Chapter 34 - Tamu Tak Di Undang
Chapter 34
Tamu Tak Di Undang
Insiden setelah larinya Acrux dari planet mereka, membuat sistem pemerintahan sedikit kacau.
Arkan yang telah naik tahta sebagai Kaisar mutlak seluruh daratan. Dia tidak mempedulikan Acrux yang sudah pergi. Baginya, semua itu buang-buang waktu untuk mengejar sang adik.
"Arkan." Panggilan lembut Reana memalingkan wajah Arkan dari berkas dokumen di atas meja.
Wanita berparas putih dengan rambut seputih perak itu berjalan anggun dengan sebuah nampan di atas meja.
"Apa kau baik-baik saja? Semakin hari wajahmu terus berkerut."
Arkan hanya bisa tersenyum melihat perhatian Reana. Wanita yang sangat dicintainya. Maksud hati memanggil Reana duduk di pangkuan. Reana justru berjalan ke arah balkon dan memandang jauh ke arah hijaunya hutan di sekeliling istana.
Matahari di Argian bersinar terik. Durasi waktunya masih sama dengan bumi. Planet mereka memutari bintang mereka selama 1x24 jam.
Air wajah Reana berubah. Saat ia mendapati Arkan memeluknya dari belakang dan menaruh kepalanya di pundak kanan Reana.
"Seminggu lagi, acara lamaran resmi dilaksanakan. Aku harap, semuanya baik-baik saja. Kau akan menjadi Permaisuri planet ini dan untuk itu."
Reana menoleh, mengakibatkan bibir Arkan terkunci rapat oleh sentuhan bibir Reana.
"Dan kau semakin hari semakin terlihat stres. Ingat Arkan, jika kau ada masalah. Segera cerita padaku."
Arkan hanya tersenyum tipis. Lalu membalas mengecup bibir ranum Reana.
"Scorpion," lirih Acrux, "Organisasi itu, mereka ikut menghilang bersama Acrux. Aku tidak bisa mempercayai jika pemberontakan itu dipimpin oleh Acrux. Jika mereka ketahuan menjajah kehidupan di planet lain."
Reana kembali mengunci kalimat berikut keluar dari bibir Arkan.
"Adikmu itu--"
Arkan tidak ingin mendengar nama Acrux keluar dari bibir Reana. Untuk sesaat, mereka dimabukkan oleh kasmaran.
Reana yang semakin memperkuat lingkaran tangannya pada leher Arkan. Tersenyum penuh arti di lubuk hatinya paling dalam.
Jika saja Arkan tahu, sang adik yang dibuang ke bumi, juga menjalin kasih dengan Reana.
.
.
.
"Jadi?" tanya Luna pada Acrux dan Lucas. "Apa yang Paman Max katakan?"
Lucas yang sibuk berbenah tidak langsung menyahut. Luna menunggu tidak sabaran, sedangkan Acrux tampak santai menikmati waktunya.
"Membuatmu tetap merasa nyaman. Kurasa seperti itu," ungkap Lucas. "Lagipula, dia sedang menyiapkan kejutan untukmu."
"Ulang tahunku bukan bulan ini," sahut Luna datar.
"Benar." Lucas menambahkan. Dia lalu melirik ke arah Acrux. Lalu beralih ke arah Luna. "Mau jalan-jalan di luar?"
Luna langsung mengangguk semangat.
.
.
.
Sadr yang sudah tiba di bandara. Masih menunggu Mintaka untuk datang. Tetapi kecewa, begitu membaca sms yang dikirimkan.
Sadr,
Aku minta maaf. Ibuku sibuk dan tidak ada yang bisa jaga si kembar. Ini tidak adil! Mengapa Pamannya Luna cuma memanggilmu saja. Bagaimana denganku?
Ya sudah, hati-hati di jalan.
"Jika bukan karena Ibu dan Kakakku, aku pun tidak akan pergi."
Sadr pun menatap ke arah papan informasi jadwal keberangkatan. Beberapa saat lagi, ia akan terbang meninggalkan tanah air. Leo dengan setia ikut bersama dan bersembunyi padanya. Ajaibnya, dia berhasil melewati pemeriksaan petugas.
Hewan peliharaan Acrux itu, punya cara tersendiri untuk menyelinap masuk ke dalam bandara.
.
.
.
Luna yang sedang sibuk berkeliling kota bersama Lucas dan Acrux menggunakan mobil jeep. Mereka menelusuri area pedesaan. Menikmati rumah-rumah tradisional di kota setempat.
