27. Date pertama

"Gimana, kapok gak ngajak Dede jalan keluar lagi? " Tanya Alvia saat mereka sampai di tujuan. Tunggu, di mana ini?

Arjun yang mendengar tersenyum kecut, "Ngajaknya sih nggak, cuma kalau izin sih bisa jadi." Jawabnya setelah meletakan helm di kaca spion motornya.

Alvia terkekeh mendengar jawaban Arjun. Ya, memang ia tidak menanyakan apa saja yang laki laki itu bicarakan dengan Papanya. Namun melihat ekspresi yang dipasang iya Arjun saat Papanya memberinya izin, ia seperti terlepas dari cengkeraman Singa.

"Btw, ini di mana A?" Tanya Alvia

Mereka berjalan menuju restoran yang berdiri tegak di depan sana

"Restoran enak yang Aa tau di sekitar sini. Lagian ini pertama kali kita jalan, jadi jangan jauh jauh dulu jalannya." Jawab Arjun

Alvia kembali melihat restoran tersebut, ia meragukan kalau selera kantongnya benar benar di sini.

Arjun berjalan terlebih dahulu memasuki restoran bergaya eropa klasik itu, gadis yang mengekorinya memperhatikan orang orang yang ada di sana dan juga makanan yang du sajikan di sana.

Ramai. Satu kata itu membuat Alvia kurang nyaman di sini, namun ia tidak berani mengajukan suaranyaa kepada Arjun.

Mereka duduk di salah satu kursi kosong. Arjun mempersilahkan Alvia duduk di hadapannya, lalu menyerahkan buku menu yang tersedia di sana.

Awalnya Alvia membaca sekilas, namun sesaat kemudian ia terbelalak membaca daftar menu yang ada di sini. Ia melihat ke arah Arjun yang masih fokus dengan buku menu tersebut, lalu ia kemudian membaca lebih teliti buku menu tersebut sekaali lagi namun tidak ada yang berubah.

"A." Panggil Alvia

Arjun tidak menjawab, mungkin karena agak bising dengan suasana ramai di restoran ini di tambah suara Alvia yang tiba tiba mengecil membuatnya tidak terdengar.

"Aa." Alvia memanggil lagi

Tidak ada jawaban lagi

"A Nadbi." Lagi, Alvia memanggil

"Kayaknya ini enak deh, Aa pesen ini. Kamu pesen apa?" Bukannya menjawab panggilan Alvia, Arjun malah membahas makanan yang akan ia pesan.

"A Arjun."

"Kamu pilih dulu, Aa panggilin pelayannya dulu."

Tunggu tunggu, Alvia tidak berniat atau berminat memakan makanan di sini.

"Tu-tunggu A--"

"Maaf, mbak!" Panggil Arjun kepada pelayan yang ada di sana

"Kak Arjun!" Kali ini Alvia memanggil Arjun dengan tegas dan dengan panggilan tidak biasanya.

Akhirnya Arjun mendengar panggilan Alvia. Ia memasang raut wajah bertanya, entah bertanya tentang nada tegasnya atau panggilan Alvia kepadanya.

"Dede gak mau makan di sini." Tagas Alvia

Arjun memasang wajah heran, "Kok gak mau? Di sini makanannya enak enak." Tanyanya

"Pokoknya nggak!" Bukannya menjawab, Alvia menegaskan perkataannya yang menambah bingung Arjun.

"Maaf, mau pesan apa?" Tanya pelayan yang tadi di panggil Arjun.

"Oh, ini--"

"Maaf Mbak, kami gak jadi makan di sini." Jawaban Arjun terpotong oleh perkataan Alvia

"Lho De, kok gi--"

"Sekali lagi maaf ya Mbak." Ujar Alvia sambil berdiri dari duduknya, "Ayo pergi." Lanjutnya setelah menunduk meminta maaf kepada pelayan tersebut lalu berjalan terlebih dahulu keluar dari restoran itu.

Arjun yang masih duduk bingung dengan tingkah Alvia akhirnya bangkit dan mengucapkan maaf kepada pelayan tersebut, ia kemudia menyusul pacarnya yang sudah ada di samping motornya.

