Chapter 33

Luna yang mendengar penjelasan tersebut hanya terdiam dengan binar mata yang tersentak kaget.

Ia baru saja mencurigai sesuatu. Namun sebuah fakta baru saja menamparnya begitu saja.

"Maksud Paman Max apa? Luna tidak mengerti."

"Darium," jelas Paman Max. "Aku sudah pernah menyinggung soal ini padamu. Unsur yang dinamakan sendiri oleh ayahmu dan soal Grafena. Aditya pasti meninggalkan petunjuk untuk dua hal tersebut. "

Luna memilih bungkam. Dia teringat bagaimana obsesi Paman Max tentang perusahaan mereka. Bahkan, bahwa serpihan meteor yang jatuh ke Jakarta sudah dibawa pergi Paman Max ke Amerika.

Luna khawatir, cepat atau lambat. Mungkin Paman Max akan tahu semuanya. Dia bimbang, berusaha memikirkan Acrux.

"Paman," panggil Luna. "Aku mau ketemu Acrux. Aku mau Acrux di sisiku!" tegas Luna berapi-api.

"Laki-laki dan perempuan dalam satu atap?" komentar sinis Paman Max. "Tidak."

"Lucas bisa ikut tinggal bersama, bukan?" usul Luna. "Lucas akan menjaga semuanya."

"Dari pada Acrux pacarmu itu, aku lebih senang jika kau meminta Sadr."

"Kalau begitu, bawa Sadr ke sini bersamaku!" tuntut Luna. "Sadr sudah menemaniku sejak dulu. Ibu dan Kakaknya yang selama ini membantuku di Jakarta. Aku ingin semua teman-temanku."

Paman Max terdiam. Luna pandai sekali bernegosiasi padanya. Tapi sebagai orang tua asuh Luna sekarang. Paman Max perlu memikirkan kebahagiaan dan mental Luna. Jika sudah begini, dia pun ikut bimbang.

"Makanlah." Hanya itu kata terakhir dari Paman Max di acara makan malam mereka.

.
.
.

Keesokan harinya, Luna memilih tidak mengikuti sarapan pagi bersama Paman Max. Dari jendela balkon yang mengarah ke arah halaman depan. Luna melihat kepergian Paman Max dengan mobil sport miliknya.

Begitu tahu, hanya dia sendiri di rumah. Luna pun bergegas turun ke lantai bawah.

"Halo Virgo," sapa Luna pada ruangan kosong.

Halo, Nona Luna. Saya Virgo, asisten rumah Tuan Max. Apa yang dapat saya bantu untuk Nona?

"Di mana Paman Max menyembunyikan ponselku?"

Itu informasi yang tidak dapat di akses.

Wajah Luna berubah cemberut.

"Ke mana Paman Max pergi?"

Laboratorium Sains milik NASA

"Untuk apa?" tanya Luna kembali.

Pekerjaan, Nona

"Seberapa sering?"

Hampir tiap hari. Tuan Max sering bertemu dan berdiskusi dengan Profesor Edward Potter.

"Edward Potter?" gumam Luna.

Salah satu Profesor Sains yang diundang dan mendapatkan akses langsung ke Pentagon. Beliau terkenal akan kejeniusan dan penelitiannya.

Luna seolah mendapatkan ilham. Dia pun langsung bergegas lari ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Lalu dengan cepat, ia menghubungi Sadr melalui gelang pintarnya.

"Sadr!" pekik Luna histeris. Saat layar hologram muncul di hadapannya.

"Luna?!" balas Sadr yang tidak kalah terkejutnya. "Kau sudah sampai? Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik-baik saja. Aku rindu padamu dan Mintaka. Apa kalian pulang dengan selamat?"

"Tentu," sahut Sadr. Lalu melirik ke arah hamster kecil yang sedang mendengkur di atas bantal. "Lihat."

Sadr pun lantas menunjukkan Leo yang sedang tidur dengan wajah menggemaskan.

"Dia habis makan kangkung. Ahahah. Kau tahu? Kangkung kan bisa membuat ngantuk. Nah, tadi sore aku uji coba sama Leo. Dan ternyata....," Sadr tertawa bangga.

"Acrux bisa mencekikmu, Sadr," sindir Luna.

"Tidak, selama dia tidak tahu. Ahahaha."

