Chapter 15 - Diskusi
Chapter 15
Diskusi
Sementara Sadr ditidurkan di pojok ruangan. Baik Luna, Mintaka serta Acrux kembali duduk di meja yang sebelumnya mereka tempati.
"Dia baik-baik saja. Bentar lagi juga siuman," ungkap Mintaka seraya menarik kursi lebih merapat di bawah meja.
"Ya, aku tahu itu. Sadr baik-baik saja," lirih Luna setelah menoleh menatap Sadr.
Ketika pandangan matanya mengarah pada Acrux. Pria itu hanya menyunggingkan senyum tipis.
"Bisa lanjut, 'kan? Jadi bagaimana? Aku bisa mendapatkan satu satelitmu?" ungkapnya dengan penuh percaya diri. Mendapati hal itu, Mintaka pun meresponnya dengan memutar bola mata malas.
"Kau meminta satelit. Semudah meminta jatah cemilan Luna. Ya ampun."
Luna pun setuju dengan ungkapan Mintaka.
"Kan sudah kubilang tadi. Sudahlah, bumi ini luas. Mereka tidak akan mudah menemukanmu. Semoga saja Scorpion yang kau maksud itu jatuh di kutub utara."
Bermaksud bercanda, tapi Acrux justru menangkapnya dengan serius.
"Hm."
Dia berpikir, sementara Luna dan Mintaka saling melempar senyum.
"Aku rasa, apa yang dikatakan Luna benar. Bumi ini luas, mustahil jika kau bisa langsung di temukan. Kecuali ....," ungkap Mintaka dengan kalimat menggantung.
"Kecuali apa?" desak Acrux penasaran.
"Kecuali kau memiliki semacam pelacak dalam dirimu," seru Mintaka sambil menjentikkan jari.
Tentu saja Acrux menggeleng cepat. Tidak ada benda semacam itu dalam dirinya. Dia menghela napas berat, mengetukkan jari di atas meja dengan segudang pikiran dalam benaknya.
Selama belum ada informasi mengenai keberadaan pasukan luar angkasa dari luar bumi. Dia harusnya merasa aman untuk saat ini. Tapi, ketika Acrux mengingat bagaimana teori kehidupan manusia dari pengajaran Sadr.
Bahwa nyatanya penduduk bumi sedikit egois dan serakah. Bukan tidak mungkin, jika kaum yang menamai diri mereka ilmuwan tidak akan mengejarnya. Apalagi, orang-orang berpengaruh di dunia.
"Baiklah," seru Acrux setelah terdiam beberapa saat.
"Baiklah apa?" semprot Mintaka.
"Aku tidak akan memusingkan itu. Kedatangan Scorpion pasti terendus rasmu. Jadi selama belum ada kabar. Aku rasa semuanya akan baik-baik saja. Tapi ....," Menunjuk Luna, yang ditunjuk pun sedikit terkejut.
"Permintaanku soal satelit tolong di pertimbangkan."
Bersamaan dengan itu, Sadr pun siuman dari pingsannya. Ia terlihat sedikit linglung menatap ruangan di sekitarnya. Lalu ketika netranya menatap tiga pasang mata, dia pun sadar di mana dirinya berada.
"Aku melewatkan apa?" tanyanya seraya bangkit, "kalian pasti membahas sesuatu yang wow, 'kan?"
"Ya tentu saja," tukas Mintakan, "siapa yang mau berbicara sambil menunggumu bangun."
Sadr segera bangkit dari posisinya. Lalu berjalan menghampiri Luna dan yang lainnya.
"Bisa jelaskan apa yang kalian bicarakan saat aku pingsan? Jujur, aku tidak bisa membayangkan bahwa bumi akan diserang alien! Ini gila Acrux!" semprotnya pada Acrux. Pria itu sedikit kesal mendengar Sadr mengucapkan golongan mereka dengan sebutan Alien.
"Excume?" seru Acrux. Yang mana, ia malah mendapatkan respon terkejut dari tiga rekannya.
"Kau bisa berbahasa inggris?" seru Luna tak percaya.
"Bagaimana bisa kau melakukannya?" imbuh Mintaka yang tak kalah terkejutnya. "Kau belajar bahasa inggris di planetmu?"
Acrux hanya memutar bola mata malas begitu mendengarnya.
"Pertama-tama, aku perlu meluruskan satu hal pada kalian bertiga. Satu, aku bukan alien. Dan berhenti memanggilku dengan sebutan ini. Aku sudah mengatakan ini dua kali. Kau yang pertama." Ia menunjuk Luna. "Dan kau yang kedua," lanjutnya pada Sadr.
Sadr malah menunjuk balik dirinya sendiri.
