Love 11: Karena Bunga Tak Selamanya Membuatmu Bahagia
Ketika Hana terbangun keesokan harinya, Yazuhiro sedang duduk di... bawahnya. Hana tidur dengan bantal paha lelaki tampan itu. Hana tersadar, lalu memekik seketika. Dia menegakkan tubuh spontan. Bagaimana bisa dia tertidur di pangkuan bangsawan ini? Itu sangat tidak sopan dan lancang sekali! Bahkan Yazuhiro tidak membangunkannya. Lelaki ini malah sibuk membaca. Hana sadar ketika membaca buku yang Yazuhiro baca. Buku itu berisi kisah cinta para geisha dan bangsawan. Buku tentang kisah cinta klise yang mungkin Yazuhiro pinjam dari geisha yang ada di sini.
"Maafkan saya, Yazuhiro-san. Saya tidak sadar sudah..."
Yazuhiro memandang wajah Hana sekilas, lalu kembali sibuk dengan buku di tangannya.
"Kau tertidur dengan sangat pulas. Padahal awalnya aku yang tertidur di pangkuanmu. Lalu ketika aku terbangun, kau juga sedang menutup mata. Aku tidak tega, jadi kugantikan posisimu."
Hana menepuk kedua pipinya.
"Saya benar-benar tidak tahu..."
"Kau lucu sekali!"
Hana menelan ludah. Yazuhiro terkekeh, lalu berdiri. Hana belum sepenuhnya sadar dan tanggap apa yang akan dilakukan oleh lelaki itu. Karena itulah Yazuhiro hanya menunggu saja. Lelaki itu menelan ludah, lalu menoleh ke sekeliling ruangan.
Yazuhiro menyerahkan sebuah bungkusan.
"Aku tahu kau penasaran dengan isi di dalamnya. Karena itu, bukalah! Ini milikmu."
Hana melongo, makin tak paham. Setahunya bungkusan ini belum ada di ruangan ini semalam. Lalu kapan Yazuhiro mendapatkannya.
Hana penasaran juga dengan isi di dalamnya. Namun untuk menciptakan sesuatu yang dinamakan kesopanan, Hana memutuskan untuk mencari tahu lebih dulu isinya.
"Kalau boleh saya tahu, apa ini, Yazuhiro-san?"
Yazuhiro mengedikkan bahu.
"Kau akan tahu kalau sudah membukanya."
Hana cemas mendadak. Menerima sesuatu dari seseorang sangat riskan dalam posisinya. Dia takut membuat orang lain dan desas-desus di luar sana semakin buruk dengan dia yang menerima benda ini. Yazuhiro mengedikkan bahu sekali lagi.
"Setelah kau membukanya, kau akan tahu."
Hana menelan ludah ragu.
"Tetapi..."
"Bukalah!"
Hana sudah tidak tahan lagi. Rasa penasarannya semakin besar. Perlahan, dia membuka bungkusan ini. Jemarinya spontan menutup mulutnya sendiri. Isinya kimono yang sangat mahal. Dengan motif bunga sakura yang sangat indah. Hana tidak tahu dari mana Yazuhiro mendapatkannya, dan bagaimana caranya... namun sekarang Hana ingin tahu.
"Ini... Ini..."
"Aku menyuruh pelayanku untuk membelinya. Kau suka?"
Hana mengangguk spontan.
"Eh?" Lalu jemarinya menutup mulutnya sendiri.
"Syukurlah kalau kau suka! Aku sampai bingung memilihnya, jadi kubeli semuanya! Lihat itu!" Yazuhiro menunjuk tumpukan lain di sudut ruangan. Hana baru menyadari tumpukan itu, dan dia melongo.
"Beberapa di antaranya adalah pakaian untuk lelaki. Aku tahu kau juga lelaki. Itu semua untukmu."
Hana menelan ludah. "Saya tidak bisa menerimanya, Yazuhiro-san... Bagaimana bisa seorang pelayan seperti saya bisa menerima pemberian ini?"
Yazuhiro mengedikkan bahu.
"Aku sudah membelinya, dan kau harus menerimanya."
Hana sudah kehabisan akal untuk menolak. Dia tersenyum canggung. Yazuhiro peka dengan rasa tak nyaman Hana. Karena itulah, jemari lelaki itu menyentuh kedua bahu Hana lembut. Entah kenapa sejak kejadian kemarin, dia mulai bisa berperilaku selembut ini terhadap orang lain.
"Aku membelikanmu pakaian wanita bukan karena aku ingin melihatmu menjadi wanita. Tak peduli apa jenis kelaminmu, kau adalah pelayanku selama di sini. Namun melihat kau selalu memakai kimono itu dan terlihat sangat menyukainya, aku memutuskan untuk membeli kimono yang lain untukmu. Kuharap kau tidak tersinggung dengan maksudku."
Hana menggeleng spontan. Bagaimana bisa dia tersinggung? Lagi pula... dia hanya harus memakai pakaian indah ini untuk bertemu dengan Yazuhiro. Apa ini artinya dia begitu spesial?
