28. Mantan, teman, dan lainnya

"Lho, Juna ada di sini?" Tanya seseorang di depan mereka.

Arjun terkejut melihat orang yang memanggil namanya. Sialan, mantan paling menyebalkan di sepanjang ia pacaran.

Sedangkan Alvia menampilkan wajah bingung karena tidak mengenal orang yang ada di hadapannya.

"Siapa A?" Tanya Alvia kepada Arjun

"Lho, kamu gak ngenalin aku sama pacar baru kamu Juna? Jahat banget." Sela perempuan itu yang sepertinya lebih tua dari Alvia

"Dih," batin Arjun berdecih "buat apa lagian. Toh lu cuma mantan sama sampah."

"Kenalin," Orang tadi menujuk dirinya sendiri "mantan terindahnya Juna. Reya."

Arjun yang mendengar itu langsung merasa mual sekaligus jijik. Apanya yang mantan terindah, yang ada mantan terjijik yang ia punya.

"Kalau mantan terindah harusnya gak putus aja, ya kan?" Tanya Alvia

Bahu Reya seketika membatu, sedangkan Arjun malah tertawa namun ia berusaha menahannya.

Arjun meredakan tawanya, "Dia pacar gua yang terbaik, Alvia." Ucap Arjun memperkenalkan Alvia.

"Aku Alvia, salam kenal em, kakak kelas (?) " Ucap Alvia dengan tidak yakin.

"Selera kamu udah turun ya Jun, masa kamu bawa cewek yang mau jalan sama kamu aja pake baju kayak gini?" Tanya Reya dengan nada merendahkan.

Alvia memasang wajah bingung. Ia memakai kaos berlengan panjang warna biru tua dipasangkan dengan celana kulot warna abu abu, ia juga memakai kerudung segitiga warna abu abu yang tentunya menutupi dada. Bukan kah ini pakaian lumayan untuk hanya acara jalan jalan?

Arjun yang ditanya hanya tersenyum miring, lalu menepuk nepuk pelan kepala Alvia, "Ini salah satu yang gua suka dari dia, apa salahnya?" Tanyanya balik

"Palingan nanti juga lu bakalan di buang sama Juna, meskipun pacar terbaik." Reya tersenyum miring ke arah Alvia.

Arjun kesal mendengar itu, sedangkan Alvia lanjut meminum es teh yang tadi ia beli.

"Ya emang sih, kita bakalan putus. Tenang aja Kak, kalau udah bosen A Nadbi bakalan mutusin Aku kok." Ucap Alvia

Arjun dan Reya terkejut dengan apa yang diucapkan Alvia.

"Jahat banget De Al, ampe ngomong gitu." Dengus Arjun setengah tidak rela

"Jadi," Alvia menjeda perkataannya "kakak ada apa ya ke sini?" Tanyanya. Ia tidak mengindahkan ucapan Arjun

"Hooh, ganggu orang pacaran aja." Dumel Arjun dengan nada rendah namun terdengar oleh kedua gadis itu.

Alvia berusaha menahan tawanya, sedangkan Reya sudah habis kesabarannya. Ia meninggalkan mereka berdua namun berhenti sebentar untuk mengatakan sesuatu lalu pergi, tentu saja terdengar oleh Alvia dan Arjun.

"Pemain sama mainan gak bakalan berakhir bahagia."

<*Game Over*>

Setelah menghabiskan beberapa waktu bersama, Arjun mengantarkan Alvia dengan selamat.

Alvia melihat seseorang keluar dari rumah sebelah, Arjun melihat laki laki yang sepertinya seumuran dengan pacarnya.

"Om!" Seru Alvia

Laki laki itu menengok ke arah Alvia. Arjun terkejut mendengar panggilannya, ternyata ia lebih tua darinya.

"Mau kemana?" Tanya Alvia

"Keluar." Jawabnya dengan raut wajah datar

"Dari mana?" Tanya laki laki itu

"Abis main, baru aja pulang." Jawab Alvia

Laki laki itu melihat ke arah Arjun lalu kembali ke Alvia.

