Dua Puluh Satu

YASHICA mengawasi Ikram yang mondar-mandir di depannya. Raut laki-laki itu merupakan perpaduan antara jengkel, kecewa, sekaligus putus asa.

"Aku sudah pernah bilang kalau yang kamu dapat dari pembalasan dendam itu hanya kehancuran dirimu sendiri, Ca!" geram Ikram. "Nggak ada orang yang benar-benar puas setelah melakukan balas dendam. Yang ada hanya hampa saja. Aku sudah berusaha mencoba mencegahmu menghancurkan diri sendiri, tapi aku gagal karena kamu nggak mau mendengarku. Ya, sudah, aku diam saja. Duduk di pojokan jadi pengamat sambil berharap kamu nggak terlalu parah merusak diri sendiri. Tapi sekarang aku nggak bisa diam saja saat tahu kamu melibatkan orang lain yang bukan ayahmu."

"Dia bukan ayahku!" bantah Yashica sengit. "Ayah adalah sebutan untuk seseorang yang nggak hanya menitipkan benih, tapi juga ada dalam setiap tahap kehidupan seorang anak."

"Bagaimanapun perspektif kamu, Ca, Resmawan Jati tetaplah ayahmu. Setidaknya, dia ayah biologis kamu. Aku ngerti banget kalau kamu marah dan sakit hati padanya. Tapi kamu nggak bisa membabi buta dan gelap mata dengan memanfaatkan semua orang yang ada di sekitar Resmawan Jati untuk balas dendam. Sakti nggak tahu apa-apa dan dia seharusnya nggak terlibat di antara kamu dan ayahmu."

Yashica berdecak. "Aku jadi nyesal cerita tentang rencana baruku untuk mendekati Resmawan Jati. Tapi jangan terlalu khawatir. Belum tentu Sakti tertarik padaku."

Ikram menghentikan gerakannya mondar-mandir. Dia berdiri persis di depan Yashica sambil berkacak pinggang. "Dia pasti tertarik padamu. Seorang laki-laki nggak akan menghabiskan banyak waktu untuk seorang perempuan kalau dia nggak tertarik."

Itu juga yang dipikirkan Yashica ketika merancang rencana baru. Sedikit banyak, Sakti pasti tertarik padanya. Tampak jelas dari rutinitas laki-laki itu mengajaknya makan bersama sebelum mengantarnya pulang. Dulu, Sakti sengaja memberi batasan jelas karena dia pasti tidak mau terlibat dengan seorang pegawai di kantornya. Apalagi dengan seorang OG. Sekarang keadaannya berbeda.

"Kalau begitu, rencanaku akan berjalan mulus dong."

"Pikirkan lagi, Ca. Menurutmu Sakti pantas terlibat dalam rencana balas dendammu?" Ikram masih berusaha mengurungkan niat Yashica.

Yashica mengangkat bahu tak peduli. "Kenapa tidak? Dia mengambil tempat yang seharusnya jadi milikku. Bukan dia yang seharusnya mendapatkan perhatian Resmawan jati. Aku, Ikram! Aku yang seharusnya mendapatkan semua cinta dan kasih sayangnya karena aku anak kandungnya!"

"Menjadi anak tiri Resmawan Jati bukan pilihan Sakti, Ca. dia berada di posisi itu karena keputusan yang dibuat oleh ibunya dan Resmawan jati. Sakti nggak harus membayar kesalahan Resmawan Jati." Ikram mengibaskan sebelah tangan di udara. "Ayolah, Ca. Kamu bukan orang jahat. Kita tumbuh bersama, dan aku nggak pernah melihat kamu menjahati orang lain. Yashica yang aku kenal adalah orang yang memberikan bekal makan siangnya pada anak kecil kurus kerempeng di lampu merah yang tampak kelaparan. Yashica yang aku kenal adalah orang yang menjadi donatur anonim di berbagai panti asuhan. Yang menyekolahkan anak-anak ART yang bekerja padanya. Aku nggak mungkin bisa menyelesaikan kuliah kalau bukan karena bantuanmu. Kamu sebaik itu, Ca. Kamu akan menyesal kalau tetap meneruskan rencanamu. Kamu sakit hati karena ditinggalkan ayahmu. Pikirkan bagaimana perasaan Sakti seandainya tahu dia hanya kamu gunakan sebagai alat pembalasan dendam saat dia sudah jatuh cinta padamu dan berpikir hubungan kalian benar-benar serius."

"Tidak ada orang yang sempurna di dunia. Mungkin aku sudah cape menjadi orang baik. Kalau apa yang aku inginkan bisa kudapatkan dengan menjadi orang jahat, aku akan mengambil pilihan itu."

"Karakter orang sulit diubah, Ca. Kamu nggak akan bisa jadi orang jahat."

Yashica tersenyum sinis. "Reaksimu berlebihan, padahal kamu tahu kalau laki-laki adalah spesies yang bisa menyembuhkan sakit hati dengan cepat. Kamu sendiri bisa jadi contoh. Nenna bukan pacar pertama kamu. Dan seingatku, kamu biasa aja saat putus dengan pacar kamu sebelum Nenna. Kalau Sakti nanti beneran jatuh cinta padaku, aku yakin dia hanya butuh waktu beberapa hari untuk kesal sebelum move on saat tahu motivasiku mendekatinya."

