13. Glean II

"Oh yang tadi pagi toh." Gumam Alvia yang didengar oleh Klea

"Maksudnya yang tadi pagi itu apa?" Tanya Klea bingung

"Nanti di ceritain." Jawab Alvia yang diangguki Klea

"Tapi kok familiar sih, atau jangan jangan beneran orang itu ya?" Batin Alvia bertanya

"Kita mau pesen makanan, kalian mau nitip?" Tanya Arjun

"Nggak deh A, Dede mau masuk kelas duluan." Pamit Alvia sambil berdiri dari duduknya "Kalian kalau masih mau di sini silahkan, gua balik duluan." Ucap Alvia kepada teman-temannya yang di ljawab gelengan kepala Klea.

"Gua ikut lu aja." Ucap Klea yang di angguki willia dan Villia

"Kalau gitu kita duluan A." Pamit Alvia yang diangguki Arjun

"Bye Kakel Gelo." Lanjutnya kepada Fadlin sambil memeletkan lidahnya

"Dah lu sana cewek jelek." Fadlin memeletkan lidahnya juga, lalu mereka berdua kemudian tertawa ringan.

Keempat gadis itu menghilang dari pandangan Arjun dan teman temannya, membuat fokus sekarang adalah Fadlin yang nampak akrab dengan Alvia.

"Kok bisa lu akrab sama cewek si Arjun?" Tanya Nebara langsung

Yang di tanya menghela nafas sebelum menjawab, "Gua minta nomornya ke si Juna, niat sih cuma mau mainin lagi aja selagi lu semua nusun rencana buat tuh cewek. Eh, malah keceplosan gua bisa gambar-gambar. Jadi gitu lah lanjutannya." Jelas Fadlin yang disambut tawa Arjun dan Nebara, yang lain hanya diam menyimak.

"Kan, makanya jan ngeremehin cewek yang gua jadiin pacar." Ucap Arjun bangga. Komisi pasti di tambah 10%.

"Lu jangan sombong dulu, amunisi buat ngebuktiin tuh cewek gatel apa kagak baru dipake 10%." Ucap Zreal

"Terus amunisi yang lu semua pake udah 10% masuk ke dalem rekening gua dong." Ujar Arjun sambil tersenyum mengejek.

"Gua lupa bilang kalau salah satu dari kita ngebuktiin tuh cewek gatel, tambahan komisi yang gagal gak bakalan masuk rekening lu plus komisi awal potong 50%." Aksan memperjelas aturan yang belum diberikan. Ia sepertinya lebih tertarik dengan permainan ini setelah melihat target dari dekat.

"Lah, kok beneran gua yang rugi di sini." Protes Arjun

"Kagak lah, kalau lu mikir dominan keuntungannya." Ucap Aksan

"Dan potongan 50% pasti terjadi hari ini." Ucap Glean dengan senyum miring

<*Game Over*>

"Jadi langsung ke rumah gua?" Tanya Klea yang dijawab anggukan oleh Alvia.

Mereka sedang menunggu parkiran sediki lebih lenggang, karena semua kelas pulang hampir di waktu yang sama.

"Btw, lu ada urusan apa sama Kak Glean tadi pagi?" Tanya Klea. Ia lupa menanyakannya setelah istirahat tadi.

Alvia menjelaskan kejadian tadi pagi dengan Glean, plus saat ia di ejek karena motornya lambat.

"Apa salahnya gua kebut kebutan sama tuh orang, kan jalanan bukan milik dia tapi milik umum. So' so' an ngejek lagi, dasar orang gak tau sopan santun." Ucap Alvia mengahiri cerianya, sedangkan Klea tidak merespon apapun dan terlihat tegang. Dia itu niat dengerin apa nggak sih?

"Emang ngumpat di belakang orang itu bukan termasuk gak tau sopan santun ya?" Tanya seseorang di belakang Alvia. Membuat dirinya kaget dan tahu alasan mengapa teman sebangkunya ini diam saja.

Alvia menghadap belakang untuk melihat orang yang bertanya kepadanya dan jackpot, ia ketahuan mengumpati orang tersebut.

"Tadi pas istirahat ngomongnya apa ya?" Tanya Glean menanyakan hal itu kepada dirinya sendiri, "Oh iya, gua inget." Lanjutnya

"Kalau mau ngatain orang plus ada orangnya, mending langsung sini di depan orangnya. Jangan jauh jauh." Ucap Glean menirukan wajah songong Alvia saat tadi istirahat yang ia akhiri dengan senyuman miring meremehkan.

"Lah, kan tadi nggak ada Kakaknya. Lagian aku nggak ngatain kakak, cuma nyeritain apa yang aku rasain. Salah?" Tanya Alvia dengan wajah polos minta di jotos

"Kan bisa nyeritainnya di depan gua, sekalian ngumpatin gua kan tadi? Kenapa gak sekalian aja di sini?" Tantang Glean yang membuat Alvia menampilkan wajah kesal namun ia mencoba menahannya.

