24. Sedikit Normal
Kehidupan Alvia akhirnya kembali normal. Meskipun tidak semuanya namun sedikitnya ia bisa menikmati pagi tenangnya, tontonan Anime yang semakin banyak, dan tentu saja tugas tetap menumpuk dengan pemahamannya yang kurang cepat.
Ya, memang beberapa malam setelah apa yang sudah terjadi hari itu membuatnya sedikit depresi. Namun tidak mengarah kepada melukai diri sendiri, hanya saja melakukan apapun dengan terlalu berlebihan.
Seperti pada dua hari setelah kejadian itu, ia terlalu banyak menonton karena bertepatan dengan hari libur hingga matanya merah karena semalaman tida tidur. Hasilnya? Ceramah habis habisan dari kakak keduanya hingga mengancam semua koleksi anime yang selama ini ia kumpulkan akam di hapus, itu bagai mimpi buruk dalam mimpi buruk.
Tapi tidak lagi, itu hanya caranya agar tidak melepaskan berbagai emosi yang mendesak agar keluar.
Dan seperti yang Alvia katakan, ia menjaga jarak dengan pacar dan teman teman pacarnya. Ia bahkan memanggil mereka dengan panggilan 'Kakak' dan terkadang tidak bisa menahan ekspresi jijik terhadap orang orang kurang ajar itu.
Oh iya, keesokan harinya setelah insiden ia jatuh, ia menjadi tranding topic di jajaran para penggosip di sekolahnya. Namun untungnya ia hidup dan bersekolah di Indonesia, kabar itu menyurut setelah 3 hari kemudian dan tergantikan dengan topik hangat yang lainnya. Beruntung juga Alvia.
"Nih cireng lu." Ucap Klea sambil menyodorkan plastik berisi cireng dengan taburan bubuk cabe
"Makasih." Sahut Alvia senang.
Seperti biasa, ia pasti menitipkan jajanannya kepada ketiga temannya karena ia sibuk di kelas dengan deretan husbu barunya.
"Kembaliannya jadi ongkir ya." Seru Villia
"Iya deh iya, mumpung gua lagi baik, gua kasih kembaliannya." Ucap Alvia sebelum meniup niup cireng yang masih mengeluarkan asap panas.
Mereka mengobrol tentang apapun yang dapat diobrolkan. Alvia lebih banyak diam karena terlalu fokus dengan cireng yang ada di tangannya, sepertinya makanan ini akan menjadu bencana bagi perut dan kantong Alvia.
"Enak kayaknya, mau dong De." Ujar seseorang sesaat sebelum Alvia menggigit cirengnya. Gangguan kembali.
"Beli sendiri gih, wong dompet tebel juga." Sahut Alvia melanjutkan acara dengan cirengnya.
"Pelit." Ucap Arjun
Alvia tidak peduli, karena cireng di depannya lebih menggoda dari pada pacar gilanya.
Arjun duduk di kursi yang berseberangan dengan Alvia.
"Aa pengen De, minta ih." Pinta Arjun
Alvia memasukan cirengnya yang tersisa setengah langsung ke dalam mulutnya, "Abis." Ucap Alvia sambil mengunyah cireng terakhir hari ini.
Ketiga temannya terkekeh melihat perilaku Alvia yang posesif dengan makanan kesukaannya. Bagaimana Arjun tidak ingin mencicipi cireng itu, gadis berkacamata dan berhijab itu terlihat sangat menikmatinya.
Padahal kalau dipikir pikir, itu hanya campuran tepung tapioka, air, dan penyedap rasa yang diberi isian suwiran daging ayam lalu di goreng, setelah matang di beri taburan bubuk cabai, selesai. Namun Alvia benar benar menikmati makanan sederhana seperti itu.
"Kalau liat kamu makan," Arjun memberi tahu, "kayak enak aja gitu liatnya. Malah pengen banget beli makanan yang kamu makan."
Alvia mengambil botol dari tasnya, "Ya beli lah, apa susahnya." Ucapnya lalu meneguk isi botolnya.
"Padahal cuma cireng, kok kamu bisa sebegitu nikmat makannya?" Tanya Arjun
Alvia menutup botolnya dan meletakannya di meja, "Itu cara aku mensyukuri apa yang aku dapat, udah gitu aja." Ujarnya
Orang orang yang mendengar perkataannya seketika langsung menghentikan kegiatannya masing masing, terkejut dengan apa yang diucapkan Alvia.
"Panutan!!" Seru Klea, Willia, dan Villia.
Malahan Klea mengucapkan itu sambil menepuk nepuk sebelah bahu Alvia.
Arjun tersenyun melihat tingkah mereka berempat, ia juga baru saja terpikir sesuat--
"Wih, numpang makan di sini ah." Fadlin dan Nebara tiba tiba saja datang menyela pemikiran Arjun.