Hana bersemu. Ah, dia harus ingat posisi! Dia adalah pelayan, dan dia juga lelaki! Sadar, Hana! Bangun dari mimpimu!
Hana mengucapkan terima kasih berulang kali setelah itu, dan memutuskan pamit mempersiapkan keperluan Yazuhiro pagi ini. Hana terlihat sangat bahagia sekarang. Ketika melihat Haruko, Hana menunduk hormat dan melangkah.
Haruko peka dengan rona yang Hana tampakkan pagi ini. Karena itulah wanita itu menghentikan Hana hanya untuk bertanya.
"Bagaimana malammu?"
Hana tergagap. Dia takut Haruko salah paham. Pertanyaan Haruko juga sangat menjebak.
"Baik, Okaa-san..."
"Apa kau akan mempersiapkan keperluan Yazuhiro-dono, Hana?"
Hana mengangguk. Haruko tersenyum dan mengangguk pelan, mempersiapkan Hana melakukan tugasnya. Untuk saat ini Haruko harus memberi salam pada Yazuhiro. Haruko melangkah ke ruangan Yazuhiro, hingga akhirnya langkah kakinya terhenti.
Yazuhiro sudah berdiri di depan kamarnya, dengan pakaian berantakan dan wajah santai. Tidak ada ekspresi marah seperti yang dia tunjukkan kemarin-kemarin.
"Yazuhiro-dono..."
"Mana Hana?"
Haruko mendongak spontan, namun menunduk lagi setelah itu.
"Dia... sedang mempersiapkan keperluan Tuan..."
"Kau bisa memanggilkan dia untukku?" Yazuhiro bertanya pelan. "Aku ingin dia di sini, jadi perintahkan pelayan lain untuk mempersiapkan kegiatan rutinku!"
Haruko mengangguk hormat, lalu pergi.
Ini kali pertama seseorang dengan sangat arogan mengabaikannya dan mengusirnya pergi! Haruko sudah pernah dihina, diabaikan, dan dihujat oleh para bangsawan lantaran posisinya sebagai seorang geisha tua yang tidak menarik lagi. Namun, keluarga Yazuhiro sangat menghormatinya. Waktu itu Yazuhiro pernah menghinanya, namun tak pernah sekali pun lelaki ini membuat Haruko sakit hati seperti ini.
Bagaimana bisa?
Yazuhiro lebih memilih Hana dibanding dirinya! Jelas, Hana sangat cantik, bahkan melebihi kecantikan para geisha di tempat ini. Sayangnya... itu bukan alasan Yazuhiro untuk mengabaikan kebaikan yang Haruko tawarkan.
Mendadak Haruko kesal bukan main dengan ucapan Yazuhiro.
Dia merasa terhina, karena posisinya sebagai pemilik digantikan oleh seorang pelayan rendahan, yang hanya memiliki status sebagai budak. Kalau saja Haruko tidak membelinya, Hana tidak mungkin bisa berada di tempat ini.
"Hana adalah pelayan Yazuhiro-dono selama berada di sini. Bukankah lebih baik bila dia mempersiapkan segalanya, Tuan?"
Yazuhiro menggeleng tegas. "Tidak."
Haruko pamit undur diri untuk memanggil Hana. Pikiran wanita itu berkecamuk. Apalagi ketika melihat Hana, yang begitu dicintai oleh banyak orang. Dia hanya seorang lelaki muda, yang tidak punya keluarga. Bahkan dulu statusnya hanyalah budak rendahan yang dijual pada pasar pelelangan.
"Hana, Yazuhiro-dono memanggilmu..."
Hana menelan ludah gugup. Dia mengangguk, lalu melangkah pergi. Meskipun Hana tidak mengatakannya, Haruko melihat wajah bersemu dan bahagia yang Hana tunjukkan. Selain itu... Haruko melihat banyak barang pemberian Yazuhiro untuk Hana.
Haruko iri mendadak.
Sejak dia muda, tak pernah ada seorang lelaki yang bisa memperlakukannya seperti ini. Rasa sayang Haruko yang awalnya tulus diberikan kepada Hana kini tidak murni lagi. Semua itu karena rasa iri Haruko yang terlampau besar, hingga mengakibatkan Haruko menjadi tidak rasional.
Hana menemui Yazuhiro kembali.
"Yazuhiro-san memanggil saya?"
Yazuhiro mengangguk pelan. Bibirnya tersenyum, dan tangannya melambai. Hana mendekat dan duduk manis di samping Yazuhiro. Yazuhiro menatapnya, dan entah kenapa lelaki itu tak pernah merasa bosan pada Hana. Ini kali pertama Yazuhiro begitu mempercayai seseorang.
"Untuk dua bulan ke depan, aku tak akan bisa datang kemari..." Yazuhiro berbisik. Ada nada sedih yang muncul dari suaranya. Hana terpaku.
"Iya, Yazuhiro-san."
"Aku ada urusan di ibukota, dan pekerjaanku sangat penting. Aku tidak bisa meninggalkannya pada orang lain."