"Gak ada kerjaan ya, ampe mau dengerin cewek lagi cerita cerita?" Tanya Alvia dengan senyum miring membuat Glean terpancing emosi, sedangkan Klea tidak bisa berbuat apa apa karena tidak tahu harus apa.

"Kalau yang diomonginnya gua, ya tentu gua ada kerjaan buat moles tuh mulut lu yang kasarnya kek batu kerikil ngehalangin jalan." Jawab Glean

"Apalagi orang sombong yang so' kebut kebutan padahal motor lembek kek gitu." Lanjutnya

Klea mendengar itu panik, Alvia akan sangat marah meskipun tidak di perlihatkan apabila di senggol tentang wajah, harta ataupun keluarga.

Ia melihat ke arah Alvia yang sedikit menunduk, Klea akan bertindak sedikit agar mereka keluar dari suasana mencekam ini.

"Maaf kak--"

"Maaf kak, maksud kakak itu lagi nyeramahin orang sambil nginjek nginjek keringat orang?" Klea terkejut mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulut Alvia.

Klea kira akan seperti biasa gadis itu akan membalas dengan ucapan makasih atau yang sebagainya lalu pergi, namun ia sepertinya tidak berniat kalah di sini. Ayolah, Klea hanya ingin pulang dan mengerjakan tugas saja.

"Maksud kamu?" Tanya Glean

"Kalau mau nyeramahin itu harus tau tempat, tau ilmunya, atau tau keadaannya, bukan asal jeplak kayak gini." Ucap Alvia sambil memperlihatkan raut wajah datar

"Yang punya jalan siapa, yang punya motor siapa, yang ngendarain siapa, yang sombong siapa? Saya kan? Kenapa cuma karena tenaga motor Kakak yang lebih baik dari motor saya, lantas kakak ngerendahin yang lain? Toh kalau kecelakaan saya yang sakit, kenapa kakak yang ribut sampe ngomongin motor keluarga saya yang Papa saya beli dengan susah payah, hah?" Lanjut Alvia yang masih dengan nada datar.

"Jangan so so an kaya duit doang Kak, malu maluin kalau ketemu orang yang lebih kaya ilmunya sama sopan santunnya." Ujar Alvia kemudian yang membuat Glean kesal

"Bukan maksud sombong atau bilang gua lebih kaya sopan santun dari pada lu, cuma mau bilang kalau mau ngatain orang. Kalau bisa cukup orangnya, jangan ngerembet sama hal hal sensitif.."

"... apalagi nanti lu bisa kehilangan seseorang yang nantinya udah lu anggap berharga." Alvia menghentikan ucapannya. Sadar parkiran sudah lenggang ia menarik tangan Klea untuk pergi duluan

"Maaf tiba tiba ngomong kek gitu, kalau boleh gua jujur, gua bisa bales lebih kalau lu ngusik tentang yang gua anggap spesial. Permisi." Pamit Alvia.

Kedua gadis itu berlari meninggalkan Glean yang terdiam, suara motor Alvia berderu meninggalkan tempat semula. Sedangkan Glean merasa ia pernah melakukan ini di masa lalu dan sialnya membuat kenangan yang pahit kembali terasa.

"Nih, aku kasih hehe."

"Oh iya, kalau mau ngomong itu di saring dulu ya Lean."

"Lu gak tau sakitnya, lu cuma bisa simpati. berhenti so jadi pahlawan kesiangan."

"Bye Lean, nanti kita ketemu lagi kalau buku takdir menulisnya."

Sial, kata kata itu berputar membuat tangan Glean naik meremas bandol kalung yang slama ini ia buat untuk tidak melupakan dia.

<*Game Over*>

Alvia pulang lebih cepat karena tugas kelompoknya lebih ringan dari dugaanya, lagi pula ada yang harus ia bawa dari kelas terakhir di SMPnya.
Alvia memasuki gerbang sekolah tersebut dan memarkirkan motornya di depan kelas yang bertuliskan 9G, gerbangnya jarang di kunci karena satpam yang bekerja di sini rumahnya bersebelahan dengan gedung kelas.

Rasanya ia agak bernostalgia di sini, karena diakui atau tidak di sekolah ini ia memuali dunia yang baru dari lingkungan Sekolah Dasarnya. Jangan membuatnya menceritakan hal itu, semuanya memalukan.

Setelah mendapat apa yang di cari, ia bergegas keluar ruangan kelas karena harus di akui Alvia takut ada apa apa yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Baru saja ia meluruskan pandangnnya ke depan, ia melihat seseorang sedang memandangi kelas yang bertuliskan 9B. Lalu ia tersenyum kecil dan berjalan mendekati orang itu.

"Udah gua duga, ternyata beneran Glean alumni sekolah ini." Ucap Alvia setelah berada tiga langkah di samping Glean.