"Kedua, golonganku lebih tinggi dari manusia bumi seperti kalian. Otakku jauh lebih cemerlang. Sehingga aku mampu beradaptasi dan mempelajari budaya makhluk bumi. Ini hal biasa bagi golongan kami. Tapi ... ya sudahlah. Kau makhluk bumi seperti kalian terpesona, aku bisa apa?"
Luna benar-benar ingin menampol wajah Acrux. Tampangnya terlihat menyebalkan saat ia memarahi Luna seraya menyombongkan dirinya.
"Kau ini," tukas Mintaka. Yang rupanya, ikut kesal dengan ceramah panjang lebar Acrux. Lalu ia pun menatap balik ke arah Luna
"Kembali ke topik. Jadi, setelah ini apa Luna? Kita sudah tahu duduk perkarnya. Yang bisa kusimpulkan saat ini adalah ... kita perlu waspada terhadap ancaman yang bisa mengintai kita kapan saja."
Luna mengganguk, itu menunjukkan bahwa ia memang setuju dengan apa yang di argumenkan Mintaka.
"Yang bisa kukatakan sekarang adalah ... aku ingin siapapun dari kita membuat sikap yang tidak menarik perhatian orang lain." Luna pun melirik ke arah Acrux. "Kau bisa melakukannya bukan? Tidak ada sinar aneh yang keluar di depan umum. Atau sesuatu yang lain. Yang bisa saja menarik perhatian."
Acrux mengganguk malas. Omongan Luna malah terdengar, seperti ia sedang menasehati seorang bocah. Dan hal tersebut, justru tidak disukai Acrux.
Suasana mendadak menjadi hening. Keempat orang tersebut, seolah-olah kehilangan topik pembicaraan.
Sadr membuang mata ke arah Acrux. Tetapi pria itu, justru sedang beremuk dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Mintaka, dia tampak melamun memandang gelang yang ia pakai.
"Apa rapat ini selesai?" tanya Sadr pada semua orang.
Acrux, Mintaka dan Luna pun mendogak menatapnya. Lalu keempatnya saling melirik satu sama lain.
"Aku rasa itu saja yang perlu dibicarakan," ujar Luna. "Selebihnya, kita bisa berkomunikasi lewat chat atau gelang ini."
Mereka pun bubar. Dan Luna kembali mengantar mereka naik ke lantai utama. Sadr dan Mintaka pun harus berpamitan pulang. Waktu kunjungan mereka telah habis. Lagi pula, mereka masih bisa ketemu besok. Sebab nyatanya, sekolah sedang libur.
"Luna," panggil Acrux. Tepat saat Luna ingin masuk ke kamarnya kembali.
"Apa?"
"Apa kau bisa mengizinkan aku mengakses ruangan itu?"
"Kau ingin melakukan apa?" selidik Luna dengan tajam.
"Bukan apa-apa. Kulihat, kau tidak terlalu mahir dalam mengotak-atik teknologi."
"Maaf," sela Luna dengan nada tersinggung.
"Jika kau izinkan aku soal itu. Aku bisa mengupayakan agar Scorpion dan kelompoknya tidak mendekati bima sakti. Kau ingat bukan? Argian berada 5 galaxy dari bima sakti. Dalam pengetahuan makhluk bumi, itu sangat lama. Tetapi tidak bagi pengetahuan kami."
"Lebih baik kau mengatakan dengan jelas apa yang kau inginkan? Roket? Pesawat luar angkasa? Satelit? Sudah kubilang, aku tidak punya akses soal itu."
"Senjata," tukas Acrux, "senjata manusia tidak akan mempan melawan bangsa Argian. Aku sudah mempelajari ini dari Sadr. Tidak ada satu pun yang cocok. Ya ... bisa kubilang, itu cuma bisa menghambat mereka. Tetapi tidak membunuh mereka. Bukankah ini terdengar seperti pelajaran mikrobiologi? Bakteriostatik dan Bakteriosida?"
Luna hanya menggeleng kecil. Lalu kemudian, ia mengganguk membenarkan.
"Apa yang kau katakan itu benar?"
Acrux mengganguk mantap.
"Izinkan aku memiliki laboratorium. Aku akan membuat senjata untuk melawan Scorpion. Jika kau pun tidak mengizinkan, aku akan mencari sendiri bersama Sadr."
__/_/__/_____
TBC
Maaf ya... Lama banget updete nya. Soalnya... Pas mau nulis GTA, selalu saja gak dapat mood nya. Makanya hari ini mendadak... Eh pengen bangeeett nulis GTA.
Ya udah, lancar aja ide nya satu chapter ini😆😆😆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top