18. Dive Into You

Dengan santai dan tanpa merasa bersalah setelah di sidang di hadapan tim inti RAN Ryuga, Rasi tampak sangat tenang mengikuti langkah Kevin ke ruang manajer di sebelah ruang VIP. Ia duduk di kursi yang berseberangan dengan meja kerja Kevin. Sedangkan Kevin langsung meminum sebotol air mineral hingga habis sebelum meluapkan emosinya kepada Rasi.

Kevin terdiam sesaat. Memandang Rasi yang juga sedang menatapnya dalam diam. Memikirkan kembali apakah pantas jika ia memarahi Rasi yang merupakan bos besar RAN Esports meski posisinya sekarang adalah seorang kapten tim RAN Ryuga. Tetapi Rasi tetaplah pemilik RAN Esports secara hukum tertulis, berbeda dengan dirinya yang hanya seorang manajer tim.

"Apa kamu ingin membunuh saya, Rasi?" tanya Kevin dengan hati-hati.

Rasi menggeleng, "Apa saya terlihat seperti ingin membunuh Kak Kevin sekarang?"

"Gimana kalau Pak Ibra sampai mengetahui kejadian ini? Dia pasti langsung mendepak saya keluar dari sini!" gerutu Kevin jengkel.

"Nggak akan ada yang tahu. Kecuali salah satu di antara kita ada yang memberitahu Om Ibra," terang Rasi penuh percaya diri. "Maafkan saya, Kak. Saya akan selalu memastikan, kalau Kak Kevin adalah satu-satunya manajer tim di RAN Ryuga. Saya yang memilih Kak Kevin di sini. Dan nggak akan ada yang berani mengusik RAN Ryuga. RAN Ryuga akan selalu menjadi kekuasaan saya."

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Kevin serius.

"Not bad."

"Yakin? Tingkah kamu beberapa hari ini aneh. Tidak seperti biasanya. Kamu sering emosi sekarang. Ada apa?"

"Masa?"

"Sebelumnya kamu sempat membentak Rascal setelah insiden RAN Ryuga ladies versus Golden Fairy. Dan sekarang, karena permainan Richy. Biasanya kamu cuma mendiamkan kakak sepupu kamu itu saat bermain seenaknya di arena. Ada apa? Mungkin saya tidak bisa membantu, tapi setidaknya beban kamu bisa sedikit berkurang setelah bercerita."

Rasi terkekeh, "Andai segampang itu beban seseorang bisa berpindah, Kak."

"Seenggaknya kalau kamu bercerita, saya bisa mengantisipasi jika emosi kamu tiba-tiba meledak kembali."

Seulas senyum tercipta di bibir Rasi. Tanpa ingin menjawab pertanyaan Kevin, Rasi justru mengambil sesuatu dari saku dalam di jaketnya. Ia meletakkan sebuah amplop cokelat tebal di atas meja, dan mendorongnya hingga ke hadapan Kevin. Kevin bergeming. Lalu memandang Rasi dengan tatapan penuh tanya.

"Untuk Kak Kevin, dari saya pribadi," ucap Rasi seraya tersenyum. "Terima kasih, Kak. Karena selalu menjaga saya dan anak-anak RAN Ryuga dengan baik seperti anak Kak Kevin sendiri. Tetaplah bersabar menghadapi kami semua di sini."

Kevin mengembalikan amplop itu, "Saya bekerja di sini untuk RAN Esports, bukan untuk kamu. Saya memang lalai kemarin. Andai saya bisa menjaga Aries lebih intens lagi, mungkin kejadian di toilet XOXO Hall tidak akan terjadi. Ambil amplop itu."

"Kalau Kak Kev nggak mau, tolong kasih uang itu untuk istri Kak Kevin. Saya tahu, biaya persalinan itu tidak sedikit," ucap Rasi memberikan kembali amplop itu.

Kedua mata Kevin merebak. Ia menatap Rasi dengan haru. Sudah tidak terhitung berapa banyak kebaikan yang Rasi berikan untuknya dan juga anak-anak RAN Ryuga. Dibalik sikap Rasi yang terkadang seenaknya, namun ia selalu memerhatikan orang-orang di sekitarnya dalam diam.

"Itu hadiah pertama dari saya untuk calon keponakan RAN Ryuga," kata Rasi yang hampir meloloskan setitik air mata Kevin.

"Terima kasih, Rasi. Saya akan memberikan hadiah ini untuk istri dan anak saya nanti," ucap Kevin yang akhirnya menerima pemberian Rasi.

"Saya mau meminta izin beberapa hari untuk pulang ke rumah," ujar Rasi yang membuat Kevin kaget.

"Tumben. Ada apa? Papa kamu baik-baik saja, kan?" tanya Kevin khawatir, dan langsung menghubungkannya dengan perubahan sikap Rasi akhir-akhir ini.

"Alhamdulillah Papa baik. Saya mau membantu Papa di Ryotasoft, Kak," tutur Rasi tanpa bercerita banyak. "Tolong jaga Aries selama saya tidak berada di base camp. Jangan biarkan Aries keluar dari base camp tanpa seizin saya."

"Kenapa? Bagaimana kalau Rascal tetap mengotot ingin pergi?"

"Bilang saja, suruh menunggu sampai saya pulang."

"Oke."

"Apa masih ada yang mau Kak Kevin sampaikan lagi? Saya mau pergi."

"Jangan lama-lama di kamar Rascal. Atau saya akan menyeret kamu keluar dari sana!"

"Berani?"

Helaan napas Kevin yang berembus seakan menjadi jawaban atas pertanyaan Rasi beberapa detik lalu. Rasi tersenyum meledek sebelum akhirnya beranjak pergi dari ruang kerja Kevin. Ia bergegas menuju kamar Aries untuk berpamitan.