Alvia yang melihat mereka berdua hanya tersenyum sebentar lalu lanjut melihat lihat ponselnya karena telah selesai dengan cirengnya.
"Asik, ada cilok. Minta ya Will." Ucap Fadlin sambil menusukkan cilok Willia yang masih ada beberapa lagi.
"Dih, langsung makan aja. Beli sana." Willia menarik bungkus plastik ciloknya, namun salah satunya sudah melayang ke dalam mulut Fadlin.
"Vi, minta ya." Pinta Villia sambil membuka botol minum Alvia, yang diangguki pemiliknya.
"De, jajan yuk." Ajak Nebara
"Udah kenyang, jajan sendiri aja sana." Tolak Alvia mentah mentah
"De Via jahat." Rengek Nebara
"Najong." Ucap serempak keempat gadis itu.
"Lah, kok malah ngikutin De Via sih? Pada jahat sama cogan." Tanya Nebara
Keempat gadis itu memandang satu sama lain, lalu langsung mengidik jijik mendengar apa yang dikatakan playboy di depan mereka.
"Kok bisa sih lu punya pacar sama temen pacar playboy semua, gak geli apa?" Tanya Klea
"Kagak tau gua, apes kayaknya dapet model kek ginian." Jawab Alvia sambil mengangkat kedua bahunya.
Nebara dan Arjun yang merasa mereka yang Alvia bicarakan langsung memegang salah satu bahu Alvia lalu tersenyum.
"Apes ya De?" Tanya Nebara
"Iya, apes ya De?" Arjun juga bertanya
Alvia yang menyadari kalau ia salah bicara langsung memamerkan deretan giginya. Arjun dan Nebara juga tidak melepaskan senyum terpaksam mereka.
"Woy," Aksan tiba tiba sudah ada di lawang pintu beserta Glean dan Zreal menyela aktifitas Arjun, "lu apa apain Adek gua, mampus lu hari ini." Ancamnya
Arjun dan Nebara langsung saling memandang satu sama lain, seolah sedang bertanya apa yang Aksan maksud.
Arjun kemudian melepas tangannya dari bahu Alvia, "Iya iya, perasaan gua di sini pacarnya." Cibirnya
Nebara mengikuti pergerakan Arjun, "Udah nurut aja Jun, tar kalau singanya keluar berabe kita." Ucap laki laki maniak gelang itu.
Arjun menganggukkan kepala saja.
"Lah, siapa juga yang adeknya? Perasaan gua cuma punya lanceuk cewek semua, cuma satu kakak ipar cowok." Ucap Alvia tanpa sadar.
Semuanya diam sambil melihat Alvia setelah ia mengatakan itu. Alvia memasang tampang bertanya, namun sedetik kemudian mengerti apa yang ia katakan kali ini juga salah.
"Eh, anu. Maaf Ka-"
"Gak perlu minta maaf, gua paham kok." Perkataan Aksan memotong keralatan Alvia.
Aksan menengok ke arah Zreal, "Katanya mau ngasih itu, sama Via?" Tanyanya yang di angguki Zreal.
Arjun yang paham akan sesuatu langsung menghentikan langkah Zreal yang akan mendekati meja Alvia
"Et. Gua duluan yang sampe sini, berarti gua duluan yang ngasih sama Alvia." Ucapnya
Zreal hanya memutar bola mata tidak peduli, namun tak urung mengangguk. "Yaudah sana." Suruhnya
Alvia menaikan kedua alisnya bertanya, karena ia tidak bisa menaikan sebelah alisnya. "Apaan dah?" Tanyanya
Arjun mengambil sesuatu dari kantung celananya, lalu menyerahkan benda itu kepada Alvia.
"Hadiah ke 6 minggu kita pacaran." Ujarnya
Alvia melihat apa yang diserahkan Arjun tersenyum simpul, menyadari kalau yang laki laki itu berikan adalah barang sederhana lagi. Sebuah gantungan kunci bermotif bulan sabit.
"Makasih." Ucap gadis berkacamata itu dan mengambilnya.
Ia juga mengambil sesuatu dari kantung kecil di tasnya lalu menyerahkannya kepada Arjun.
Laki laki yang berstatus pacarnya itu terkejut dengan apa yang diberikan Alvia, yang ternyata sama dengan apa yang ia berikan. Sebuah gantungan kunci bermotif matahari.
"Hadiah juga." Ujar Alvia
Arjun menerima gantungan kunci tersebut dengan senang hati.
"Makasih De." Ucapnya yang diangguki Alvia
"Bisa samaan gitu ngasih hadiahnya." Komentar Willia.
Ketiga teman Alvia dan Kelima teman Arjun sudah mengetahui jika pasangan sejoli itu saling bertukar hadiah satu kali dalam satu minggu. Tentu saja reaksi mereka sama seperti reaksi pertama Alvia, namun Alvianya saja tidak keberatan mengapa mereka harus susah susah menasehati gadis yang baru saja pacaran? Hanya buang buang tenaga dan pikiran.
