GAME 02
.
.
.
"Ini... tidak mungkin." Suara Metawin agak berbisik.
.
"Aku tahu," sahut Bright sinis. "Tampak mungkin bagiku."
.
"Tapi ini Dew, dia sangat pendiam dan hal itu sangat tidak mung─"
.
"Kau mau bertaruh?" seringat jahat Bright terbit, mengundang Metawin untuk ikut andil dalam permainannya untuk kesekian kali.
.
"Apa keuntunganku jika ikut?" Bright melihat Metawin mengulum bibir penuhnya, melihatnya saja Bright sudah kehilangan kewarasan. Shit, makhluk berlabel sepupunya itu memang benar-benar kelemahan terbesarnya.
.
"Apapun permintaanmu, Win." Metawin menatap Bright yang kini malah sudah membuka majalah berisi wanita-wanita berbakaian nyaris atau bahkan tidak sama sekali yang sungguh tak pernah Metawin ingin lihat. Ia berdecak, menatap senyum Bright yang tercetak beberapa mili dengan alis yang sengaja dinaikkan. Bocah itu benar-benar─ish, menyebalkan.
.
"Baiklah, aku ikut!"
.
Karena tanpa menunggu jawaban itu keluar dari bibir Metawin yang menggoda, Bright sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanpa permainan inipun hasilnya pasti akan sama.
.
.
.
[ ─Game-]
.
.
.
Win Metawin dan Bright Vachirawit. Kedua pemuda itu adalah sepupu, ibu Bright adalah adik dari ibu Metawin. Dan seperti yang terlihat keduanya memang begitu dekat. Sangat dekat. Dan semua itu bermula bahkan ketika dua pemuda itu masih bocah.
.
Rumah Bright berada tepat disebelah rumah Metawin, kedua keluarga itu memang segaja membeli dua rumah yang saling berdekatan supaya mereka tidak saling berjauhan karena memang hanya ada kedua saudara itu yang masih ada didunia sedang kedua orang tua mereka sudah dua lama meninggal.
.
Bright kecil dulu selalu merengek jika Metawin tak mau sekolah sedang dia sangat suka sekali sekolah. Ya, keduanya sekolah di sekolah dasar yang sama di kelas yang sama pula. Bright yang postur tubuhnya lebih kecil dan wajahnya tampak cantik kadang selalu diejek karena tubuh kecilnya yang tampak seperti anak perempuan, berbanding terbalik dengan Metawin. Meski wajahnyapun tampak begitu cantik, sifatnya yang pemberontak dan tubuhnya yang terlihat lebih besar dibanding anak seusianya menjadikan Metawin menjadi sosok yang ditakuti. Apalagi warna kulitnya yang agak tan karena sering main diatas atap rumah.
.
Tapi, jangan memandang buku dari covernya. Ya, begitulah kata pepatah. Dan jangan memandang kedua bocah itu hanya dari penampilan mereka.
.
Karena menurut Metawin, pemuda bernama Bright Vachirawit itu adalah makhluk paling mesum yang pernah dia temukan di dunia.
.
"METAWIN NGGAK MAU SEKOLAH MA!! METAWIN NGGAK PUNYA TEMEN GARA-GARA BRIGHT DI SANA!!!"
.
Bright bisa mendengar teriakan Metawin dari balik pintu kamarnya, dengan seragam lengkap plus tas yang sudah bertengger nyaman dipunggung kecilnya. Menatap ibu Metawin yang hanya tersenyum ramah mendengar teriakan putra satu-satunya itu. "Nah, Bright dengar sendiri. Metawin sedang ngambek nggak mau sekolah. Bright berangkat sendiri bagaimana?"
.
Wajah Bright berubah keruh, ia sekolah kan karena ada Metawin di sana. Kalau Metawin ngambek begitu masa dia harus mengorbankan Metawin demi sekolah sih.
.
"Tapi kata bu guru hari ini ada ujian terakhir sebelum Semester genap di mulai ma, kalau Metawin nggak sekolah nanti nilainya bisa lebih parah." Jelas Bright dengan serius, ya serius. Karena ini menyangkut ada dan tidak adanya Metawin disisi seorang Bright Vachirawit.
.
Ibu Metawin menimbang-nimbang, ia menghela nafas sebelum menepuk pundak kecil Bright. "Kalau begitu Bright bisa bantu mama memaksa Metawin untuk pergi sekolah?"
