7. Salah masuk kandang

Alvia pergi meninggalkan enam orang laki laki yang sepertinya otak mereka sudah di penuhi ide jahil, ia bahkan sampai geleng geleng kepala ketika kembali mengingat kembali kelakuan mereka.

Ah, ia sampai lupa untuk mnghubungi Arjun untuk menyimpan nomornya. Tepat setelah mengirim pesan kepada arjun, ia teringat harus pulang cepat hari ini. Alhasil ia mencari nama yang ingin ia mintai bantuan.

A Aldi

A, nanti jemput dede dong

Bayar

Jadi lanceuk perhtungan amat
Udah kaya juga

Alvia yang sudah sampai di kelas disapa teman-temannya yang sedang berkerumun entah sedang membicarakan apa, hanya tersisa Klea yang ada di tempat duduknya. Ia terlihat fokus melihat ponselnya dengan komik di layarnya.

Beliin ciki

Dede boke A, elah

Bukannya punya pacar? Minta anterin pacar lah wkwk
Oh iya, kan cuma halu wkwk

Malu lah A
Asli njir, masih aja gak percaya

Kalau beneran punya, minta anterin sana

Alvia membaca pesan itu langsung kesal, benar bnar mereka tidak mempercayainya. Dengan kesal ia membuka roomchanya dengan Arjun.

A Nadbi

Nanti bakalan pulang bareng gak A?

Boleh. Cie.. pengen banget
diboncengin pacar

Gak juga sih. Toh kakak
ipar ku juga cogan

Biar kakak ipar ku gak jemput hari ini

Ohh, iya deh masa puya pacar gak dianterin pulang wkwk

Toh angkot pun ada

Kan biar romantis De

Alvia yang membaca itu mengidik ngeri, sungguh malas jika berhubungan dengan keromatisan.

Najong ih A, jan romantis romantis ma Dede apalagi kek
kemarin di hapadan temen temen ku
ilfell kata mereka

Iya deh, Aa romantisnya ma Dede aja wkwk

👍👍

Setelah mengirimkan pesan terakhir Alvia tersenyum mengerikan, Klea yang ada di sampingnya melirik lalu mengidik. Mungkin ia berpikir Alvia mulai edan.

"Awas aja dasar lanceuk laknat semua, gua buktiin beneran baru pingsan semua." Ucap Alvia sambil mengeratkan kepalan tangannya. Ia tidak sabar untuk pulang.

"Woi woi, guru BK, guru BK." Ucap Rean, salah satu teman laki-lakinya

Alvia yang sedang duduk pun kaget dan menyimpan ponselnya di bawah buku dan berpura pura membaca, setelah guru BK sudah tidak terlihat lagi ia kembali membuka ponselnya dan membaca aplikasi membaca komik.

<*Game Over*>


"Pulang kuy." Seru Villia

"Kuy!!" Timpal Willia dan Klea

Alvia yang melihat itu hanya geleng geleng kepala, ia menggendong tasnya dan berjalan mengekori mereka yang sudah terlebih dahulu berjalan.

"Wah, Al. Pacar playboy lu jemput noh." Celetuk Willia yang melihat Arjun di depan kelas Alvia


"Yang mau romantis-romantisan mah beda ya." Sahut Klea

"Kan baru aja pacaran kemaren lusa, jadi masih manis manisnya." Lanjut Villia

"Palingan bentar lagi juga putus." Celetuk Klea yang membuat mereka berlima termasuk Arjun terdiam.

Klea yang sadar akan celetukannya yang menyakitkan menengok ke arah belakang tempat Alvia berada, Willia dan Villa juga mengikutinya, jangan lupakan Arjun yang juga terkejut dengan omongan teman Alvia.

"Apa mereka gak bisa memikirin perasaan orang lain? Lagipula Alvia itu cewek, bukan cowok woi." Dialog Arjun dalam hati

Mereka semua tegang karena Alvia tidak mengucapkan apa-apa di tambah ia juga menunduk.

"So-sorry Al, gua gak mak--"

Alvia menegakan pandangannya yang membuat perkataan Klea terputus

"Yah, karena kita bakalan putus jadi wajarkan romantis-romantisan gini." Ucap Alvia sambil tersenyum yang membuat Arjun, Klea, Willia, dan Villia terkejut.

"Jangan iri gitu, kalian punya tampang yang jauh dari gua. Jadi kalian pasti punya yang bakalan kek gini." Lanjutnya sambil menghampiri Arjun

"Kalau gitu gua duluan, mau bareng Ma A Nadbi," Pamit Alvia "Ayo A."

Alvia meninggalkan mereka di ikuti Arjun, entahlah apa yang mereka bertiga pikirkan.

"De Al." Panggil Arjun. Mereka sekarang berjalan beriringan menuju parkiran sekolah

"Ya, A?"

