{SIX}
Author POV
"KYAAA!!"
Bugh!
Akhirnya, Alona kembali ke kamarnya. Ia langsung berbalik melihat portal biru itu perlahan mengecil, kemudian menghilang. Setelah itu, Alona langsung mengambil ponselnya di tas, dan melihat jam di layarnya.
"Jam setengah empat," sahutnya. Dia keluar dari portal itu di tempat yang sama--tempat ia memasukinya. Mainan terowongan miliknya waktu kecil.
"Nona Alona," Tiba-tiba, ada suara dari balik pintu. Suara perempuan. Sebelum Alona membuka pintu saja, warna suara si pengetuk pintu sudah jelas terlihat. Hijau muda, mirip dengan suara Pak Jordan.
"Iya, Alona di dalam, kok!"
Alona langsung buru-buru membereskan terowongan itu, memperbaiki rambutnya yang agak berantakan, kemudian membukakan pintu.
"Bibi... Siapa ya? Alona tidak kenal,"
"Bukan bibi, tapi Mbak. Saya masih dua puluhan, lho." sahut perempuan berambut pirang dengan baju formalnya. Dia terlihat memegang sebuah papan dengan kertas. Mirip sekretaris...
"Mbak siapa kalau Lona boleh tahu, ya?" tanyaku sopan. Jangan coba-coba tipu aku, Mbak! Meski aku anak SMP, aku punya IQ 149! Batin Alona.
"Nama saya Rachel Riana. Biasanya saya dipanggil Rara, Nona Alona." jawab gadis yang bernama Rachel Riana itu.
Alona ber-oh sebentar, kemudian mengangkat tangannya ke atas, bersiap menjabat tangan Rara.
"Alona Jaya Dirgantara. Senang berkenalan dengan anda, Mbak Rara," sahut Alona, tersenyum hangat.
Rara menjabat tangan Alona. "Senang berkenalan dengan anda juga, Nona Alona."
***
Alona POV
Setelah aku beberapa menit berbicara dengan Mbak Rara di ruang makan--sambil aku makan siang (yang terlambat), aku jadi tahu dengan cepat bagaimana sifatnya.
Saat di ruang makan.
"Nona suka sekali makan Ramyeon, ya?" tanya Mbak Rara.
Makan siangku adalah Ramyeon sekarang. Aku hanya ingin makan Ramyeon saja kalau lagi capek atau pusing; Dan sekarang aku lagi pusing karena memikirkan Anabric.
"Nona Alona? Apa anda mendengar saya?" Tanyanya lagi. Aku langsung tersentak, dan memotong mie Ramyeon panjang dengan sumpit.
"Ah, maaf, Mbak. Aku sedang memikirkan sesuatu," jawabku dengan sopan, meminta maaf.
"Oh, tidak apa-apa, kok, Non. Saya mengerti. Apa anda sedang menghawatirkan UN?"
Aku yang baru saja memasukkan kuah Ramyeon ke mulutku hampir saja menyemprotkannya keluar dari mulutku keluar. Argh! Aku lupa kalau UN Minggu depan! Aku belum merangkum pelajaran dari buku di perpustakaan tadi, lagi! Duh, harus begadang lagi! Batinku.
Mbak Rara yang sepertinya cukup "peka" dengan keadaan sekitar, sudah melihat kalau auraku mulai suram karena bingung dan takut. Jadinya, dia sempat kaget dan kemudian menoleh. "Maaf, Non."
***
Setelah selesai makan siang, aku mengecek akun Instagramku, melihat fotoku yang baru aku upload tadi siang.
"Astaga! Kenapa aku bisa dapat 3.000 like? Kan pengikutku gak sampai dua 2000!" sahutku girang. Ini rekor bagiku! Biasanya kirimanku hanya memiliki like paling banyak 500! Tapi sekarang, malah lebih dari yang aku harapkan.
"Non," sahut seseorang dari balik pintu.
"Ya, Pak Jordan?" jawabku agak keras, masih menulis rangkuman untuk UN di meja belajarku. Sudah hampir selesai.
