Chapter 7- Acrux Pergi Ke Sekolah

Chapter 7
Acrux Pergi Ke Sekolah

"Apa kau bilang?! Sebulan?" seru Sadr dengan terkejut. Luna mengganguk

"Aku juga terkejut dengan ini."

Luna dan Sadr melangkah bersama menuju kelas 2 IPA. Sadr menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik menatap Luna dengan dalam.

"Kau tak akan bayangkan apa yang terjadi di rumah dalam 24 jam terakhir ini," keluh Sadr

"Apa Acrux berbuat sesuatu?" tanya Luna curiga.

"Secara teknis Ya. Tapi itu bukan masalahnya." Sadr membuang matanya jauh ke arah lapangan sekolah.

"Mama dan Kak Sarah menyukainya."

"Itu bagus," ungkap Luna dengan lega.

Sadr menggeleng.  "Bukan seperti itu."

"Lalu apa?"

"Semalam alien itu bersikap seperti pria dalam drama korea. Kau tahu? Ia memanggil mama dan Kak Sarah dengan panggilan Kakak."

Sadr mengangkat satu jari telunjuknya.

"Kedua." Sadr mengangkat jari tengahnya. "Mama dan Kak Sarah tidak henti-hentinya mencari perhatian."

"Yang ketiga?" tanya Luna

Sadr mengangkat jari manisnya.

"Acrux terlihat menikmati semua itu!" seru Sadr dengan kesal. "Aku rasa ia bukan Alien. Ia itu pria sombong yang menyebalkan. Aku harus tidur di bawah kasur demi dirinya. Ia memanfaatkanku sebagai pelayan pribadinya."

Sadr teringat peristiwa tadi pagi.

"Kak Yati," panggil Acrux dengan lembut. "Apa saya bisa meminta segelas coklat hangat? Saya tidak bisa meminum kopi," seru Acrux seraya menjauhkan segelas kopi yang di sungguhkan padanya.

"Tentu saja, Nak," seru Bibi Yati dengan ceria. Ia melenggak ke dapur dengan langkah yang sangat anggun.

"Dan Kak Sarah?" panggilnya pada Kakak perempuan Sadr

"Bisa katakan pada Sadr. Saya ingin meminum coklat hangat itu sambil menonton televisi."

"Tentu saja," sahut Sarah dengan tersenyum

Luna tak tahu harus mengatakan apa.

"Dan berita buruknya. " Sadr menarik napas dalam-dalam. "Acrux ada di halaman sekolah."

"Apa?!" Luna melotot pada Sadr. "Kau membawanya ke sekolah?!!"

"Aku bilang sama Mama dan Kak Sarah, Acrux itu temanku. Jadi dia harus pergi ke sekolah bersamaku kan? Mama dan Kak Sarah pasti curiga jika Acrux tidak berangkat ke sekolah. Dan juga, tak ku bayangkan apa yang terjadi jika aku meninggalkannya di rumah."

"Lalu di mana dia sekarang?"

"Di belakang kita."

Luna berbalik, pupil matanya melebar melihat Acrux dalam balutan seragam SMA Bumi Pertiwi.

Kemeja putih itu membungkus tubuh Acrux dengan sangat ketat. Rambut silvernya ia biarkan tergerai tanpa di ikat.

"Selamat pagi," sapa Acrux

"Apa kau bilang?"

"Selamat pagi, Luna."

Luna mengedarkan matanya ke sekitarnya. Seluruh siswa-siswi sedang menatap Acrux dengan tatapan kagum. Siapa yang menyangka hari ini ada cogan asing pergi ke sekolah.

"Kau tidak harusnya ke sekolah!" marah Luna

"Manusia bumi itu mengajakku pergi," tunjuk Acrux pada Sadr.

"Kau bisa ketahuan." Luna mengingatkan.

Acrux menatap Sadr. Sadr hanya menghedikkan bahunya.

"Luna Lesnata."

Luna memutar tubuhnya dengan kaku. Ibu Dewi guru paling killer di sekolahnya sedang berdiri menatapnya tajam.

"Apa tidak ada yang memberitahukan padamu, Nak?" tegur Bu Dewi dengan sinis. Ia menatap Acrux.

"Siswa dilarang mewarnai rambut dan memakai kontak lensa di sekolah," ucapnya pada Acrux

"Emm... Bu Dewi. Dia ... aku.. Sadr ... emm itu—"

"Ini rambut asli saya dan warna mataku memang seperti ini, Kak."

Sadr dan Luna melotot tajam ke arah Acrux.

"Kak?" batin keduanya.

"Alien ini gila!!" gumam Sadr, "bu Dewi ... dia." Sadr bermaksud menjelaskan tapi Acrux sudah lebih dulu maju menghampiri Bu Dewi.