"Pacarku sebelum Nenna hanya cinta monyet, Ca. Perasaanku nggak mendalam. Beda banget dengan yang aku rasakan sama Nenna."

"Ini konyol!" Yashica berdiri dan menyampirkan tas di bahu. "Kita bertengkar untuk hal yang belum pasti. Belum tentu aku bisa membuat Sakti jatuh cinta padaku. Aku pulang ya. Kita bicara lagi kalau kamu sudah kehilangan semangat untuk ngasih kuliah tentang karakter dan moral."

**

Secara garis besar berdasarkan pengamatan, Yashica paham bagaimana cara menarik perhatian laki-laki. Bersikap hangat penuh perhatian, mengalah demi memuaskan ego alpha male laki-laki, dan menjadikannya sebagai pemegang kendali hubungan. Hanya saja, Yashica butuh bantuan internet untuk menjabarkan apa saja yang harus dilakukannya dalam bentuk tindakan nyata.

Anehnya, internet ternyata punya semua jawaban yang ditanyakan Yashica. Ada banyak artikel yang menjelaskan sikap seorang lelaki ketika tertarik kepada perempuan. Atau bagaimana cara membuat seorang laki-laki jatuh cinta.

Informasi itu sangat berguna bagi Yashica tidak punya pengalaman dalam hubungan asmara. Saat ini Ikram tidak bisa dijadikan sebagai narasumber karena dia tidak setuju dengan rencana Yashica. Sejujurnya, pengalaman ibunya dan Tante Ilona membuat Yashica cenderung melihat sisi buruk seorang laki-laki. Kaum Adam bukanlah makhluk yang peka. Mereka tidak tertarik pada detail karena bagi mereka yang terpenting adalah hasil, bukan proses.

Hari ini saat yang tepat untuk membuktikan apakah tips dan trik yang Yashica dapat dari internet bisa dipakai untuk menjerat Sakti.

"Saya naik taksi online saja, Mas," kata Yashica ketika jendela mobil Sakti yang berhenti di depannya terbuka. "Saya mau langsung pulang aja. Pening banget."

Sakti mendorong pintu mobil dari dalam. "Buruan naik. Kalau sakit, harusnya kamu nggak usah maksain ke kantor. Sudah minum obat? Duh... saya lupa kalau kamu dokter."

"Peningnya karena kurang tidur aja sih, Mas. Semalam saya bergadang, susah tidur." Yashica memang hanya tidur beberapa jam karena sibuk dengan riset untuk membuat Sakti jatuh cinta padanya. Membuat perencanaan seperti itu memang absurd dan konyol, tapi apa boleh buat. Yashica tidak bisa mundur sekarang setelah menemukan cara paling efektif untuk mendekati Resmawan Jati. "Setelah tidur pasti udah baikan."

"Ayo, saya antarin pulang biar cepat."

Tentu saja Yashica tidak menolak. Ini bagian dari rencana. Dia masuk ke mobil Sakti. "Terima kasih, Mas."

"Seharusnya kamu makan dulu sebelum pulang. Takutnya kalau sampai di rumah kamu langsung tertidur. Bisa bikin penyakit baru. Kesannya seperti ngajarin dokter sih, tapi dokter juga manusia, jadi harus tetap diingetin hal-hal sederhana kayak gitu."

"Nanti saya pesan makanan lewat aplikasi, Mas." Yashica menyandarkan punggung sambil memejamkan mata. Ini adalah teknik untuk mengetahui seberapa peduli Sakti padanya. Di kehidupan normal, Yashica tidak akan menerapkan drama seperti ini untuk mendapatkan perhatian seorang laki-laki. Menjijikkan. Tapi ini bukan kehidupan normal, dan dia dikejar waktu.

"Mau mampir di apotek?" tawar Sakti khawatir. Tidak seperti biasa, Yashica tampak lesu.

"Nggak usah, Mas. Saya ada persediaan obat di apartemen kok. Saya beneran hanya butuh istirahat aja."

Sakti menahan siku Yashica saat hendak turun dari mobil ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan. "Kamu beneran nggak apa-apa? Kamu sendirian lho di apartemen. Saya bisa nemenin kamu sebentar. Kita pesan makanan supaya kamu bisa makan dulu sebelum istirahat. Jangan salah paham, saya nggak bermaksud jahat dan berusaha mengambil kesempatan dari kamu. Saya akan pulang setelah kamu makan."

Yashica meringis lebar dalam hati. Tampaknya, rencananya berjalan sesuai harapan. Sangat mulus. Artikel konyol di internet itu ternyata sangat berguna untuk penipu seperti dirinya. Iya, penipu. Itulah dirinya sekarang.

**

Yang pengin baca cepet bisa ke Karyakarsa. Untuk yang pengin nanyain sesuatu, bisa DM ke Instagram @titisanaria karena saya aktif di IG jadi bisa fast respons di sana. Tengkiu...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top