Glean terkejut mendengar ada suara orang, saat ia menolehkan wajahnya ternyata gadis berkerudung yang tadi membuka kenangannya. Sialan, sedang apa dia ada di sini?

"Gua ada yang harus di bawa di kelas, jangan mikir aneh aneh." Ucap Alvia seperti menjawab pertanyaan Glean.

Glean menghela nafas, lalu bertanya, "Maksud lu Glean apa?"

"Nggak, pas di SMK gua kira lu Glean yang lain, ternyata alumni sini toh." Jawab Alvia

"Emangnya kalau gua alumni sini kenapa?"

"Kisah cinta lu sama Kak Lian jadi legenda di sini." Glean terkejut mendengar nama gadis yang selalu ia pikirkan diketahui oleh gadis jelek dan sombong seperti Alvia.

"Lu tau dari siapa?" Tanya Glean berusaha tenang

"Kita cuma beda 2 tahun, kalau lu alumni sini di tambah gua juga alumni sini, udah pasti gua tau kisah cinta lu yang melegenda di sini." Jawaban Alvia membuat Glean menunuduk

"Percuma melegenda kalau akhirnya Lian gak sama gua lagi." Ucap Glean

"Gua tau itu, Kak Lian pergi ke luar negri dan lu tetep di sini. Yap, gua tau itu." Ujar Alvia

"Kenapa lu bisa tau kisah gua sama Lian, ampe lu tau Lian gak ada di negara ini?"

"Mungkin temen temen gua jago ngegibah, plus gua orang yang di tolong Kak Lian pas pertama masuk ke sini."

"Hah?"

"Gua dulu masih anak polos minta di getok, saking polosnya gua di jailin sama anak cowok kelas 8. Pas itu gua di suruh bawa cacing tanah pas hari perama masa orientasi sama anak anak kurang kerjaan yang ngaku sebagai anggota OSIS, terus ya gua turutin dan Kak Lian liat gua gali gali tanah, terus gua di bilangin kalau itu cuma di buat iseng. Gua yang gak au apa apa cuma bisa nunduk sambil liat tangan kotor, terus Kak Lian nganter gua ke toilet buat cuci tangan di tambah ngebantu buat ngumpulin tanda tangan OSIS." Curhat Alvia

"Dan terakhirnya, gua liat cowo yang ngajak Kak Lian pergi sambil maksa di tambah muka ngeselin yang minta gua jotos karena gua belum sempat nguapin makasih sama Kak Lian." Ia mengakhiri acara curhatnya. Itu salah satu dari sekian cerita memalukannya, dan jangan mengungkitnya.

Ia menoleh ke arah Glean yang sepertinya sedang menahan tawa, dan saat ia benar benar melihat laki laki itu tawa Glean keluar tanpa bisa ia kontrol. Alvia melihat itu hanya menjatuhkan dagunya tidak percaya, ia paham akan ceritanya yang agak lucu dan memalukan, tetapi Glean tertawa terlalu banyak.

"Makasih." Ucap Glean setelah meredakan tawanya, membuat Alvia mengerutkan dahinya

"Lah, buat apa? Kalau buat ngasih cerita lucu sih, sama sama." Tanya Alvia

"Itu salah satunya. Yang lainnya, makasih udah ngehibur gua karena gua bisa inget lagi gimana senengnya saat itu." jawab Glean sambil ersenum

"Gak niat ngehibur gua." Ucap Alvia yang melunturkan senyum Glean

"Lu emang edan ya." Ujar glean

"Makasih." Ucap Alvia kemudian tertawa

"Kalau gitu.. " Alvia mendekat dan mengulurkan tangannya ke kepala Glean "... jan sedih lagi dan bahasanya filter dikit." Ia mengusap ngusap rambut Glean, yang membuat laki laki itu terkejut.

"Eh, maaf refleks." Ucap alvia sambil menarik tangan kananya setelah sadar ia berbuat tidak sopan

Glean hanya terkekeh dan giliran Glean yang mengusap ngusap kepala Alvia yang tertutup hijab, "Udah, lu pulang sekarang." Ia menarik tangannya setelah melihat Alvia mengangguk seperti anak kecil, ia seperti adiknya Glean saat masih kecil.

"Kapan kapan kita balapan." Ucap Glean sambil menaiki motor ninja hitammya dan memakai helm.

"Siapa takut." Ujar Alvia sambil berlari menuju motornya dan memakai helmnya.

Lalu mereka melajukan motor masing masing dan saling memberi anda perpisahan dengan dua klakson ang berbunyi.

Sedangkan di tempat lain...

"Mari kita mainkan permainan ini dan abang bakalan menang." Ucap Nebara sambil melihat nomor Alvia di ponselnya

_________________
Tbc :)
Senin, 08 Maret 2021
Adv85sv

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top