Berbeda dengan teman teman Arjun, mereka tidak peduli sama sekali. Yang terpenting adalah Alvia tidak keberatan dan permainan mereka berjalan lancar, meskipun agak tidak mulus sebenarnya.
"Janjian kali mereka." Sahut Villia
"Nggak."
"Gak"
Seru mereka berdua serempak, menimbulkan gelombang lelucon yang layak untuk di tertawakan oleh teman teman Arjun dan Alvia.
"Woah, beneran jodoh nih." Ucap Fadlin
Yang ditertawakan hanya diam menyimpulkan senyum di wajah mereka. Yang nulis iri woi.
"Giliran gua kapan nih? Dari tadi pacaran mulu." Sela Zreal setelah tawa mereka sedikit mereda
"Taun depan." Sahut Klea
"Dih, gak nanya lu." Seru Zreal
"Bantu jawab aja, biar gak di kacangin." Klea menjawab asal
Zreal kembali berdecih kesal. Gadis berhijab selain Alvia di sini ternyata lebih menyebalkan.
Alvia berbisik kepada Arjun yang berada di dekatnya, "Tuh anak berdecih kayak jarum jam." Bisiknya
Arjun juga berbisik kepada Alvia, "Biarin, biar kita tau detik keberapa sekarang."
Keduanya tertawa dengan pelan, berusaha tidak terdengar oleh yang lainnya. Namun mustahil jika volume suara mereka bagaikan mesin traktor sawah meskipun berjalan lambat.
Zreal menatap horor ke arah orang yang membicarakannya.
"Apalagi Klea, dia langsung darah tinggi kalau ada Zreal." Arjun lanjut berbisik kepada Alvia
"Gak tau juga, palingan kesel karena gagal pdkt." Tambah Alvia
Lalu mereka tertawa seperti di awal. Klea yang namanya di sebut sebut langsung menatap horor kedua orang gila di hadapannya.
"Kalau mau ngegibah, jangan bisik bisik tapi suaranya kedengaran jelas, ogeb. Percuma." Nebara nimbrung
Semuanya mengangguk setuju kecuali orang yanh ngegibah dan digibahin.
"Terserah lah," Ujar Zreal masa bodo, "nih, katanya mau ini kemarin." Ia menyodorkan sebuah permen karet kemasan besar berwarna biru.
Alvia yang melihat itu matanya langsung berbinar senang, "Hehehe makasih." Ucapnya sambil menerimanya dengan cengiran.
Zreal mengangguk saja, Arjun yang melihat itu langsung memincingkan mata tidak suka. Harusnya hari ini Alvia senang dengan hadiahnya, bukan dari Zreal.
"Ada acara apaan nih, ngasih ngasih permen karet?" Tanya Fadlin
"Oh, itu." Zreal menunjuk permen karet yang ada di tangan Alvia, "Kemaren dia ada di mini market milih milih permen, tapi malah beli yang ukuran kecil. Gua tanya kenapa gak yang besar aja? Terus di jawab dia lagi hemat. Kebetulan gua gak bawa duit lebih, jadinya gua beliin sekarang." Jelasnya
Alvia mengangguk membenarkan penjelasan Zreal, "Makasih." Ujarnya
"Gampang. Sorry gak beliin kemaren." Ucap Zreal
"Gak papa, tar di cicil buat gantiin duitnya."
"Lupain soal duitnya, yang penting tuh permen lu makan."
Alvia mengangguk cepat saking senangnya, sedangkan Arjun terlihat kesal karena hadiahnya tidak terlihat menarik di mata pacarnya.
Alvia menyadari itu langsung mengusap ngusap rambut Arjun berulang, "Tenang aja, hadiah Aa paling awet dan gak bakalan habis kayak permen karet." Ujarnya
Arjun terkejut mendengar perkataan Alvia, sedangkan sang pelaku keterkejutannya menurunkan tangannya dari rambut Arjun.
"Tadi kamu panggil apa?" Tanya Arjun memastikan
Alvia memiringkan kepalanya, sesaat kemudian ia tersadar lalu tersenyum merekah.
"Aa," Jawabnya "udah lama lagian gak manggil kek gitu, cuma dua minggu sih."
"Ja-jadi, dede udah gak marah lagi?" Tanya Fadlin
Alvia mengangguk saja, lalu membuka kemasan permen karetnya.
"Ini gua kasih masing masing satu, maaf kalau ngerepotin mulu." Ucapnya sambil membagikan permen karetnya.
Alvia tersenyum karena ia sedikit meringankan beban yang ada di hatinya, lagi pula ia lelah menumpuk tugas bersamaan dengan menumpuknya pemikiran bersalah.
Semuanya benar benar kembali normal. Kecuali permainannya.
_________
Tbc :)
See you
Jumat, 2 April 2021
Adv85sv
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top