GTB 12: Salah Alamat
Viona
Hari makin sore, tetapi Viona masih saja sibuk dengan perlengkapan pesta kejutan. Ia bahkan sudah berada di Bikini Bottom sejak pagi ditemani Krystal dan Melvin. Beruntungnya, ia sudah meminta izin pada personil Walkman kecuali Ansell untuk meminjam Bikini Bottom satu hari penuh demi menyiapkan acara kejutan ini. Viona terlihat masih sangat berenergi ketika memasang balon-balon di dinding. Wajahnya pun tak kalah berseri-seri membayangkan reaksi Ansell ketika melihat apa yang telah disiapkannya ini.
Aldric dan Melvin terlihat masih sibuk memompa balon yang tersisa. Sebenarnya semua balon yang dibeli beberapa waktu dengan Aldric sudah selesai dipasang, tetapi karena Viona menginginkan sentuhan balon-balon kecil yang dimasukkan ke dalam bola besar, akhirnya mereka kembali bekerja keras.
"Segini cukup, Vi?" tanya Melvin saat bola transparan sudah terisi balon-balon kecil.
Viona menghampiri kedua lelaki rajin itu sambil memasang senyum. "Cukup. Thank you, Boys. Bagus banget hasil kerja kalian."
"Siapa dulu yang ngerjain," ujar Melvin jemawa sambil memandang ke arah Aldric yang sudah berdiri untuk meraih botol minumnya.
Saat mereka berempat sudah sepenuhnya bersantai, Widhy dan Dhisti muncul di balik pintu utama. Viona melihat keduanya memakai pakaian sesuai dengan arahannya. Ya, gadis itu ingin semua yang hadir mengenakan dress code pilihannya. Pakaian model apa pun yang penting berwarna hijau mudah, emas atau putih. Menurut informasi dari Mevin, Ansell menyukai ketiga warna itu.
"Sori, aku ndak bawa apa-apa nih, Vi." Viona mengambil bungkusan berisi dua kotak donat dari tangan Dhisti. Sementara minumannya langsung Widhy simpan di bawah meja yang terdapat wadah makanan dan minuman.
"Terus, donat ini namanya apa, Dhis? Lo mah pakai segala repot-repot begini. Kalian dateng aja gue udah seneng banget. Btw, baju kalian cakep banget. Ala-ala Couple goals gitu kalau kata anak zaman sekarang tuh." Dhisti hanya tersenyum mendapat sindiran dari Viona. Sementara Widhy pura-pura batuk yang langsung dihadiahi cibiran dari Melvin.
"Oh ya, nanti konsep kasih kejutannya seperti apa, Vi?" tanya Widhy yang masih berdiri di sisi kiri Dhisti. "Biar kita enggak berakhir dengan miscommunication."
"Rencananya tuh, kita ngumpet di ruangan belakang. Nanti lampu ruangan juga dimatikan. Terus, kalau pas Ansell udah dateng, lampu dinyalain dan kita semua pada keluar sambil gue bawa kue." Gadis itu menjelaskan sambil membagikan topi yang dibelinya kemarin malam.
"Oh iya, Vi. Kemarin aku sempat ngajak Diandra ke sini, tapi kayaknya dia enggak bisa ikutan karena pesanku belum dijawab-jawab. Cuma aku mau minta maaf sama kamu, Vi, karena sebelumnya aku udah undang Diandra tanpa bilang-bilang duluan sama kamu. Maksudku ngajakin dia, karena kupikir kita semua kenal sama Ansell, begitupun Diandra. Jadi–-"
"Iya-iya, Krystal, gue ngerti kok. Lo masih kaku aja sama gue. Santai aja, Darling. Siapapun temennya Ansell boleh dateng, gue enggak keberatan sama sekali. Malahan seneng banget, karena itu artinya Ansell banyak yang sayang, terutama gue sih." Krystal hanya bisa tersenyum sambil memandang wajah Viona yang semringah seperti biasanya.
Mereka kemudian memakai topi pemberian Viona sambil bersiap menunggu kedatangan sang pemeran utama malam ini.
Kalau saja tangannya tidak ditahan Dhisti, mungkin Viona sudah berlari ke luar saat mendengar langkah kaki yang memasuki Bikini Bottom. Setelah berhitung mundur, Viona, Aldric, Melvin, Krystal, Widhy, dan Dhisti keluar dari tempat persembunyiannya.
Lampu ruangan pun mulai menyala diikuti dengan teriakan 'happy birthday'. Namun, bukannya melanjutkan proses kejutan untuk Ansell, keenamnya mendadak bergeming saat melihat lelaki itu tidak sendirian di sana. Viona melihat Melvin berbisik pada Krystal, sepertinya ingin membahas seseorang yang sedang bersama Ansell.
