Chapter 14 - Misi Awal

Chapter 14
Misi Awal

Pelukan pun terlepas, dan tawa dari satu orang menyebar ke yang lain. Sadr nampak bahagia mendapatkan gelang tersebut. Di perhatikannya desain gelang tersebut dengan seksama.

"Btw, ini siapa yang buat sih, Luna?" tanya Sadr setelah akhirnya, ia sadar bagaimana Luna bisa mendapatkannya.

"Buatan ayahku," jawab Luna, "masih banyak sebenarnya yang beliau miliki. Aku udah punya sejak lama sih."

Mintaka dan Sadr lagi-lagi dibuat takjub.

"Oke, kalian mundur sebentar. Aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian," ujar Luna kemudian

Dengan gerakan tepuk tangan yang berirama. Mendadak, seluruh lampu ruangan berkelap-kelip. Lalu bersamaan dengan itu. Semua funiture bergerak sendiri dari luar ke dalam dinding.

Benda-benda tersebut, lalu berganti posisi dengan perabotan lain yang jauh lebih canggih dari sebelumnya.

Mendadak di tengah-tengah ruangan.
Mencuat keluar sebuah kubus berwarna putih yang perlahan-lahan membentuk sebuah meja panjang dan kursi yang mengelilingi. Cahaya putih pun bersinar terang di tiap tepi funiture tersebut.

Ketika Acrux melangkah mendekat. Nampak, meja tersebut menghasilkan sebuah layar yang siap untuk di operasikan.

"Waow!!! Luna!!!" Mintaka berteriak histeris. Sementara itu, Sadr berkali-kali menampar pipinya sendiri guna menyadarkan diri. Bahwa yang ia lihat sekarang bukanlah mimpi.

"Luna, kau tega banget!" protes Sadr, "hal sekeren ini kau sembunyikan dari kami. Kau kan tahu. Aku paling suka hal-hal spektakuler seperti ini."

Luna hanya bisa tersenyum kecil. Sebagian hatinya telah merasa lega. Ia dapat sedikit membagikan apa yang selama ini ia pendam dan sembunyikan.

"Lun, kok bisa kamu memiliki semuanya?" sela Mintaka. Yang kini ikut jadi penasaran.

Ini adalah topik utama yang harus Luna selesaikan terlebih dahulu. Tanpa menjawab, Luna pun melangkah pada salah satu kursi dan duduk di sana. Mau tidak mau, apa yang di lakukan Luna pun di ikuti para sahabatnya.

"Kita duduk dulu, dan penjelasannya ada di dalam layar."

Dengan satu sentuhan dari jari Luna. Layar monitor pun berubah menjadi sebuah foto pernikahan. Cahaya lampu perlahan meredup. Lalu backsound sebuah suara mendominasi setiap slide power point yang ditampilkan.


Foto pertama, menampilkan foto pernikahan orang tua Luna. Slide berganti menjadi foto ayah Luna yang tengah berkerja sebagai seorang peneliti.

Lalu silde kembali berganti menampilkan foto-foto kebersamaan sepasang kekasih tersebut.




Foto-foto tersebut, telah menjelaskan bagaimana hubungan orangtua Luna yang sangat harmonis. Hingga akhirnya, terdapat sebuah foto yang menampilkan kelahiran Luna kecil di rumah sakit.

Setiap foto pun berlanjut menampilkan pertumbuhan Luna sejak ia masih kecil dan beranjak dewasa.

Lalu kemudian, berlanjut pada foto-foto Luna bersama Sadr kecil, hingga pertemuannya dengan Mintaka di jenjang pendidikan menengah pertama.

Slide kian berubah, hingga menampilkan sebuah gedung pencakar langit di New York. Yang mana gedung tersebut memiliki simbol bulan sabit bernama Moon Industri di puncak bangunan.

Gambar tersebut terus berganti, seraya menunjukkan foto ayah Luna sebagai CEO perusahaan tersebut. Lalu nampak sebuah foto lainnya yang menampilkan foto Paman Max.


Lalu sebuah video berdurasi singkat menjelaskan segala aset dan seperti apa Moon Industri dari awal dirintis hingga sekarang.

Segala hal yang ada di layar. Mampu membuat Sadr dan Mintaka hanya bisa tertengun dengan mulut terbuka tertutup. Melihat daftar aset kekayaan milik mendiang ayah Luna.

Lalu, layar monitor pun berhenti pada foto Luna, yang menunjukkan status Luna sebagai ahli waris Moon Industry secara sah.

