{THREE}
Alona POV
"Pasti Luna sama Arka bakalan pikir aku udah gila. Masa percaya sama cerita fantasi begini, sih?" Aku mengacak-ngacak rambutku seperti orang frustasi--padahal tidak.
Tiba-tiba, ada ketukan dari luar pintu kamarku. Aku berseru, "Ya, siapa?"
"Saya, Non," sahut si pengetuk pintu.
Aku langsung merapikan rambutku, berjalan dan membuka pintu kamarku. Si pengetuk pintu yang amat kukenal itu sudah memakai peci di kepala dan sarung di pinggangnya. "Kenapa, Pak Jordan?"
"Enggak ada apa-apa, Non. Bapak hanya ingin ngingatin. Waktunya salat Zuhur," sahut Pak Jordan dengan suara yang berat dan lembutnya itu. Warna hijau langsung keluar dari mulutnya saat suaranya keluar.
"Oh, iya, Pak. Lona baru aja mau siap-siap wudhu," aku tersenyum meyakinkan--karena saat Pak Jordan mengetuk pintu, aku baru saja memerhatikan jam di ponselku saat akan membaca kalimat "ajaib" itu.
"Ya sudah, saya pergi ke Masjid dulu, Non. Assalamualaikum," sahut Pak Jordan. Aku mencium tangannya, dan membalas salamnya. "Wa'alaikumsalam, Pak."
"Pak Jordan belum wudhu, kan?"
Pak Jordan tertawa, kemudian mengangguk. "Iya, Non."
***
Setelah salat Zuhur, aku langsung mencari sesuatu yang bentuknya seperti terowongan--sesuatu yang bisa dimasuki--di sekitar kamar. Di luar, burung-burung berkicau-kicau dengan lembut, seolah-olah bernyanyi riang. Warna kuning memenuhi sekitarku. Membuatku merasa tenang dan damai.
"Dapat!"
Aku mengangkat mainan terowongan kecilku dari dalam keranjang mainan. Dulu, Mama dan Papa membelikannya untukku, agar aku bisa belajar merangkak. Aku menghela napas pelan. Kenangan yang indah...
Aku menoleh ke arah meja lampu disamping tempat tidurku, menatap foto Mama di dalam bingkai coklat berukir bunga lavender. Aku berjalan, kemudian mengambil bingkai itu. Kuelus kaca bingkai itu, mengingat Mama. "Seandainya aku masih bisa bertemu dengan Mama..."
Tiba-tiba, terdengar suara guntur dari luar jendela.
"Pasti mau hujan, nih,"
Blaar! Petir yang bercahaya mengagetkanku saat sedang melihat langit. Seketika, hujan deras langsung mengguyuri kota. Warnanya indah sekali, ungu dan biru lembut bercampur. Burung pipit peliharaanku--Pippy--segera terbang masuk ke dalam kamarku yang kering dan hangat, dan mendarat di bahuku.
"Lho, kenapa tiba-tiba mau hujan? Tadi kan cerah."
Inilah alasanku menyukai hujan--karena aku bisa melihat warna yang indah. Dulu, aku, Mama dan Papa suka sekali duduk di teras rumah lantai dua untuk melihat hujan. Kata Mama dulu, dia juga suka hujan.
Segera, aku mengunci jendela balkonku. Angin di luar semakin kencang, tapi warnanya cukup cantik. Biru tua yang lembut.
Satu air mata menetes dari mataku, mengingat kenangan indah bersama Mama dulu.
"Baiklah," aku mengambil buku dongeng bersampul merah itu dari atas kasurku. "Ayo kita buktikan kebenaran dongeng ini!"
***
Aku sudah menyiapkan isi tasku. "Ponsel, tablet, buku catatan, pulpen, dan kamera,"
Warna pink lembut mengelilingiku. Biasanya warna pink ini muncul kalau aku sedang merasa senang atau gembira. Pippy langsung mendarat dan bertengger di bahuku, berkicau pelan. Seolah berkata, "Apa yang kau lakukan, Alona?"
"Tapi...," aku langsung tersentak. "bagaimana kalau sampai aku gagal? Bagaimana jika ini memang hanyalah cerita dongeng biasa yang tidak nyata?"
Warna pink di sekitarku seketika berubah menjadi warna abu-abu kelabu. Aku tidak yakin dengan apa yang aku lakukan ini.
"Well, it's worth to try," sahutku, berusaha meyakinkan diriku. Aku merapikan sedikit terowongan itu. Untungnya, terowongan itu empat kali lipat lebih besar dari tubuhku dulu waktu kecil, jadi, tubuhku yang sudah besar sekarang masih "kecil" untuk masuk ke dalam.
Baiklah, aku akan memulainya. Aku berdiri, kemudian mengembuskan napas panjang. "Ini dia!"
Aku langsung berlari ke dalam dan berseru, "Gate to Anabric!"
Seketika, aku langsung terjatuh di dalam terowongan itu. Aku hampir saja jatuh tengkurap, tetapi aku langsung berdiri dengan kecepatan tinggi. Untungnya terowongan ini cukup besar. Pippy hanya berkicau sambil terbang di sampingku.
"Oke, satu kali lagi! Pasti berhasil!"
Aku keluar lagi dari terowongan itu, kembali ke tempat di mana aku memasukinya.
Aku memiliki tekad yang bulat sekarang. Aku berlari ke dalam, dan berteriak, "GATE TO ANABRIC!"
Pyassh! Sebuah sinar biru muncul di sekitarku. Tanpa harus membuka mataku, warna biru itu jelas terlihat. Aku perlahan membuka mata, dan aku langsung melotot melihat semacam portal biru yang perlahan menyedot tubuhku. Tubuhku yang sedang berlari tidak dapat mengurangi kecepatannya. Perlahan, aku masuk ke portal itu.
"Pippy!" Aku langsung menyambar Pippy yang mulai tersedot dan memeluknya dengan lenganku.
"KYAAA!!"
***
Someone POV
"Alona telah membuka portalnya!" aku berseru setelah melihat alarm portal berbunyi.
"Sepertinya ramalan itu akan dimulai."
***
Apa yang akan terjadi dengan Alona yang tersedot di dalam portal?? Dan siapa yang berbicara di akhir cerita?
***
Sorry yah agak pendek part {THREE} ini. Tapi, aku usahain part selanjutnya dan seterusnya lebih panjang dari ini :)
•
See you in {FOUR}!
-A
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top