9. Rules
Arjun membuka pintu ruangan yang sudah ditempati oleh teman-temannya. Semuanya sudah berkumpul karena Nebara dan Fadlin memanggil mereka, bertepatan dengan ada yang harus Arjun bicarakan.
"Akhirnya lu dateng juga." Ujar Fadlin
Mereka berada di rumah kecil milik keluarga Nebara, meskipun kecil tapi luas untuk menmpung mereka berenam atau bisa ditambah bebebrapa orang lagi. Semua benda yang ada di rumah ini adalah hasil sumbangan dari mereka masing masing, baik itu kursi, meja, lemari baju, kulkas, dan sebagainya. Bahkan ada alat musik, alat memasak dan yang lainnya meskipun tidak lengkap.
Arjun duduk di kursi yang biasa ia tempati. Sebenarnya tiap kursi mempunyai hak milik masing masing, meskipun tidak ditentukan awalnya tapi itu berjalan begitu saja.
"Udah pada makan?" Tanya Aksan, ia memiliki hobi memasak jadinya ia sering memasakan makanan jika ada yang belum makan.
"Clear." Jawab Nebara yang di angguki semuanya
"Mau ngapian lu pada manggil kita ke sini? untung gak ada orang di rumah." Tanya Glean, ia lumayan patuh dengan peraturan ketat keluarganya. tapi namanya juga masih muda di tambah ia laki laki, jadinya ia kadang kadang melanggarnya.
"Sumpek gua di rumah, jadinya ngajak ke sini. Lumayan bisa main Ps." Ujar Nebara
"Hooh, masih pusing gua ngurusin kerjaan nyokap. Jarang gak ada." keluh Fadlin
Yang lain hanya geleng geleng kepala, apalagi Arjun yang tidak habis pikir. Musim seperti sekarang itu sangat susah mencari pekerjaan apalagi di usia yang seharusnya belajar untuk kuliah dan juga belum berpengalaman.
"Ada bagusnya kalian gabut ngumpulin kita. Gua ada yang harus diomongin." Ujar Arjun yang membuat semua perhatian berfokus kepadanya
"Apaan?" Tanya Zreal
"Kayaknya gua salah pilih cewek." Ucap Arjun sambi mengghea nafas
"Tumben lu ngomong gitu." Ujar Nebara
"Biasanya langsung di gas ae tipe apapun ceweknya." Timpat Aksan
"Ck, bukan itu." Ucap Arjun
"Terus apaan? Belum juga kita beraksi lu udah nyerah gitu aja?" Tanya Zreal
"Lagian lumayan tuh komisinya di tambah berlipat lipat." Lanjut Fadlin
Lagi-lagi Arjun menghela nafas. "Gua diancem sama Kakak-kakanya." Ucapnya
Sontak membuat mereka semua dia, lalu tidak lama kemudan tertawa terbahak bahak kecuali Arjun sendiri yang sudah menduga akan seperti ini.
"Lah cuma di ancem ma kakak kakaknya doang lu mundur." Seru Nebara sambil tertawa
"Letoy juga lu cuma di ancem gitu doang sampe mo mundur." Dilanjutkan Fadlin yang juga masih tertawa sambil memegang perutnya
"Baru tau gua, Arjunadbi ternyata banci." Ujar Zreal sambil memegang pegangan kursinya akibat tidak kuat tertawa.
"Asu njing." Umpat Arjun
"Sabar pak, sabar." Ucap Aksan sambil menepuk nepuk pundak Arjun karena ia duduk di kursi dekat orang yang sedang ditertawakan oleh mereka
Setelah tawa mereka mereda, Arjun hanya berdecih tidak peduli ia di tertawakan seperti itu. Salah kah ia bicara karena ancaman kakak-kakaknya Alvia tadi? Ia hanya cemas dengan orang orang yang ada di sekitarnya.
"Jadi, Pak letoy. Yakin lu mau cari cewek yang lain, lu yakin gak bakalan nyesel? Kesempatan buat nambah komisi gak bakalan datang dua kali bro." Ujar Glean sambil memainkan kalungnya.
Oke, perkataan Glean sang maniak kalung itu membuat arjun kembali berfikir. Tapi bagaimana jika--
"Emang apa ancaman yang kakak pacar lu bilang?" Tanya Fadlin sambil menompang dagu memperhatikan
"Ya, kalau gua macam macan sama dia, gua atau--"
"Ancaman itu kalau lu macem macm tolol, mikir dikit elah." jawaban Arjun di potong oleh perkataan Zreal
Perkaaan orang bertindik itu diangguki oleh semuanya.