"Kamu gak papa?" Tanya Arjun

"Hm? Gak papa." jawab Alvia "Kenapa emangnya?" Tanyanya

"Kamu gak sakit hati diomonin gitu sama sahabat kamu?" Tanya Arjun

"Kata siapa mereka sahabat Dede?" Tanya balik Alvia

"Lho, kalian kan suka barengan, sekelas, dan nyambung kalau bercanda, emangnya itu gak sahabatan?" tanya arjun

Alvia terkekeh mendengar hal itu, "Pengennya sih gitu, tapi mereka cuma temen biasa yang lebih akrab." Jawabnya

"Lagian sahabat itu apa? Itu yang masih jadi pertanyaan Dede." Lanjutnya

"Ya, yang deket saa kita, yang ngerti kita, atau mungkin yang nyaman sama kita plus ada di saat suka atau duka." Ungkap Arjun

"Kalau gitu, kenapa repot repot manggil orang lain sahabat yag mungkin cuma mengambil keuntungan doang? Diri sendiri mungkin lebih tepat dikatakan sahabat, secara dia yang selalu ada di dekat kita, yang tahu kita, yang nyaman sama kita, plus nemenin pas lagi happy atau sedih kan?" Alvia mengutarakan hal itu

"Lagi pula, Dede udah sering di khianati sama kata kata sahabat. Dede bahkan gak percaya sama kata itu." Alvia mengucapkannya dlam hati. Bisa jadi masalah kalau ia terlalu banyak mengutarakan pemikirannya

Arjun terkekeh mendengar ha itu, mungkin puas dengan penjelasan gadis di sampingnya.

"Ngomong-ngmong, motor Aa yang mana?" Tanya Alvia

Arjun yang baru sadar sudah berada di parkiran pun terkejut lalu berlari menghampiri motor miliknya, tanpa disadari Alvia tersenyum melihat ia kelabakan tiba tiba lupa di mana tempat motornya di parkirkan.

<*Game Over*>

"De rumah kamu masih yang catnya biru?!!" Tanya Arjun yang sedang mengendarai motornya menjuj kediaman Alvia

"Iya A!!" Jawab Alvia

Setelah mereka mendekat ke arah rumah Alvia, Arjun mengerutkan dahi. Begitu juga Alvia yang merasa ada yang aneh dengan rumhnya.

Bagaimana tidak, dari jarak yang menipis ini ia bisa melihat dengan jelas akibat kacamatanya mulai dari Kakak pertamanya bersama kakak ipar plus sang keponakan sedang bermain di halaman rumah, ditambah kakak keduanya yang sedang duduk di teras rumah, ditambah sang Mama yang sedang menyiram tanaman Papanya.

Ya, memang itu situasi biasa saja jika hanya ada Mamanya saja. Tapi, ini ditambah kakak kakaknya yang sangat jarang keluar apalagi nongkrong di depan rumah di siang yang lumayan cerah ini.

Ketika motor Arjun berhenti tepat di gerban kecil itu, semua pasang mata kecuali keponakannya melihat alvia turun dengan intens. Alvia bahkan agak merasa kedinginan ketika diperhatikan seperti itu.

"Makasih A." Ucap alvia tulus

"Sama sama." ujar arjun

"Mau mampir dulu?" Tanya alvia

"Kayaknya G--"

"Wah wah kayaknya ini yang kemarin ya?" Seru Hilma yang berjalan ke arah Alvia dan Arjun

"Iya nih, keknya sama." Timpal Agnia yang juga menghapiri

Alvia memutar mata malas, kakak kakaknya mulai berulah lagi.

"Ajak masuk dulu lah De." Ucap Hilma

"Hooh, ajak minum dulu." setuju Agnia

"Iya De, keknya bakalan seru nih kumpul kumpul." Seloroh Aldi sambil menggendong Alisha

Alvia menghela napas, "Gimana A? Udah ditawarin kek gini bahaya kalau nolak." ucapnya

Arjun yang mendengar itu pun tersenyum, "Gak papa, gak bakalan nolak kok kalau yang nawarin sebanyak ini." Ucap nya sambil mengangguk.

"Kuy lah. De suruh parkirin motornya di tempat biasa." Ujar Hilma yang diangguki dengan lesu oleh Alvia

Setelah Arjun memakirkan motornya yang Alvia tunjuk, mereka semua memasuki rumhh Alvia yang tidak kecil namun tidak besar juga. Alvia merasa ada yang aneh akan semua ini, namun ia diam saja.

"Assalamualaikum." Ucap Arjun ketika memasuki rumah Alvia, yang di jawab oleh semua orang

"Yuk yuk de, jangan sungkan." Agnia mempersilahkan Arjun duduk yang di angguki Arjun sambil tersenyum

"Dede masuk kamar dulu, mo simpen tas." Alvia meninggalkan Arjun bersama keluarganya dan pergi ke kamarnya. Sedangkan Agnia, Hilma dan Aldi duduk bersama Arjun

"Oke, kita mulai penyiksaannya." Bisik Hilma yang terdengar oleh semua orang yag berada di sana. Membuat bahu Arjun tegang seketika

"Salah masuk kandang nih gua."

_____________

Tbc :)
Senin, 22 Februari 2021
Adv85sv

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top