.
"Tentu saja."
.
Mendengar jawaban yang semulus jalan tol dari bibir Bright, ibu Metawin buru-buru mengecup dahi Bright sebelum beranjak. "Oke, mama akan siapkan sarapan dan Bright bangunkan Metawin."
.
Lantas, dengan perginya ibu Metawin menyiapkan sarapan tanpa ba-bi-bu atau prakata yang sungguh tak di perlukan Bright dengan cepat membuka pintu kamar Metawin, menatap sebal gundukan bernama Win Metawin yang sedang bergelung nyaman di dalam selimut hangatnya. Tch, menyebalkan sekali. Pikir Bright. Ia jadi merasa bersaing dengan selimut datar itu.
.
"Metawin, sekolah yuk!"
.
Suara itu datang bersama beban berat yang tiba-tiba membuat Metawin berteriak. "BRIGHT BERAT!!! AKU NGGAK MAU SEKOLAH, BODOH!!"
.
Di atas tubuh Metawin Bright tersenyum, "Metawin benar-benar nggak mau sekolah?"
.
Win menyipitkan matanya melihat gelagat sok manis Bright. Sepupu menyebalkannnya ini selalu punya hal-hal menyeramkan jika menunjukkan senyum manisnya. "Eng─enggak."
.
Bright tahu Metawin ragu, dan itu sangat manis. "Kenapa Metawin nggak mau sekolah?"
.
Melihat Metawin bungkam Bright menghela nafas, bocah yang sama-sama berusia dua belas tahun itu saling tatap. Satu dengan wajah tertekuk dan satunya lagi dengan wajah yang terlampau ceria. "Apa karena ini?"
.
Mata Metawin membola, bibir penuhnya dikecup lagi oleh Bright─sepupunya. Dan kali ini malah dengan durasi yang lebih panjang!
.
"YAH!! BERHENTI MEMAKAN MULUTKU!!" Metawin sudah histeris, bocah itu semakin beringsut kedalam selimut yang tertindih oleh Bright pula. "Kalau kau tidak segera mandi aku akan memakan yang lainnya juga, Win!"
.
Mendengar ancaman Bright mau tak mau Metawin berguling, melepaskan diri dari tindihan Bright dengan paksa lalu mendumal sepanjang langkah menuju kamar mandi. "PERGI KAU DARI KAMARKU!! JANGAN COBA-COBA MENGINTIPKU MANDI!! DASAR MESUM!!!"
.
Dan tentu saja, tawa bahagia Bright menggema bersamaan dengan gebrakan pintu kamar mandi Metawin. Memang benar Metawin mengatainya mesum, memang benar Metawin selalu kesal padanya, memang benar Metawin tak punya teman karenanya. Tapi, semua hal itu dilakukan Bright semata-mata karena Bright menyayangi sepupu cantiknya itu. Dia tak mau berbagi Metawin dengan siapapun juga. Dan Bright rasa Metawinpun tak keberatan denga semua yang dia lakukan. Meskipun Metawin berkoar-koar jika dirinyalah yang akan melindungi Bright karena perbedaan tinggi dan besar tubuh keduanya yang memang agak mencolok. Nyatanya, justru sebaliknya.
.
Karena Bright itu menakutkan, jangan tertipu dengan wajah yang kata orang-orang itu cantik. Manusia bernama Bright Vachirawit itu menakutkan, lebih menakutkan dari anjing tetangga sebelah yang selalu menggonggong pada setiap orang yang lewat di depan rumahnya.
.
.
.
.
.
"Sudah kukatakan bahwa itu mungkin, Win." Untuk sejenak Bright melepas kulumannya pada telinga Metawin. Membiarkannya menggeram lantas melanjutkan sapuan lidahnya pada leher jenjang Metawin sungguh terlihat tengah menggoda birahinya sekarang.
.
"Astaga, Bright! Hentikan, ini masih jam istirahat bodoh!" rontaan Metawin tetaplah tak mengubah apapun. Bright masih sibuk dengan leher Metawin sedang si empunya kini malah tengah menahan desahannya yang hampir menguar saat jemari lincah Bright sudah mulai menyapu daerah paha.
.
"Kau tahu, aku rasa seks disaat seperti ini cukup menarik." Untuk sejenak mulut Bright berhenti menjamah leher Metawin. "Kau mau aku berhenti?"
.
