnya!"
Yazuhiro menurut. "Dia sudah meminum racun untuk berburu!"
Tabib itu membawa penawar secepat mungkin. Hana dipaksa menelan penawar itu meskipun dia menutup mulutnya rapat-rapat. Yazuhiro memaksanya membuka mulut, namun akhirnya lelaki itu memasukkan penawarnya dengan paksa, lewat mulutnya sendiri.
Ketika Hana berhasil diselamatkan, tabib itu berbisik pelan.
"Untung saja Tuan cepat membawanya kemari. Bila Tuan terlambat sebentar saja, mungkin dia sudah tak tertolong..."
Yazuhiro gemetar. Hana masih lemas karena muntah. Efek penawarnya juga membuatnya mengantuk. Yazuhiro berterima kasih, lalu membawa Hana pulang. Sepanjang jalan, orang-orang melihat mereka. Hana terbangun seketika ketika sadar di mana dia berada.
"Kenapa Yazuhiro-san menggendong saya seperti ini?"
Yazuhiro mengembuskan napas. Dia harus berbicara, untuk menjelaskan kesalahpahaman mereka.
"Rui... ketika sampai di kamarku nanti, ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu!"
Hana terkejut. Yazuhiro bicara padanya. Hana menangis, memeluk Yazuhiro, menyembunyikan wajahnya di bahu lelaki tampan itu.
***
Mereka berdua sampai di kamar Yazuhiro. Kali ini Yazuhiro mau bicara pada Hana. Dia tak akan pernah mengulang kesalahannya.
"Aku tak pernah mengatakan bahwa aku akan meninggalkanmu..." bisik Yazuhiro perlahan. Jemarinya menggenggam jemari Hana lembut.
"Tetapi..."
"Aku tak pernah bicara bahwa aku akan berbahagia bersama Sakura..."
Hana tergagap.
"Kau tahu... aku tak ingin kehilanganmu..." Kali ini Yazuhiro menangis.
Hana terkejut.
"Aku mencintaimu, aku rela melepas semuanya, bahkan ketika ayahku bertanya apa yang kumau, yang terlintas dalam benakku adalah kau."
Hana ikut menangis.
"Kalau bersamamu akan jadi sulit karena statusku, akan kulepas semuanya! Aku akan bersamamu! Sejak awal, aku yang lebih dulu mencintaimu... Rui!"
Hana menggigit bibir, namun tangisnya meledak. Dia menangis makin kencang, lalu memeluk Yazuhiro erat. Dia tak akan pernah melakukan hal bodoh karena dugaannya, sementara dia belum pernah tahu bagaimana perasaan Yazuhiro yang sebenarnya.
"Jangan pernah tinggalkan aku! Aku akan mati kalau kau melakukannya lagi!" Bisikan Yazuhiro terdengar. Hana mengangguk kencang, memeluk Yazuhiro makin erat.
"Aku mengerti, Yazuhiro-san..."
"Rui... ayo kita hidup berdua selamanya! Sampai mati!"
TBC
Notes :
1. Perkiraan ini eps terakhir. Epilog akan dipublish setelah ini. Perkiraan sih besok siang kalau nggak sore. Ingetin aku, ya kalau lupa!
2. Kita move on ke sebelah, yuk! Ke yg judulnya, "Bla... Bla... Bla..."
3. Aku belom sempet balesin semua komentar, namun yg nanya2 udah aku jawab, kok! Hehehehe...
Makasih, yaaaa...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top