Chapter 8- Bantuan Mintaka
Chapter 8
Bantuan Mintaka
Luna benar-benar merasa pusing memikirkan semua hal tentang Acrux. Ia tak tahu harus melakukan apa sekarang.
"Lu-Luna.," seru Mintaka dengan lirih. "Di- Dia." tunjuk Mintaka pada Acrux
Luna menarik tangan Mintaka. Ia pikir tak ada cara lain selain menceritakan semuanya.
Mulai dari bagaimana batu meteor yang terjatuh di pemukiman mereka adalah Acrux dan bagaimana Acrux memperkenalkan dirinya dan meminta bantuan untuk melindunginya di Bumi.
Luna menjelaskan semuanya. Semua hal yang menjadi duduk persoalan. Hingga kedatangan Pamannya yang menyebabkan Acrux harus di ungsikan ke rumah Sadr.
Serta masalah baru yang di sampaikan Lydia beberapa saat yang lalu.
"Aku punya ide," seru Mintaka setelah mendengar semua cerita Luna
"Bawa saja dia ke tempat penitipan anak."
"Mintaka!" ngerutu Sadr dan Luna
"Hahah ... oke. Aku hanya bercanda."
"Susah sekali hidup di bumi," keluh Acrux. Luna dan Sadr menatapnya dengan kesal.
"Siapa suruh datang ke bumi!" sindir Sadr dengan ekor mata menyalak.
"Oke." Mintaka mencoba mengambil ahli
"Tinggalkan ia sebentar di sini. Bel sudah berbunyi sejak tadi."
Luna dan Sadr benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja di ungkapkan Mintaka. Tanpa ba-bi-bu lagi. Ketiganya segera berlari menuju kelas.
Tapi sebelum itu, Luna meminta Acrux untuk tetap bersembunyi di belakang sekolah.
🍁🍁🍁
Acrux merasa sangat bosan jika hanya berdiam diri di belakang gedung sekolah yang sepi. Ia ingin mengelilingi bumi sebentar. Lalu kembali pulang.
Acrux juga ingin menggunakan kekuatannya tapi ia ragu melakukannya.
Acrux takut jika hal itu akan menarik perhatian massa atau mungkin perhatian dunia dan lebih buruknya menarik perhatian seisi galaxy.
Jadi, Acrux hanya berjongkok menatap ilalang yang sedang bergoyang tertiup angin.
🛰🛰🛰
Sebaiknya Acrux di bawa ke kelas
Luna yang sedari tadi asyik menyimak pelajaran mengangkat wajahnya.
Dibaliknya buku tulis tepat di halaman belakang.
Menyusupkan ke sekolah? Apa bisa?
Tulis luna dengan tinta tebal. Agar mudah di baca Lydia.
Memasulkan identitas, misalnya?
Gila.
Tulis Luna
Gak kebayang kalau kamu jadi robot beneran.
Sambung Luna kembali. Luna kembali menuliskan pesan singkat untuk di baca Lydia.
Apa yang di lakukan Paman Max sekarang?
Menyingkirkan televisi hangus tersebut.
Luna membalikkan buku tulisnya ke halaman semula. Luna punya alasan untuk menjelaskan insiden tersebut. Bilang saja tiba-tiba hangus saat meteor itu terjatuh. Paman Max pasti mempercayainya.
Kakinya masih kesakitan akibat di pukul dengan penggaris kayu karena terlambat masuk ke kelas.
Ketika bel istirahat berbunyi. Luna, Mintaka dan Sadr buru-buru pergi ke halaman belakang. Tapi sesampainya di sana. Jejak keberadaan Acrux telah tergantikan oleh ilalang yang bergoyang.
"Kemana dia?" tanya Sadr pada kedua sahabatnya.
"Jangan bilang dia hilang," ujar Mintaka.
"Mungkin ia pergi mengelilingi sekolah," timpal Luna tak yakin.
"Apapun itu, kita harus menemukannya. Kita semua tahu apa yang terjadi jika dia marah."
Mereka bertiga berpencar. Acrux pasti ada di sekitar sekolah. Kehadirannya yang aneh pasti akan menarik perhatian semua orang.
"Lydia," seru Luna di tepi bangunan sekolah.
"Lacak Acrux," titahnya
Dimengerti
Lydia melakukan monitoring pada satelit luar angkasa yang bertuliskan Moon Industri.
Satelit sedikit bergerak ke arah benua asia. Lebih tepatnya kepulauan indonesia. Zoom kamera semakin nampak, masuk dalam atmosfer bumi. Mengambil foto perumahan penduduk. Lalu berganti arah ke bangunan sekolah.
Kamera semakin di pertajam hingga dengan jelas Luna bisa melihat dirinya sendiri yang di sorot oleh kamera satelit.