"Lu kalau lagi ngomongin orang di sekitar lu, pasti kalutnya ampe gak bisa mikir." Ujar Nebara sambil terkekeh
"Sorry, gua emang kayak gitu." Ucap Arjun sambil memainkan kunci motor yang sejak tadi ia pegang
"Kita tau itu." Kata Aksan
Arjun tertawa berbarengan dengan kelima orang yang ada di ruangan itu, kadang kadang ini yang membuatnya heran dengan teman teman yang bergelimang harta mau berteman dengannya.
"Lagian jangan sampe rencana gua buat deketin cewek lu terbuang sia sia njir, mikir itu pake tenaga." Pungkas Fadlin yang membuat mereka sedikit meredakan tawa merea
"Iya, mikir itu pake tenaga." Ucap Zreal sambil tersenyum miring
Arjun hanya menghela nafas, percayalah pemikiran mereka yang sudah tercekoki oleh hal hal yang mewah ia tidak bisa menghentikannnya.
"Oke, oke. Tapi gua perbarui peraturan buat lu semua." Ucap Arjun yang mendapat kembali fokus orang orang
"Apa?" Tanya Glean
"Jangan sampe salah satu dari kalian jatuh cinta sama dia." Papar Arjun
"Itu berlaku buat lu juga."
<*Game Over*>
Seusai mereka membicarakan hal yang lain, Arjun berpamitan untuk pulang karena Uminya sudah menghubunginya untuk pulang dan membelikan sesuatu di mini market terdekat.
Arjun berjalan memasuki mini market tersebut dan mencari apa yang di perintahkan Uminya
"Lho De Alvi?" Sapanya kepada seseorang yang sedang berjongkok di jajaran permen yang berada di bawah.
"Eh A Nadbi." Ucap Alvia sambil berdiri menenteng premen yupi gummy bear kemasan kecil.
Arjun memalingkan wajahnya. Entah kenapa saat Alvia memanggilnya dengan nama tersebut membuat telinga Arjun memerah.
"Jajan juga A?" Tanya Alvia
"Iya, ada yang harus di beli, kamu juga lagi jajan De?" Tanya Arjun
"Heem, lagi punya uang jadi jajan." Jawab Alvia, ia baju hijau berlengan panjang dan celana olahraga, tapi ini yang membuat Arjun tertarik, ia selalu memakai kerudung yang menutupi dadanya. Kali ini berwarna biru
Ia terlihat memperhatikan jam tangannya dan sedikit terkejut, lalu melihat keluar.
"A, aku duluan. Udah kemaleman, sampai jumpa." Pmit Alvia yang sepertinya terburu buru.
"Kemaleman?" Tanya Arjun dalam hati
"Kalau gitu Aa anterin." Ucap Arjun
"Bawa motor sendiri kok." Tolak Alvia "Duluan A" Lalu ia meinggalkan Arjun dan membayar ke kasir dengan terburu buru, lalu menaiki motor matik hitamnya dan melesat begitu saja.
"Berbahaya jika ngebut secepat itu. Apa sedarurat itu sampai ia harus terburu buru?" Arjun bertanaya tanya dalam hatinya, namun setelah ia mengingat apa yang harus di lakukan.
Sementara itu di temat lain...
"Mampus, kelamaan milih njir." Alvia menggerutu dalam hatinya saat mengendarai motornya. Ia menambah laju motornya, ia sudah biasa seperti ini jika sedang terburu buru.
Setelah sampai di rumah orang tuanya, ia memasukan motornya ke dalam bagasi.
"Assalamualaikum." Salam Alvia saat memasuki rumah tersebut.
"Waalaikumsalam." Sahut orang orang yang sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Abis kebut kebutan kan?" Tanya Hilma sambil memakan rengginang buatan Mamanya dan Tante tetangga. Ia sedang menonton televisi, maksudnya mengutak atik ponselnya ditemani televisi yang menyala.
"Kok tau?" Tanya balik Alvia sambil menenteng keresek berisi yupi berukuran paling kecil.
"Tuh.." Hilma menunjuk dengan dagunya ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 19.15
"Hehe." Alvia menggaruk belakang kepalanya yang masih tertutup kerudung birunya.
"Yaudah sana masuk." Suruh Hilma
"Laksanakan!!" Seu Alvia langsung pergi memasuki kamarnya, sedangkan Hilma hanya geleng geleng kepala dan kembali fokus dengan ponselnya.
"Selamat.." Ucap Alvia di dalam hatinya. Ia selamat dari konser Kakaknya malam ini, tidak tahu nanti. Dan Alvia tidak ingin membayangkannya.
___________
Tbc :)
Jumat, 26 Februari 2021
Adv85sv
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top