"Ini ... kamu yang nyiapin semuanya, Di?" Viona lalu memperhatikan Ansell ketika lelaki itu memegang bahu Diandra dengan senyum mengembang.
"Bukan aku, Sel." Diandra mengangkat kedua tangannya ke udara sembari memperhatikan satu per satu wajah-wajah yang berada di ruangan tersebut.
"Aku enggak nyangka kamu ingat hari ulang tahunku, Di. Diem-diem ternyata kamu perhatian juga, ya. Makasih, lho."
"Udah aku bilang, Sel. Bukan aku."
"Kamu mah suka malu-malu." Viona melihat Ansell memperhatikan hiasan balon-balon yang terpasang rapi di dinding sambil sesekali disentuhnya balon itu.
Viona tersenyum perih ketika Ansell kembali menghampiri Diandra kemudian memeluk gadis itu di depan mereka semua. Viona sedikit paham, mungkin saat ini Diandra juga sama kaget dan bingung seperti dirinya dan teman-temannya. Namun, tidak bisakah ia menjelaskan yang sebenarnya terjadi kepada Ansell?!
Kendati demikian, melihat binar terang di mata Ansell, Viona tidak mampu menghancurkan kebahagiaan itu. Ada baiknya ia mengalah malam ini.
"Sel, semua ini disiapin sam—" Viona buru-buru menggeleng ke arah Krystal sehingga gadis itu kembali menutup rapat mulutnya.
"Kenapa, Krys?"
"Sorry, enggak apa-apa kok."
Viona menghela napas sambil berusaha menerima lebih dulu situasi tidak terduga ini. Dengan ketegaran hatinya Viona melangkah ke hadapan Ansell sembari membawa kue ulang tahun, meskipun lelaki itu masih terlihat berbicara kepada Diandra.
"Tiup lilinnya dong, Sel, keburu meleleh tuh!" teriak Melvin berusaha mencairkan suasana yang tak kasat mata canggung itu.
"Eh, mana, mana?" Viona memperhatikan wajah Ansell yang begitu antusias saat memandangi kehadirannya. Lebih tepatnya kehadiran kue yang dibawanya. Lelaki itu membaca tulisan di atas kue ulang tahunnya sebentar, kemudian tersenyum dan mengucap doa dalam hati sambil menutup matanya.
Viona sedikit kaget karena saat Ansell kembali membuka matanya, lelaki itu sempat memandang ke arahnya sambil tersenyum. Senyum yang benar-benar manis. Mirisnya, Viona baru kali ini menerima senyum seperti itu dari Ansell.
Viona kembali memasang wajah ceria lalu berkata, "Happy birthday, Sel. Gue doain semoga lo hepi terus, ya!"
"Makasih banyak, Vi. Thank you juga buat kalian semua yang ada di sini!"
"Selamat bertambah usia, Bro!" Viona melihat Widhy ikut memecah keheningan dengan menghampiri Ansell dan memeluk sahabatnya itu. Satu per satu di antara mereka kemudian saling mengucapkan selamat dan bersalaman.
Namun berbeda dengan Aldric. Lelaki itu justru melangkah ke hadapan Viona dan meraih kue dari tangan gadis itu untuk ditaruh di atas meja. Setelah itu, Viona bahkan tidak sadar saat tangannya mulai ditarik lelaki itu untuk keluar dari basecamp.
Perasaannya saat ini benar-benar kosong. Viona ingin menangis, tetapi ia berusaha menahan diri. Keceriaan yang ditampilkannya selama ini akan merusak image-nya kalau sampai air matanya keluar.
"Kenapa sih, Al?" Viona melepas paksa tangannya yang masih digenggam lelaki itu. Namun, Aldric justru terlihat kesal sambil berkacak pinggang.
"Apa logika lo udah ketutup sama perasaan suka, Vi? Lo sadar kan, situasi di dalam amat sangat merugikan lo?!" Viona terdiam. Aldric mengangkat tangannya untuk memegang kedua bahu gadis itu lalu menepuk-nepuknya. Viona melihat Aldric memamerkan senyum sinis dan itu membuat hatinya makin teriris. "Ternyata, lo bisa bersikap kayak begini juga, ya."
"Maksud lo?"
"Gue kira lo bakalan enggak mau ngalah, tapi gue salut karena lo mau meredamnya malam ini."
"Gue cuma enggak pengin merusak kebahagiaan dia malam ini, Al. Lo tau kan, ini hari spesial buat dia."
"Memangnya untuk mendapatkan cinta harus selalu berkorban, ya?" Dan Viona sudah tidak bisa lagi memendam kesedihannya. Kali ini ia ingin membiarkan air matanya jatuh di depan Aldric. "Lo boleh nangis, Vi. Enggak perlu pura-pura kuat di depan gue."
29 Juli 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top