Hana menunduk sedih. Mendengar ucapan Yazuhiro seperti ini, hatinya terasa sangat sakit dan tidak rela. Dia tidak ingin berpisah, bahkan meski hanya untuk dua bulan.
"Selama aku pergi, maukah kau berjanji padaku?"
Hana mengangguk.
"Pertama, jangan biarkan orang lain menyentuhmu! Tak boleh ada orang lain yang kaulayani selain aku!"
Hana mengangguk lagi.
"Kedua, aku akan segera kembali... jadi kau harus menungguku!"
Hana mengangguk untuk yang kesekian kalinya. Bibirnya tak kuasa menjawab karena dia sangat terluka dan merasa tak rela.
Yazuhiro mengulurkan tangannya, lalu memeluk Hana lembut. Hana terpaku, tanpa bisa membalas rengkuhan Yazuhiro.
"Aku menitipkan sesuatu yang luar biasa di tempat ini, dan aku berharap akan terus melihatnya ketika aku kembali nanti..."
Hana menangis.
"Yazuhiro-san..."
"Kau pasti sangat senang karena untuk dua bulan ke depan tak ada seorang pun yang bisa menyentuhmu..."
Hana menelan ludah gugup. Dia menggeleng kencang.
"Tidak, Yazuhiro-san. Saya akan setia menunggu Yazuhiro-san sampai kembali."
Yazuhiro tersenyum lembut.
"Kau berjanji padaku?"
Hana mengangguk. Hari itu, Yazuhiro pulang. Hana hanya bisa menangis, menatap kepergian Yazuhiro dengan tak rela. Kakinya melangkah, mengikuti kereta Yazuhiro, dan sedikit berlari. Hingga akhirnya dia terantuk dan terjatuh. Yazuhiro memerintahkan keretanya untuk berhenti.
Lelaki itu turun dari kereta, berlari panik ke arah Hana, dan menyentuh kedua bahu lelaki cantik itu.
"Kenapa kau mengejarku?"
Hana menangis saja.
"Lihat ini! Kau terluka!"
Meski Yazuhiro marah, namun Hana merasa senang dengan respon itu. Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya terpaku. Termasuk Haruko yang menatap mereka dengan wajah masam. Hatinya tidak baik-baik saja.
Rasa iri dan dengki perlahan menyelinap dalam hatinya. Selama dua bulan Yazuhiro tak akan kembali ke tempat ini, dan Haruko punya rencana jahat. Sebuah niatan buruk untuk menjadikan Hana sebagai pelayan bagi semua orang, bukan hanya untuk Yazuhiro.
"Yazuhiro-san benar-benar akan kembali?" Hana tergugu. Yazuhiro mengangguk mantap.
"Tentu saja! Aku akan kembali untukmu."
"Yazuhiro-san berjanji?"
Yazuhiro menangkup kedua pipi Hana, lalu menatap mata bulat cantik itu. Bagaimana bisa dia meninggalkan lelaki ini di sini? Kalau bisa, Yazuhiro ingin membawanya. Namun, sayangnya Yazuhiro tahu resiko apa yang akan terjadi bila mengajak Hana ke ibukota. Di sana Yazuhiro belum tentu bisa melindungi Hana karena urusan pekerjaan yang padat.
"Jangan menangis!"
Hana menggeleng, menghapus air matanya paksa. Yazuhiro sakit hati ketika melihat itu, namun dia tak bisa berbuat apa pun.
Jemarinya menggandeng jemari Hana lembut, lalu mengantarkan Hana kembali pada Haruko.
"Tolong jaga dia untukku!" katanya.
Haruko makin berang. Meski bibirnya tersenyum, namun hatinya diliputi rasa dengki. Haruko mengangguk pelan, lalu menarik Hana dari Yazuhiro. Yazuhiro kembali ke keretanya dan melambai pergi.
Setelah Yazuhiro pergi, Haruko menarik Hana masuk. Wanita itu menatap Hana bengis. Hana sadar dengan tatapan Haruko. Karena itulah dia terkejut ketika mendengar Haruko bicara kasar dan kejam di depannya.
"Apa yang sudah kaulakukan dengan Yazuhiro-dono?!"
Hana tidak paham, namun dia mengira Haruko mengira dia tidak sopan karena sudah menyentuh Yazuhiro.
"Maaf, Okaa-san... Saya terbawa suasana..."
"Aku tidak butuh maafmu, Hana! Kau tahu bahwa bangsawan Kazuki sangat penting untuk kita?"
Hana mengangguk.
"Paling tidak... perhatikan etikamu! Bagaimana bisa seorang pelayan rendahan mendekati bangsawan tinggi dan dengan mudah menyentuhnya?! Kau juga menerima banyak barang mahal darinya, bukan?"
Hana belum pernah mendengar Haruko menyebut dirinya demikian, meskipun memang kenyataannya begitu. Haruko belum pernah menghina posisi dan statusnya sebagai seorang pelayan. Mendengar kemarahan Haruko, Machiko muncul dan mencoba meredam emosi tuannya. Machiko peka dengan keadaan saat ini.
TBC
Aku belum cek typos... Mention me, yaaaakkk... :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top