Ia membungkuk sedikit. Lalu meraih tangan Bu Dewi dengan sangat perlahan dan mengecupnya pelan.

"Maafkan saya."

Rona merah muda menghiasi wajah Bu Dewi. Ia tak menyangka akan mendapatkan perlakuan istimewa di pagi hari seperti ini. Dan lagi, Bu Dewi seolah merasa dijadikan Tuan Putri oleh Acrux.

"Lakukan sesuatu, Luna," tegur Sadr sembari menyenggol siku Luna.

"Acrux?"

Luna mencoba meraih lengan Acrux.

"Ayo pergi," bisik Luna

Acrux tak mempedulikan sikap Luna. Ia menggunakan senyum mempesonanya untuk membuat Bu Dewi terpesona olehnya.

"Oh ... itu," seru Bu Dewi dengan gugup.

Luna menarik cepat Acrux untuk pergi. Cukup, itulah yang Luna pikirkan. Ia membawa Acrux jauh ke halaman belakang sekolah. Setidaknya menghindari seluruh penghuni sekolah yang kini menjadikan Acrux pusat tata surya mereka.

Sadr mengikuti keduanya dari belakang.

"Dia tak bisa berada di sekolah," ujar Luna pada Sadr

"Jadi? Kemana kita harus membawanya pergi?"

Luna juga bingung tentang itu. Kemana ia harus membawa Acrux. Menyamar jadi siswa adalah ide yang gila.

"Kau tidak berpikir untuk mengurungnyakan?" tebak Sadr dengan curiga.

"Jika itu pilihan yang tepat. Aku—"

"L- Luna??"

Sadr, Acrux serta Luna menoleh dengan serempak ke arah sumber suara.

"Mintaka?" seru Luna dengan terkejut. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Pertanyaan yang sama untuk kalian berdua," balas  Mintaka dengan menatap Acrux dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Siapa dia?" tunjuknya pada Acrux.

"Alien," sahut Sadr datar.

"Alien yang tampan," gumam Mintaka. "Kenalin aku Mintaka Amach, sahabat Luna dan Sadr."
Diulurkan telapak tangannya pada Acrux.

Acrux hanya melihatnya saja.

"Anak-anak membicarakan dia," tunjuk Mintaka pada Acrux.  "Anak baru?" tanyanya pada Sadr dan Luna.

"Sudah kubilang dia Alien!" tegas Sadr

"Sadr! Cukup!" tegur Luna, "dia memang Alien. Maksudku dia Acrux A dari planet Argian."

Mintaka menatap Sadr dan Luna silih berganti.

"Dia penyebab hujan meteor kemarin," sambung Luna dengan lirih.

"Bhuahahahah." Mintaka memegang perutnya.  "Cerita yang bagus. Apa ini tugas karangan bahasa indonesia?"

Tanpa di duga Luna, Acrux kembali mengepalkan tangannya. Dan cahaya kebiruan kembali berpendar di kepalan tangannya.

"ACRUX!!!" teriak Luna dan Sadr bersamaan.

"Apa? Aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku memang berasal dari Argian."

Mintaka hanya tertengun. Ia tak tahu harus berekspresi seperti apa.

BwuSHhh

Sinar biru itu kembali keluar dari kepalan tangan Acrux. Cahayanya membakar batang pohon mangga yang ada di belakang Mintaka.

"Apa yang kau lakukan bodoh?!"

Baru saja Luna ingin memukul kepala Acrux. Pria itu dengan gesit mengunci pergerakan Luna. Dan menarik tubuh Luna sedikit mendekat padanya.

Luna yang terkejut. Menatap manik mata biru Acrux dengan dalam.

Untuk beberapa detik. Keduanya saling pandang dan memandang.

"Jangan coba-coba memukulku!" ungkap Acrux dengan dingin

Luna hanya mengerucutkan bibirnya. Acrux pun segera melepaskan rangkulannya.

"Peraturan penduduk bumi!!" seru Luna dengan tegas.  "Manusia luar angkasa di larang menggunakan kekuatannya di bumi!!"

"Ap-"

"Kau meminta perlindungan padaku!!" potong Luna.  "Jadi dengarkan perintahku!" sambung Luna dengan penuh penegasan.

Acrux hanya bisa memutar bola matanya dengan malas. Ia sangat merasa penduduk bumi itu sangat bodoh.

Mengapa mereka tak bisa percaya dengan kehidupan ruang angkasa. Acrux merasa, mereka semua terlalu naif. Jika beranggapan merekalah satu-satunya makhluk yang mendiami dunia ini.

Luna...

"Ya Lydia," sahut Luna dengan lirih

Paman Max mencurigai televisi rusak yang berada di ruang tamu.

"Ap- Apa?"

Kau Lupa menyingkirkannya.

"Shittt!"

____///____///___

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top