"Tidak, ahh.. tapi, Dew dan majalah porno itu sama sekali tidak mungkin bagiku." Bright tertawa, suaranya rendah dan berbahaya. "Kau tak pernah tahu wajah asli seseorang, Win. Berhentilah bersikap naif seperti itu. Di dunia ini tak ada satu orangpun yang tak pernah berbuat dosa."
.
"Bright." Metawin mengerang memanggil namanya. Otot-ototnya menegang, tubuhnya membusur dengan begitu indah, dan Bright kembali membuat Metawin tunduk dalam kungkungannya.
.
Dalam remang yang riuh derap kaki, Bright memilih mengacuhkan berbagai hal yang mungkin saja bisa terjadi saat keduanya dalam keadaan yang begitu nikmat. Dan sekali lagi, persetan dengan semuanya. Bright hanya menginginkan Metawin, sekarang untuknnya tak perduli lantai dingin itu membuat sakit punggung Metawin, tak perduli jika sewaktu-waktu anggota Osis lain tiba-tiba datang dan masuk.
.
"Aku akan melakukannya dengan cepat, bersiaplah."
.
Sambil melepas tautan celana Metawin Bright mengecup seluruh sisi wajah Metawin yang entah bagaiman tampak begitu menawan. Menekan milik keduanya agar saling sapa untuk beberapa detik singkat sebelum mulut nakal Bright mengambil alih sisanya.
.
Di antara kedua paha Metawin Bright menekan wajahnya. Menyelip masuk, membelai single hole Metawin yang panas membara dan berkedut─terangsang karenanya. Tak mengabaikan milik Metawin yang juga ikut membengkak karena ulahnya, Bright mengecup ujungnya yang sudah mengeluarkan precum lantas tersenyum begitu licik. "Aku mulai, Win."
.
Pada sentuhan pertama jemari Bright memasuki single holenya Metawin hanya bisa gemetar menahan perih sembari mendongakkan kepalanya ke belakang. Dipicu oleh reaksi ini, Bright kembali memasukkan jemarinya yang lain untuk memenuhi rung sempit yang menjepitnya begitu erat. Mengulum milik Metawin dengan semangat, membiarkan desahan Metawin menjadi satu-satunya dawai indah yang menggema di lempeng telinga keduanya dengan ritme yang konstan hingga Win mencapai klimaks.
.
Desahan itu berubah menjadi jerit tatkala Bright makin main-main dengan lidahnya yang sekarang menjilat single hole Metawin. "Cepat akkhhh.. Brighthhh!"
.
Menarik diri, Bright membuka celananya dengan cepat, menindih Metawin, kemudian menekan─nyaris mendorong- dirinya masuk kedalam Metawin.
.
Mengerang begitu keras, Metawin bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar menerima milik Bright yang entah bagaimana setiap hari bertambah menyesakkan untuknya. Merespon erangan Metawin dengan begitu baik. Bright masuk lebih dalam, mengisi setap celah dengan begitu keras dan cepat.
.
"Akhhh akkhh.. ahh.. akkhhhh,"
.
Keduanya saling melahap dan hal itu nyaris membuat Metawin hampir gila, Bright benar-benar nyaris membuatnya gila karena klimaks keduanya bahkan hampir datang sekali lagi. Ia tak lagi bisa berpikir jernih. Perduli setan dengan dosa. Perasaan itu tumbuh dan tumbuh didalam dirinya, membakar intisarinya dengan begitu menakjubkan, membangun intensitas yang nyaris tak bisa Metawin tampung. Menekan wajahnya pada Bright Metawin membelitkan lidah keduanya untuk menahan jeritan yang tertahan bersama semburan panas yang mengalir disela-sela pahanya.
.
Tapi sayangnya, saat ledakan gairah itu membuat Metawin tak sadar karena terlalu lelah menerima semuanya knop pintu ruang Osis itu tiba-tiba berputar. Terbuka dengan perlahan menampilkan wajah dengan senyum menawan yang begitu keduanya kenal.
.
"Win, Apa kau ada di dalam?"
.
.
.
.
.
[w/n : oke, badut cut. badut ga kuat... butuh pencerahan. Hehe. Akhirnya jadi chapter, hmph... yaudah, gapapa utang banyak yang penting kalian senang. Eaaaa. Maaf kalo adegan anunya kurang memuaskan, semoga suka, semoga bahagia, silahkan vote dan komen jika kalian berkenan. Salam Sayang! Lian]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top