{FIFTEEN}
Someone POV
"Assalamualaikum!"
"Wa'alaikumsalam!" sahut pria tua separuh baya berbaju putih yang sangat aku kenal; Pak Jordan.
"Eh, kamu sudah balik, nak? Sudah lama sekali sejak kamu datang ke rumah ini! Kira-kira, tiga setengah tahun yang lalu?" sahut Pak Jordan, tersenyum hangat.
"Iya, Pak Jordan. Saya balik ke sini. Mumpung lagi libur setelah lulus UN SMA," aku berkata pelan, berusaha mengingat kenyamanan tiga setengah tahun terakhir di rumah ini.
Tiba-tiba, aku teringat sesuatu. "Pak, Alona ada di mana, ya? Udah pulang?"
"Oh, kata salah satu pelayan tadi, Nona Alona sudah pulang. Terakhir, Nona Alona terlihat bersama Luna dan Arka di teras lantai dua. Mereka mau nginap katanya," jawab Pak Jordan. Aku rasa, aku tahu di mana Alona. Batinku.
Setelah itu, aku ijin ke kamar Alona sama Pak Jordan. Aku menaiki anak-anak tangga, kemudian berjalan di koridor menuju kamar adik kesayanganku itu.
Kira-kira, Alona udah berubah apa nggak, ya?
Setelah sampai di depan pintu kamar Alona, aku mengetuk pintu. Tapi, tidak ada jawaban. Saat aku memegang gagang pintu, aku terdiam. "Untung nggak dikunci,"
Aku membuka pintu perlahan, kemudian langsung menekan tombol di dinding di samping kananku.
Seperti dugaan, lift rahasia muncul dari bawah kasur Alona. Aku masuk ke dalam, dan memakai salah satu snelly yang ada di dalam.
Dengan cepat, lift turun ke bawah, hingga suara berdesing pelan terdengar. Pintu lift perlahan terbuka.
Lho, kok nggak ada yang nyadar aku datang ya? Bahkan Alona? Batinku heran. Di depanku, ada tiga anak remaja yang dulunya hanya berpakaian kemeja putih berbaur dasi merah di kerah baju, dan rok serta celana merah sebagai pelengkap. Masa yang indah...
"Alona, kamu sudah pulang?"
***
Alona POV
"Ka-kakak?!" aku menelan ludah. Sejak kapan dia ada di sana? Kok aku nggak dengar suara apapun?
"Ka-kak Alan udah balik dari Jakarta? Kok nggak ngabarin?"
Kak Alan tertawa pelan, kemudian berjalan mendekati kami bertiga. "Yah, bisa dibilang, kakakmu ini mau kasih suprise ke adik kesayangannya ini?" jawabnya santai, kemudian menepuk kepalaku.
Kok rasanya kak Alan makin tinggi, ya? Bukannya terakhir pendek-pendek kayak vas bunga di depan kamarku?
"Ih, kak! Malu, ah! Jangan nepuk kepala Lona, dong. Lona bukan anak kecil, tahu!" sahutku kesal. Sejak dulu, aku selalu dianggap anak kecil sama kak Alan. Memang sih dulu masih kecil tiga setengah tahun yang lalu, tapi sekarang kan aku kelas 3 SMP!
"Luna, Arka? Kalian udah besar, ya? Wah, Arka! Kamu udah tinggi banget, lho! Udah dekat banget sama kakak!" Kak Alan menoleh, menatap Luna dan Arka secara bergilir.
Kak Alan kok kayak orangtua yang ketemu anaknya setelah sepuluh tahun sih? Terlalu tua di jiwanya, kali! Untung ganteng...
***
Kak Alan Putra Dirgantara; Kakak sepupuku yang sudah kuanggap kakak kandung sendiri. Kak Alan datang dari pihak Papa. Jadi, otomatis kak Alan itu keponakan Papa, karena kak Alan itu anaknya saudari Papa, yakni Tante Jila.
Aku dan kak Alan selisih umur 2 tahun. Tapi, kenapa kak Alan sudah lulus SMA? Karena ia mengambil kelas akselerasi. Entah mengapa, setiap kali aku dulu jalan sama kak Alan, pasti kami dikira pasangan kakak dan adik. Bahkan, ada yang bilang kami kayak kembar karena mata dan rambut kami memang memiliki warna yang sama. Ditambah lagi, perbedaan tinggi kami tidak terlalu jauh.