Kamera satelit lalu menukik. Melakukan loading untuk mencari keberadaan Acrux hingga akhirnya Acrux di temukan berada di kantin bersama Sadr dan Mintaka yang menatapnya dengan melongo.
"Gatcha."
Luna segera berlari menghampiri. Sadr dan Mintaka berusaha keras mengahalau kamera ponsel yang terus menerus menjepret wajah Acrux.
Acrux tak mempedulikannya. Ia duduk manis sembari menikmati semangkuk bakso hasil pemberian seorang gadis tak di kenal.
"PERGI!!!" teriak Luna dengan keras.
Semua siswa seketika melihat ke arahnya. Mereka memandang Luna dengan wajah keheranan.
"Acrux," panggil Luna. Acrux mendongakkan kepalanya.
"Pulang!" panggil Luna dengan berkacak pinggang.
Acrux tak menyahut. Ia melihat Luna sebentar, lalu kembali menikmati suapan terakhirnya.
"Terima kasih," seru Acrux pada seorang gadis yang duduk di depannya.
"Kamu baik," ucap Acrux kembali. Gadis itu langsung tersenyum seketika. Rona merah mudah nampak berpendar dipipinya.
"Kau menggodanya?!" seru Luna tajam. "Aku tak tahu makhluk luar angkasa bisa melakukan hal ini." sindir Luna dengan masam.
Sadr langsung menyiku lengan Luna dengan mata melotot.
"Oh."
Luna menatap gadis yang telah mentraktir Acrux. Tatapan Luna seperti singa lapar yang ingin segera menerkam mangsanya. Gadis itu yang Luna sadari adalah adik kelasnya. Langsung melenggang pergi secepat mungkin.
Bisik- bisik di antara mereka mulai terdengar. Semua orang mulai bertanya-tanya. Di mana kelas Acrux berada.
Khawatir akan segala hal yang dapat terjadi. Membuat Luna menarik paksa tangan Acrux keluar dari kantin. Sadr dan Mintaka mengikuti mereka dari belakang.
Luna terus membawa Acrux pergi dari keberadaan mata-mata penasaran. Hingga akhirnya mereka kembali di tempat awal. Gedung belakang sekolah.
"Aku menyuruhmu untuk menunggu di sini!!" geram Luna. "Kau tahu? Kau itu menarik perhatian!!"
Acrux hanya menanggapi omelan Luna dengan wajah datar.
"Kau ingin aku menunggu seharian disini?"
Luna mengganguk membenarkan.
" eorang diri?" lanjut Acrux.
Luna kembali mengganguk
"Itu membosankan!" protes Acrux.
Sadr ingin mengatakan sesuatu. Namun sepertinya Luna juga masih ingin mengutarakan amarahnya. Jadi ia membiarkan Luna untuk lanjut berbicara pada Acrux.
"Acrux. Jika kau ingin meminta perlindungan padaku. Kau harus menuruti apa perkataanku."
Luna menjelaskan semuanya dalam sekali tarikan napas.
"Ayo berjanji!"
Luna memberikan jari kelingkingnya pada Acrux. Acrux yang tidak mengerti dengan kebudayaan makhluk bumi. Hanya menatap kebingungan pada jari kelingking Luna.
"Apa ini?"
" Ikatan janji," jelas Luna, "manusia melakukan perjanjian dengan melakukan ini. Jika kau melanggar kau akan celaka."
Luna bermaksud mengelabui Acrux. Dan ia harap rencananya berhasil. Sadr membantu mengambil tangan Acrux. Entah mengapa tubuhnya refleks melakukan hal tersebut.
Sadr melipat ke empat jari Acrux hingga hanya menyisahkan jari kelingkingnya saja. Lalu mengarahkan jari Acrux untuk bertaut dengan jari kelingking Luna.
"Kau sudah berjanji, Acrux."
Acrux terlihat tidak terima dengan hal ini. Namun apadaya, ia di bumi hanya menumpang dan ia sudah terlanjur meminta tolong pada Luna untuk membantu.
Akhirnya hanya helaan napas yang di lakukan oleh Acrux.
"Jadi sekarang gimana?" Mintaka buka suara.
"Rendy??"
Keempat anak berseragam sekolah putih abu-abu kompak berbalik ke sumber suara. Ibu Citra selaku wali kelas mereka secara mengejutkan hadir di belakang sekolah tanpa di undang.
"Kenapa kau di sini, Rendy? Ibu dari tadi mencarimu."
Baik Sadr, Mintaka dan Luna saling pandang satu sama lain. Sudah jelas dan tidak mungkin kalau yang di panggil Rendy itu bukan Sadr.
Lalu ketiganya kompak melirik ke arah Acrux.
"Dia Rendy kan?" seru Bu Citra pada Acrux. "Anak pindahan di kelas kita."
___///_____//_____///____
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top