"Ini sudah jam sepuluh lewat, Non. Besok hari Senin. Nona harus berangkat cepat besok, nanti macet. Tidur sekarang ya, Non?"
"Iya, aku udah mau selesai merangkum kok, Pak Jordan," jawabku. Untung tadi aku sudah salat Isya, jadi gak perlu ke kamar mandi!
***
Keesokan harinya.
"Pak Jordan, Papa sudah berangkat duluan?" tanyaku pada Pak Jordan yang duduk di kursi depan. Dia mengangguk tanpa menoleh.
"Iya, Non. Tuan sudah berangkat dari jam setengah enam. Katanya, ada rapat penting di kantor pusat," jawabnya hangat. Warna suaranya putih; Pak Jordan berkata jujur. Aku hanya bisa menghela napas pelan di kursi belakang.
Beberapa menit kemudian, aku sampai di gerbang sekolah. Aku turun dari mobil, dan langsung mengucapkan salam pada Pak Jordan dan Pak Roy, supir pribadiku. Mereka membalas salamnya, kemudian mobil itu kembali melaju di jalan.
***
"Lona!" seseorang berteriak dari belakang. Itu Arka. Seperti biasa, warna suara kuning cerah dan biru mengelilingi anak itu. Terkadang, aku iri padanya. Dia bisa seceria itu setiap hari.
"Hei, Ka. Kamu baik?" tanyaku. Dia mengangguk.
"Luna nya mana? Kamu nggak ketemu sama dia di depan gerbang?" tanyaku lagi. Dia menggeleng.
"Tidak, kayaknya dia udah datang dari tadi, Lona. Soalnya dia bilang di grup kalau dia datangnya lebih awal hari ini tadi malam," jawab Arka.
Aku ber-oh sebentar, kemudian aku langsung bertanya secara singkat padanya. "Kau percaya tentang Anabric kemarin kan, Arka?"
"Iya, Lona, aku percaya," jawab Arka dengan tulus. Warna putih lagi, sepertinya dia berkata jujur...
***
"Sudah selesai, anak-anak?" sahut Miss Nana--guru (killer) fotografer kami. Sekarang, tugas kami adalah menyetor foto pemandangan yang menurut kami "paling indah" di dunia. Aku, Luna, dan Arka masih sibuk mencari foto di ponsel masing-masing. Sejauh ini, belum ada foto yang kami dapat sebagai yang "paling indah".
"Lima menit lagi, anak-anak! No picture, no score!" sahut Miss Nana memperingatkan. Aku semakin pusing. Duh, foto apa nih? Nggak ada yang cukup menarik!
Tiba-tiba, seperti ada bohlam yang menyala di atas kepalaku. Kenapa aku tidak memikirkannya dari tadi?
Luna dan Arka menoleh kepadaku. "APA??!" sahut nereka berdua. Aku segera mengambil foto padang bungaku dari Anabric. Aku sudah mencucinya dan membuat dua. Luna dan Arka langsung menyeringai lebar.
"Kau yang terbaik, Alona!" sahut Luna dan Arka, merangkul bahuku. Aku tertawa lebar, membuat Miss Nana menoleh. "Kenapa kalian tertawa? Apa kalian sudah punya foto?"
"Iya, Miss! Ini," aku menyodorkan foto itu ke Miss Nana. Dia langsung menerimanya dan tersenyum lebar.
"Siapa yang memotret foto ini? Dan di mana?" tanya Miss Nana, tersenyum tipis.
Aku mengacungkan tangan. "Kalau tempatnya, rahasia ya, Miss! Hehe,"
sahutku, tertawa kecil.
"Baiklah. Kalian bisa pulang sekarang," sahut Miss Nana. "Yang lainnya, waktu hanya tiga menit sebelum bel!"
***
Apa yang akan terjadi setelah Alona, Luna, dan Arka pulang sekolah? Akankah Alona membawa kedua sahabatnya ke Anabric dan menepati janjinya pada Rai? Tunggu di part selanjutnya!
•
See you on {SEVEN}!
-A
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top