Pernah sekali, saat aku sedang diajak sama kak Alan ke arcade di pusat perbelanjaan kota beberapa tahun yang lalu. Saat itu, aku masih kelas 5 SD. Saat aku sedang bermain, ada salah seorang pengunjung yang mengira kalau aku diculik sama kak Alan!
Ya, kalian tidak salah dengar. Saat itu, kak Alan sudah terlihat dewasa banget untuk anak SMP kelas 2. Dan pada saat itu, kak Alan udah tinggi banget. Maklum kan kalau pengunjung itu salah paham?
***
"Alona?"
Lamunanku akan masa lalu sirna. Aku mendongak, dan langsung melihat warna suara merah muda di sekelilingku.
Kak Alan menatapku agak cemas, seperti cemas kalau ada luka di tubuh adiknya. Perasaan tulus seorang kakak kepada adiknya.
Tunggu... Kok merah muda?!
Aku langsung menyadari kalau telapak tangan kak Alan ada di dahiku. Aku tersenyum, kemudian perlahan menurunkan tangannya.
"Aku baik-baik saja, kak," jawabku, sambil melirik Luna dan Arka yang sejak tadi menatapku dan kak Alan sambil memegang kotak earpods.
"Apa lihat-lihat?" tanyaku ketus. Luna dan Arka tertawa kecil, persis seperti tawa mereka tadi; Jahil.
Kak Alan tersenyum, kemudian menoleh ke arah meja penuh tombol tadi.
"Jadi, apa yang kau lakukan selama tiga setengah tahun terakhir, Alona?" tanyanya singkat. Warna jingga yang lembut. Batinku.
"Yah, aku baru belajar membuat alat-alat komunikasi sederhana, seperti earpods," jawabku, berjalan menuju Luna dan Arka.
Aku tersenyum kepada mereka, kemudian menarik lengan mereka lagi. Aku berbisik, "Ganti baju kalian."
Mereka membalas, "Baju apa? Kami kan tidak punya baju ganti."
"Pakai saja pakaian khusus lab, oke?" Aku menarik mereka ke semacam kapsul. Itu adalah walk-in closet yang tidak akan pernah membuatmu mengeluarkan uang. Aku jamin!
"Luna, kamu duluan. Pilih saja pakaian yang kau mau, karena semua pakaiannya sama." sahutku, menjelaskan dengan cepat.
Luna dan Arka mengangguk.
Luna masuk ke dalam kapsul itu. Lima menit kemudian, ia keluar dengan menggunakan atasan putih diselingi rok selutut. Diikuti dengan sendal putih seperti di hotel-hotel dengan logo perusahaan keluargaku.
"Nyaman?" tanya Arka spontan. Luna mengangguk, tersenyum melihat penampilannya di cermin yang ada di bagian luar kapsul.
Setelah itu, Arka masuk ke dalam. Seperti Luna, dia keluar dari kapsul dengan baju serba putih, tetapi dengan celana panjang. Ya iyalah! Masa Arka mau pakai rok? Kecuali kalau dia cari sensasi. Batinku, sembari tertawa dalam hati.
"Aku akan ajari kalian beberapa trik agar bisa menggunakan earpods itu,"
Kami bertiga menoleh. Tunggu, bukankah itu seharusnya kalimatku? Kok malah kak Alan?
"Bukannya itu seharusnya kalimatmu, Alona?" bisik Luna di sampingku.
Aku mengangkat bahu. "Tidak tahu, deh, Luna. Kak Alan kayaknya tahu teknologi earpods milikku. Biarkan saja, kita akan melihat hasilnya."
***
Mau hiatus sementara, saya mau mudik😂. Dan internet di kampung saya nggak memadai. Jadi, update tanggal 23 Juni 2018. Turn on notification, ya!
+Happy Eid Mubarak 2018 to everyone who celebrate! May Allah SWT. receive our prayers and our fasting during Ramadan this year. Aamiin✨
•
See you on {SIXTEEN}!
-A
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top