Lampu pun kembali menyala terang dan Mintaka hanya bisa menarik diri dan menyadarkan punggung dibalik kursi.

"Rasanya seperti melihat film dokumenter," lirih Mintaka dengan geleng-geleng kepala.

"Aku syok Luna," imbuh Sadr. Yang tidak tahu harus berekspresi seperti apa lagi.

"Ini pengenalan singkat diriku yang sebenarnya. Tapi, masih ada satu penjelasan lagi yang perlu kalian ketahui," jelas Luna. Kemudian jemarinya bergerak menekan beberapa tombol.

"Tapi Luna ... bagaimana dengan Paman Max? Bukankah ia juga adik ayahmu?" Seingat Sadr, paman Luna itulah yang menjaga Luna hingga saat ini. Ada sebuah kemungkinan yang terpikirkan dalam kepalanya. "Apa dia tidak keberatan? Harusnya, beliau juga mendapat bagian dari properti ayahmu."

Luna menggeleng kecil.

"Tidak, Paman Max tidak mendapatkan apapun. Porsinya hanya 15% saham yang dibagikan mendiang kakek. Setelah itu, dia membangun perusahaannya sendiri dan juga menjadi ahli warisku untuk menangani perusahaan hingga usiaku menginjak 20 tahun."

Acrux yang sedari tadi menyimak. Tanpa sadar, menekan layar dan mengotak-atik beberapa tools. Hingga layar di meja mendadak berubah menjadi gambar luar angkasa yang di ambil oleh sebuah satelit.

"Woii, Acrux!!!" pekik Sadr dengan terkejut. "Ini bukan layar untuk main game."

Tentu saja, Sadr bisa sehisteris itu. Acrux bukan lagi sosok yang buta teknologi. Hidup beberapa hari bersama Sadr. Mampu membuat Acrux cepat beradaptasi.

"Luna juga memiliki satelit. Aku ingin kau memberikan akses ini padaku."

Sontak saja, pernyataan Acrux membuat Luna tertengun.

"Eh? Kau gila! Aku tidak bisa melakukan itu." Luna pun menekan sebuah tombol dan layar berganti menjadi tampilan awal.

Acrux yang ngotot dengan pendiriannya kembali menekan-nekan layar hingga sekarang menampilkan sebuah ruangan yang mirip kokpit kapal luar angkasa.

"Kau juga memiliki ini. Berikan satu padaku. Aku akan pergi ke galaxy lain sebelum Scorpion dan orang-orang bumi mengetahui tempat persembunyianku. Maka dengan begitu, kau tidak perlu repot-repot melindungiku."

Luna hanya bisa memutar bola mata malas mendengar bagaimana dengan mudahnya Acrux mengatakan hal tersebut.

"Aku tidak punya akses untuk membawamu ke luar angkasa. Tempat tersebut memiliki protokol. Aku cuma dapat mengamati dan mengontrol dari kejauhan. Jika bisa, sudah sedari awal aku membuangmu dengan benda tersebut," ungkap Luna dalam satu kali tarikan napas.

"Luna, aku tidak tahu. Harus berapa kali dibuat terpesona dengan kekayaanmu." Sadr berujar seperti orang bodoh.

"Kalau begitu. Protokol seperti apa yang harus kita miliki untuk membawa Acrux ke pesawat luar angkasamu?" Sekarang Mintaka pun ikut bertanya. "Ide Acrux ada benarnya. Tapi tunggu ... tadi kau bilang Scorpion? Itu artinya ....," Mintaka menelan salivanya dengan sesak. "Kita bakal kedatangan tamu asing dengan hujan meteor yang jauh lebih banyak dari sebelumnya?"

"Emm." Luna pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa aku lupa bilang? Kalau Acrux ini adalah pelarian dari planetnya. Dan sejuta tentara asing akan segera menyerbu bumi dengan waktu yang tidak bisa di prediksikan."

Bunyi sesuatu menubruk lantai dan mengalihkan fokus semua orang. Sadr mendadak pingsan. Hingga diskusi yang sebelumnya berjalan terpaksa dihentikan.

Luna dan Mintaka pun buru-buru menghampiri Sadr dan mencoba untuk membangunkannya.

"Sadr? Bangun Sadr," panggil Luna seraya menepuk pelan pipi Sadr beberapa kali.

Acrux yang berdiri di belakang Luna hanya berdecak kesal melihat kekonyolan diri Sadr.

"Dia pingsan. Karena terlalu syok melihat kekayaanmu."

__/_/_/______

Bersambung...

Btw,
Ada yang ikut pingsan gak?
😅😅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top