"Pacar?" Tanyanya lagi

"Ya, bisa di bilang iya." Jawabnya sambil nyengir

"Kok 'bisa dibilang'? Kan emang beneran pacaran." Arjun memprotes jawaban Alvia

"Leh, marah. Iya deh iya A Nadbi pacarnya aku." Ujar Alvia sambil mengusap kepala Arjun

Laki laki tadi masih memperhatikan mereka, "Kalau gitu, duluan." Pamitnya

Alvia menghentikan usapan ke kepala Arjun, "Iya, hati hati!" Ujarnya

Laki laki itu pergi menggunakan sepeda motornya. Kini tiba giliran Arjun bertanya.

"De. Keliatannya dia seumuran sama kamu, tapi kok kamu manggil dia 'Om'?" Tanyanya

"Oh itu, Dede niru keponakan biar dia biasa manggil Dia 'Om'" Jawab Alvia

"Temen kamu?" Tanyanya lagi

"Temen masa kecil sebenernya. Tapi udah gak terlalu akrab sih, cuma saling sapa aja." Jawab Alvia

"Biasanya kalo temen masa kecil akrabnya kayak sodaraan, kok bisa gak akrab?"

"Dulu waktu SD Dede pernah nembak dia, meskipun gak secara langsung."

Jawaban Alvia membuat Arjun tersedak air liurnya sendiri. Apa? Nembak?

"Terus gimana?"

"Nggak di jawab, malah bikin jarak ampe sekarang."

Arjun langsung memincingkan matanya tidak suka, bisa dibilang ia cemburu.

"Padahal Dede baik kek gini malah di tolak." Dengusnya

Alvia tertawa mendengarnya, "Dede gak sebaik yang Aa pikirin, jangan terlalu berekspektasi."

"Pokoknya jangan selingkuh!" Tegas Arjun

"Palingan Aa yang selingkuh." Bisik Alvia

"Pokoknya jangan selingkuh, apalagi sama tu cowok. Pokoknya jangan."

Alvia hanya tersenyum dan mengusap ngusap kepala Arjun, "Iya iya nggak."

"Sana pulang." Usir Alvia

"Lah, ngusir pula?"

"Mau Dede panggilin A Aldi atau Papa?"

"Gak, gak perlu."

Alvia terkekeh mendengarnya. Arjun kemudian menaiki motornya setelah memakai helm, ia berpamitan kepada Alvia lalu pergi menjauhi rumah gadis itu.

"Ya, masa depan siapa yang tau sih." Gumam Alvia.

<*Game Over*>

Seminggu berlalu setelah Date pertama mereka. Alvia dan Arjun yang sedang menjalani Penilaian Tengah Semester 1 di sibukan dengan aktivitas masing masing, ya lebih tepatnya Arjun yang sedang berjuang untuk mendapat nilai sempurna di segala bidang pelajarnya.

Alvia? Dia hanya membaca sekilas bukunya lalu lanjut bermalas malasan. Ia sebenarnya tidak percaya diri untuk mendapat nilai bagus di PTS, apalagi pelajaran hitung menghitung dia sangat percaya hanya mendapat nilai rata rata.

"Enak ya jadi cowok, kalau udah punya sesuatu yang bagus pasti bakalan bagus dengan sendirinya. Lah cewek harus berjuang mati matian buat terus bikin sesuatu itu tetep bagus." Ucap Alvia kepada Aksan yang berada di depannya.

Mereka saat ini berada di taman yang pernah menjadi saksi keenam laki laki menunduk karena merasa bersalah kepada satu perempuan, termasuk Aksan.

"Nggak juga." Sahut Aksan

Alvia memajukan sedikit bibirnya, "Jangan ngerendah, bikin yang rendah udah gak ada lagi tempatnya." Dumelnya

Aksan tertawa mendengarnya, "Bukan ngerendah, tapi emang gitu kenyataannya."