"De, apa apaan sih, kok main pergi aja?" Tanya Arjun bingung dengan kelakuan Alvia

Alvia menghela nafas pelan, "Dede gak mau makan di sana, tapi Aa malah mau mesen makanan di sana." Jawabnya

"Tapi kan bisa obrolin dulu, bukan main langsung pergi aja."

"Dede tadi udah manggil manggil Aa beberapa kali, malah gak di jawab sama sekali. Yaudah Dede pergi langsung."

Alvia melihat Arjun mengehela nafas lelah, sepertinya acara jalan mereka berakhir begitu saja. Lagi pula Alvia melihat Arjun yang sepertinya lelah dan tidak bertenaga sama sekali, itu membuat Alvia tidak enak dengan acara jalan mereka.

"Kita pulang aja." Ucap Alvia

Arjun yang tadinya sedang menunduk mencoba meredam kekesalannya terkejut dengan apa yang diucapkan Alvia.

"Maksudnya?" Tanya Arjun

"Kita jalannya kapan kapan aja, sekarang kita pulang dulu." Jawab Alvia

"Tunggu, apa? Kamu mau langsung pulang aja?" Tanya Arjun memastikan. Alvia mengangguk membenarkan

Arjun menghela nafas, "Cuma karena aku salah dikit kamu marah sama aku, sampe mau pulang?"

Pertanyaan Arjun membuat Alvia terkejut. Bukannya ia yang salah, kenapa harus menyalahkan laki laki itu?

"Kenapa semua cewek harus selalu menang sendiri." Gumam Arjun

Alvia yang mendengar itu menatap datar Arjun

"Kak." Panggil Alvia. Arjun tersadar ucapannya terdengar oleh Alvia langsung melihat raut wajah gadis tersebut yang ternyata tidak baik, bahkan panggilannya juga berbeda

"Aku bukannya mau menang sendiri, bukan nyalahin Kakak, bukan mau bikin Kakak marah." Alvia menjeda ucapannya "Aku cuma gak mau bikin Kakak gak nyaman." Ujarnya

"Dari tadi aku perhatiin, Aa gak fokus sama sekali, gak merhatiin sekitar, kayak lelah, sama marah, makanya aku ajak pulang. Lagian aku juga kurang nyaman kalau yang ngajaknya aja keliatan gak mau jalan."

Alvia mengatakan itu sambil tersenyum kecil, membuat Arjun tersadar. Sejak tadi memang moodnya sedang tidak baik, namun ia berusaha baik di hadapan pacarnya. Tapi ia malah membuatnya tidak nyaman.

"Maaf kalau Dede mau menang sendiri kayak cewek yang lain. Dede emang cewek, jadi pukul rata aja biar gak jadi beban buat Aa nya." Ujar Alvia tidak berani menatap Arjun karena ia juga sedang menahan rasa kesalnya.

Arjun terkekeh mendengarnya, "Katanya semua jangan di pukul rata, ini malah pengen di pukul rata." Sindirnya

Alvia menatap Arjun tidak suka, "Ya kan gak gitu juga." Rajuknya

Arjun tertawa mendengarnya, membuat beberapa orang yang berada di pasrkiran menatap sekilas kepadanya.

"Maaf ya De, kayaknya mood Aa lagi gak baik." Ujar Arjun

"Gak papa kok, makanya ayo pulang." Ajak Alvia. Seketika bayangan menonton Anime terlintas di benaknya.

"Makasih udah balikin mood Aa jadi baik lagi, jadi kita lanjut jalannya." Tolak Arjun yang membuat bayangan Alvia hancur begitu saja.

"La-lah, kok gitu?"

"Biar nge-date kita gak gagal."

Arjun memasangkan helm di kepalanya dan kepala Alvia lalu menaiki motornya, "Ayo, kita lanjutin." Ajaknya

Alvia menghela nafas saja, ia mengikuti gerak Arjun menaiki motor laki laki itu, kemudian mereka bergerak menuju tempat yang Arjun yakini Alvia suka.

<*Game Over*>

Arjun ternyata mengajak Alvia ke tempat pedagang kaki lima berjejer. Tempat ini memang di khususkan untuk para PKL, jadinya harga di sini tidak terlalu mahal dan masalah ramai atau tidaknya tergantung memilih tempatnya.