Lokasi Paman Max membangun rumah adalah di area teluk Kirrin. Area desa nelayan yang jauh dari hikuk-pikuk kota.
Luna yang duduk di bangku belakang. Tampak menikmati semilir angin yang berhembus dari jendela. Sekonyong-konyong, Lucas yang mengemudi. Melakukan rem mendadak. Hingga bunyi decitan ban di atas aspal terdengar jelas.
"Lucas!" pekik Luna yang terantuk jok bangku.
"Kalian mendengar sesuatu?" tanya Lucas.
"Ban kempes?" celutuk Acrux datar. "Aku malas melihatnya."
Lucas menggeleng. Ia malah beranjak keluar dari mobil. Sebuah mobil yang jauh di belakang mereka juga melakukan hal yang sama.
"Ban kempes?" Luna juga ikut bertanya. Penasaran, ia pun menyusul turun dari mobil. Diperhatikannya roda ban secara berkeliling. Namun, semuanya dalam kondisi baik.
Ada suara aneh yang berdengung. Luna pikir itu suara lebah atau mesin. Tetapi di sekitar mereka tidak ada apapun. Hanya ada pom bensin di depan mereka yang jaraknya masih jauh.
Lalu saat Luna melihat ke langit. Dia yakin seperti melihat sesuatu di dekat bayangan matahari. Klakson mobil tiba-tiba berbunyi kencang.
"Acrux!" marah Lucas.
"Bukan aku!" balas Acrux dengan kesal. Yang rupanya telah berdiri di samping mobil. Hal serupa terjadi pada mobil di belakang mereka. Bunyi itu saling bersahutan lalu menghilang.
"Itu!" tunjuk Luna ke langit. Acrux mengikuti arah pandangannya dan rona wajahnya berubah pucat. Suara berdengung yang samar-samar terdengar berasal dari radiasi yang di miliki kapal luar angkasa milik Scorpion.
"Luna!"
Acrux segera menarik Luna masuk ke dalam mobil dengan cepat.
"Lucas! Kita harus segera pergi dari sini!"
Lucas yang masih belum mengerti. Masih tetap berdiri di luar.
"Kenapa?"
"Itu Scorpion! Mereka sedang mengawasi bumi! Kita kembali ke rumah sekarang! Atau kau mau jadi sasaran tembak mereka?"
Dibilang seperti itu. Raut wajah Lucas turut pucat. Tanpa bertanya lagi, dia masuk ke dalam mobil. Lalu melaju kembali ke arah rumah Paman Max.
"Scorpion? Yang pernah kau cerita padaku?" tanya Luna tidak percaya.
"Kapan Sadr tiba? Aku perlu bantuan Leo," seru Acrux pada pengemudi mobil. Tetapi pikiran Lucas terlalu kalut untuk mendengar pertanyaan Acrux.
"Sadr akan ke sini?" tanya Luna keheranan. "Mengapa?"
"Panjang ceritanya." Lucas tahu-tahu menyela. "Dia akan tiba besok siang."
Luna masih berusaha mengumpulkan semua informasi yang mendadak ini di dalam benaknya.
"Scorpion sedang mengawasi bumi. Mereka akan menelusuri jejak keberadaanku." Acrux kembali bergumam. Pikiran Luna buyar.
"Bumi sangat luas. Tidak mungkin mudah bagi mereka menemukanmu. Ada 7 benua di dunia ini. Lagipula ...."
Luna tidak melanjutkan kata-katanya. Lydia telah menyayangkan sesuatu dalam kacamatanya.
Luna,
Ada sesuatu yang asing di dekat orbit bulan. Hal ini sedang ditutupi oleh intelijen dunia.
Sejauh ini, sesuatu yang asing itu belum mendekati orbit bumi. Tetapi ini bisa jadi sesuatu yang mengancam. Besar kemungkinan, ini adalah hal yang dikatakan Acrux. Ada jejak kehidupan di dalam kapal asing tersebut.
Luna meneguk salivanya. Tidak tahu harus berkata apa-apa lagi.
"Kita harus mengatakan pada Sadr agar jangan keluar dari dalam bandara. Mereka bisa melacak keberadaan Leo."
Acrux menekan pesan pada ponselnya. Lucas telah menghentikan mobil di depan rumah. Buru-buru dia menarik Luna bersamanya.
"Sekarang apa? Bumi terancam bahaya. Apa kau ingin kami kirim ke luar angkasa? Perusahaan Moon bisa membantumu, Acrux."
__/_/__/____
Tbc
Anyway, aku kangen Acrux...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top