"Nggak semua orang dianugerahi segalanya di dunia ini, semuanya seimbang menurut Alloh." Ucap Aksan

"Ada yang dianugerahi harta tapi nggak berusaha keras, kayak Zreal. Ada yang dianugerahi cinta tapi cuma berbekas kayak Glean. Ada yang dianugerahi kepintaran tapi nggak ada cinta kayak Fadlin sama Nebara. Ada juga yang merasa benar tapi salah semua kayak Aa." Lanjutnya

Alvia mengangguk membenarkan, memang semuanya ada di porsi masing masing yang di atur sedemikian rupa oleh Alloh.

"Ada juga yang udah dianugerahi segalanya tapi gak bersyukur, kayak kamu." Laki laki gondrong itu menyentil dahu Alvia

"Aduh, Dede bersyukur tauk!" Ringis Alvia

"Ada yang harus ngerasain kepahitan dunia dengan habis habisan demi orang terdekat tapi jalannya kurang bener, kayak Juna." Ucap Aksan

"A Nadbi emangnya kenapa?" Tanya Alvia

Tiba tiba dari belakang ada orang yang merangkul Aksan, "Dia bisa ngelakuin apapun demi keluarganya, meskipun caranya agak salah." Glean menjawab

Aksan langsung melepas rangkulan Glean, "Dia orangnya pekerja keras, tipe orang yang tau resiko besar tapi tetep di lewati." Ucap Aksan

"Dede liat aja sekarang," Ucap Glean "dia sekarang jarang komunikasi sama Dede kan? Dia itu sebenarnya lagi berjuang buat dapet beasiswa dari sekolah ini, makanya belajar mati matian. Bahkan dapet rangking 1 selama 4 semester ini"

Alvia menganga, ada pula yang kayak gitu?

"Ya, meskipun di sela sela itu dia tetep aja ngelakuin hal salah." Lanjut Aksan

"Keren dong kalau gitu. Dia ngelakuin itu buat keluarganya, terus sebagai Kakak tertua. Dede denger ia punya dua adek kan? Dia kayak A Asan dong, punya tanggung jawab." Sambut Alvia dengan semangat

"Ya iya sih, tapi caranya salah. Kayak Aa ngedidik Elan, tapi salah." Ucap Aksan

Alvia tidak paham, seberat itu kah menjadi seorang Kakak?

"Lupain itu. De, Aa mau tanya sesuatu" Pinta Glean

"Apa?" Tanya Alvia

Glean terlihat ragu menanyakannya, "Kalau salah satu dari kita bikin kamu sakit fisik atau batin, kamu bakalan ngapain?" Tanyanya

Alvia diam sejenak, "Mungkin bunuh pelakunya atau bunuh diri, selesai." Jawabnnya sambil tersenyum lebar

Aksan dan Glean memukul kepala Alvia sedikit keras

"Aduh, sakit A!" Seru Alvia

"Makannya kalau jawab itu yang bener." Terang Aksan

Alvia mencibir kesal, lalu ia menjawab "Mungkin kalau Dede tau alasannya bisa dimaafin dengan tanda kutip bakalan ngasih jarak. Tapi kalau nggak ada alasannya apalagi alasannya gak masuk akal, ya nggak ada pilihan lain."

"Pilihan lain?" Tanya Aksan dan Glean serempak.

Alvia memamerkan giginya, "Dede pukul yang bawahnya ampe bengkok dan gak bisa lurus lagi." Lalu berlari pergi meninggalkan kedua laki laki itu.

Mereka berdua langsung paham pun mengejar Alvia

"Jijik De!!" Seru Glean

"Awas aja kalau mikir jorok, De Alvi!!" Aksan juga berseru

Alvia tertawa mendengar mereka

"Itu Aa yang mikir jorok sama jijik, kayak yang lagi baca!!"

_______
Tbc :)
See You
Senin, 12 April 2021
Adv85sv :)

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1442 H!!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top