"Cireng?" Tawar Arjun

Alvia menggeleng, "Cireng enakan makan di sekolah, di luar sekolah rasanya jadi inget ganasnya pelajaran." Tolaknya

Arjun tertawa mendengar jawaban Alvia yang menurutnya lucu. Memang kadang bersama gadis ini semua yang diucapkannya. terasa menggelitik telinga Arjun.

"Jadi," Arjun meredakan tawanya "mau jajan apa?"

Alvia melihat lihat kedai kedai yang berjejer panjang ke depan sana, "Kayaknya mau beli es teh dulu deh di sana," Ia menunjuk kedai minuman "terus beli cilok sama sosis bakar." Jawabnya

Arjun menganggukkan kepalanya, "Kalau gitu, Dede beli es teh dulu buat kita, Aa beli cilok sama sosis bakarnya. Gimana? Biar cepet." Tanyanya

"Oke, nanti kalau udah Dede samperin." Jawab Alvia sambil ngacir ke kedai minuman.

Arjun geleng geleng kepala melihat tingkah laku pacarnya ini, baru kali ini ia mendapat pacar model Alvia. Biasanya, meskipun para mantan pacarnya memang jauh dari radar kefakboyan Nebara dan Fadlin, namun tetap saja jiwa cewek rempong mereka sama dengan korban kedua temannya itu.

Arjun yang selesai membeli cilok untuk mereka berdua, langsung ke kedai sosis bakar. Alvia sepertinya belum selesai dengan urusannya, membuat Arjun menambahkan porsi untuk mereka berdua.

"Udah A?" Tanya Alvia di sampingnya begitu Arjun membayar pesanannya.

"Udah, ini." Jawab Arjun menunjukkan belanjaannya.

Alvia mengangguk, "Kita duduk di sana yuk, gak terlalu ramai di sana." Tunjuknya ke tempat duduk yang sama seperti di taman di dekat rumahnya.

Jaraknya tidak terlalu jauh dari kedai terdekat, membuat Arjun mengangguk setuju lalu mereka berjalan berbarengan ke tempat duduk itu.

"Ciloknya enak." Ucap Alvia setelah menelan salah satu cilok yang berlumuran bumbu kecap, saus dan sambal. Arjun sependapat denganya.

"Btw, kenapa kamu nolak makan di restoran tadi? Padahal kan teduh, makanannya enak, dan lebih kejamin kebersihannya." Tanyanya

Alvia mengentikan cilok yang sebentar lagi mendarat di mulutnya, "Pertama, Dede belum tau itu sesuai dengan lidah." Ia mengatakan itu dengan didampingi jarinya yang menujukan satu

"Kedua, emang kejamin kebersihannya tapi Dede berani jamin lebih enak makan makanan biasa tanpa embel embel nama yang menyesakan mata."

"Ketiga, emang di sana sama di sini teduhnya beda? Toh sama sama teduh. Lagian di sana lebih rame dari pada di sini, itu yang buat Dede gak nyaman." Alvia menyelesaikan alasannya.

Arjun hanya terkekeh dengan geleng geleng kepala

"Satu lagi," Ia mendapat perhatian penuh dari Arjun "harga makanannya 10 kali lebih mahal dari pada di sini. Itu bisa buat jajan Dede berbulan bulan."

Arjun terbahak mendengar alasan terakhirnya, Alvia yang tidak memiringkan kepalanya tidak paham bagian mana yang lucu

Laki laki itu pun meredakan tawanya, "Sekalipun Dede makan di sana, Aa bayar kok." Ucapnya

"Lah, Dede gak mau punya utang sama Aa. Cukup pas pulang di anterin aja sama pas di traktir di kantin atau hadiah tiap minggu aja." Seru Alvia

"Lah, kan di mana mana cowok yang bayarin cewek. Kalau cewek bayar sendiri, malu dong cowoknya yang ngajak makan."

"Cowok juga punya gengsi tinggi ya."

"Ya, setara lah sama gensinya cewek."

Mereka tertawa setelah itu. Suasana yang tidak terlalu ramai dan mereka yang duduk di tengahi oleh makanan dan ponsel yang mereka bawa, membuat Arjun dan Alvia sama sama nyaman.

"Lho, Juna ada di sini?" Tanya seseorang di depan mereka berdua

Apakah ini yang dinamakan mantan perusak suasana?

____________
Tbc :)
See you
Jumat, 09 April 2021
Adv85sv

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top