Luna hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah kocak Sadr. Melihat perubahan wajah Luna. Sadr segera sadar, bahwa sahabatnya ini sedang bersedih.

"Besok sudah sekolah. Mau titip salam?" goda Sadr. Luna menggeleng.

"Tidak Sadr, aku hanya berharap kalian baik-baik di sana. Paman Max sudah mengurus kepindahanku."

"Sudah bisa ditebak," sahut Sadr datar. Tak lama kemudian, terdengar suara Sarah kakak perempuan Sadr yang berteriak histeris. Di susul, suara Mama Sadr.

Percakapan pun terpaksa putus. Karena Sadr buru-buru mematikan gelang pintar mereka.

.
.
.

Karena Lucas perlu mengurus kepulangan Acrux ke tanah air. Dirinya sedang sibuk sejak pagi mengurus hal tersebut. Tetapi dia justru terkejut membaca email dari Paman Max.

Bawa Pacar Luna ke rumah. Kalian akan tinggal di sana. Urus juga soal Sadr tetangga Luna ke Amerika. Aku sudah menghubungi ibunya.

"Ada apa?" tanya Acrux yang keheranan. "Kau seperti baru melihat setan."

"Mau jalan-jalan?" tawar Lucas.

"Kau mengalihkan pembicaraan," tukas Acrux yang menyelesaikan sarapan. "Aku mau ke Luna. Bukan jalan-jalan saja."

"Ck," protes Lucas dengan memutar bola mata malas. "Ikut aku."

.
.
.

Mendengar deru mobil mendekat ke arah pintu utama. Luna pun bergegas memeriksa. Seingatnya, Paman Max tidak akan pulang secepat ini.

Namun begitu melihat Acrux keluar dari dalam taxi. Luna pun berlari dan menerjang Acrux dengan sebuah pelukan.

Acrux yang baru semalam berpisah dengan Luna pun menyambut hangat pelukan tersebut. Tapi tidak, bagi Lucas yang menyusul turun dari belakang.

"Kenapa ke sini? Bukanya Paman Max---"

"Dia meminta kami tinggal di sini," sahut Lucas dengan datar. Binar matanya menunjukkan jejak kecemburuan.

"Benarkah? Oh, pasti soal itu."

Luna teringat percakapan semalam.

"Luna." Lucas menarik Luna menjauh dari sisi Acrux. "Paman Max memintaku untuk menjagamu agar tidak terlalu dekat dengan Alien ini. Tutormu akan datang besok."

"Hey!" protes Acrux. Tapi di abaikan oleh Lucas.

.
.
.

Sementara itu, Paman Max yang sedang bersama Edward Potter sibuk membahas suatu rancangan di ruang kerja sang Profesor.

"Jadi?"

"Material Grafena milik Kakakmu sama persis dengan tragedi ini. Besar kemungkinan, kakakmu mendapatkannya dari sumber yang sama. Hanya saja masalahnya," seru Profesor Potter dengan kalimat menggantung.

"Jejak kehidupan," balas Paman Max. "Teknologi kita masih sangat primitif untuk menjelajah ke sana."

"Benar, satu-satunya cara adalah keponakanmu."

"Dia baru berusia 17 tahun. Masih tiga tahun lagi sebelum dia secara resmi mengakses semuanya."

"Kenapa tidak dipercepat saja? Bukankah kau bisa melakukan itu Max?"

Namun Paman Max menggeleng pelan.

"Sistemnya sudah disetel sampai usial Luna genap 20 tahun. Tidak ada yang bisa kulakukan."

"Yah, kecuali kau membuat Luna sebagai umpan."

Paman Max yang mendengar hal tersebut. Menatap Profesor Potter dengan pandangan tidak suka.

"Apa maksudmu, Profesor?"

"Genk Libra memiliki sebagian data  tentang itu. Jika kita bisa menggunakan umpan. Kita bisa tahu, alasan sebenarnya yang mereka inginkan. Bayangkan, jika kita bisa membuktikan bahwa bumi bukanlah satu-satunya kehidupan di galaxy ini.  Bisa saja, ada kehidupan di galaxy lain. Ini akan jadi pemberitaan besar."

Paman Max hanya terdiam. Sorot matanya yang tajam hanya terpaku pada seringai Profesor Potter.

__/_/_/___
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top