Tangan kanan Rasi mengetuk pintu kamar Aries ketika pintu itu terkunci. Sudah tiga kali Rasi mengetuk pintu kamar Aries dengan sabar, namun si empunya kamar tak kunjung membukakan pintu. Rasi kemudian mengambil smartphone, dan langsung menekan angka dua untuk menghubungi Aries. Suara voice mailbox menyambut panggilan Rasi beberapa kali.

"Sayang, Abang pergi dulu. Abang mau pulang ke rumah. Cepat istirahat, jangan tidur malam-malam. Baik-baik, ya, di sini. I love you," ucap Rasi meninggalkan pesan di voice mailbox Aries sebelum benar-benar pergi.

Rasi mencoba mengerti akan kemarahan Aries saat ini. Kejadian hari ini pasti sudah membuat Aries merasa malu dan juga marah dalam satu waktu. Ada setitik rasa sesal di diri Rasi mengingat perkataan Abhra, bahwa ia yang membuat Aries menjadi perempuan murahan saat ini. Namun Rasi tidak kecewa sama sekali, karena Aries pun tidak pernah menolak ajakannya untuk tidur bersama. Baik dirinya dan Aries sama-sama menginginkan kebersamaan itu.

♡♡♡

Dengan malas Aries terbangun dari tidurnya. Ia menyalakan smartphone yang sempat dimatikannya tadi malam. Memilih tidur adalah cara bijak bagi Aries dari pada meluapkan perasaannya dengan berteriak atau membanting benda-benda di kamarnya. Ia merasa malu dan marah karena kebersamaannya dengan Rasi telah diketahui rekan satu tim. Ditambah perkataan Abhra yang langsung menusuk hati Aries dengan begitu hebatnya. Meski kata-kata itu benar adanya tanpa bisa ditampik oleh Aries untuk membela diri.

Suara Rasi terdengar ketika Aries mendengarkan voice mailbox di smartphone, "Sayang, Abang pergi dulu. Abang mau pulang ke rumah. Cepat istirahat, jangan tidur malam-malam. Baik-baik, ya, di sini. I love you."

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Ungkapan itu akan selalu datang untuk mengingatkan siapa pun saat perasaan tidak senang telah pergi. Jika saja Aries tidak mengunci pintu, Rasi pasti akan memeluknya sebelum pergi. Sebuah pelukan hangat yang sedang dibutuhkan Aries sekarang. Aries pun tiba-tiba teringat dengan Rachel yang sudah dua hari ini tidak menghubunginya sama sekali. Ia segera menelepon Rachel. Berharap amarah Rachel sudah mereda dan mau memaafkannya.

Aries bangkit, dan bergegas masuk ke kamar mandi. Ia harus segera menemui Rachel, sebelum sahabatnya itu kembali ke Amerika untuk belajar. Tidak lupa, Aries menyiapkan makanan untuk Leo sebelum ditinggal. Terlebih dahulu ia membersihkan kotoran sang kucing di litter box. Kegiatan rutin Aries di setiap pagi hari setelah bangun tidur.

Tepat pukul tujuh pagi, Aries keluar dari kamar seperti biasa. Ia menoleh ke arah kamar Rasi yang tertutup. Kemudian memandang suasana sunyi sepi di lantai dua base camp. Base camp RAN Ryuga akan seperti kuburan jika sedang tidak ada jadwal pertandingan walau sinar matahari sudah menyengatkan mata.

"Mau kemana, Rascal?" tanya Kevin menghadang jalan Aries yang selangkah lagi akan menapaki lantai satu base camp.

"Aku mau ke tempat Rachel, Kak. Hari ini, kan, hari sabtu, jadi aku boleh keluar base camp bukan?" izin Aries sambil tersenyum memohon.

"Kamu nggak boleh pergi kemana-mana sampai Rasi pulang," tegas Kevin.

"Kenapa? Bukannya setiap weekend kita bebas mau pergi kemana aja kalau nggak ada jadwal pertandingan?" bantah Aries.

Setiap hari sabtu dan minggu, semua penghuni base camp RAN III diizinkan keluar sesuka hati tanpa ada jam malam. Mereka boleh melakukan apa pun, terkecuali larangan yang sudah tertulis jelas di surat kontrak. Seperti larangan membuat keributan di tempat umum, berkelahi, melakukan tindak kekerasan hingga tindak asusila. Kebebasan itu akan berakhir pada hari minggu tepat pukul sepuluh malam.

"Terkecuali kamu," ujar Kevin yang membuat Aries bingung.

"Kok, gitu?!" Aries tak terima.

"Rasi bilang, kamu boleh pergi saat dia sudah kembali ke base camp," terang Kevin.

"Diskriminasi ini!" gerutu Aries kesal.

"Ada apa?" tanya Riyu sambil menuruni anak tangga.

"Rascal dilarang keluar dari base camp sampai Rasi pulang. Ayo sarapan," kata Kevin sebelum berbalik, dan berjalan menuju dapur untuk bersarapan.

"Sabar, ya. Tunggu Rasi pulang," ujar Riyu menenangkan. "Ayo, makan. Nanti kalau makanannya dingin jadi nggak enak."

"Kalau aku pergi sama Bang Riyu juga nggak boleh?" tawar Aries yang sudah berdiri di samping Kevin.

Kevin meminum segelas kopi panas sebelum menjawab pertanyaan Aries, "Tidak boleh. Tunggu sampai Rasi pulang."

"Kamu mau kemana, Aries?" tanya Riyu setelah mengambil beef toast sandwich dan segelas kopi panas di atas meja dapur.

"Ke apartemen Rachel. Aku mau minta maaf sama Rachel," jawab Aries lirih.

"Rachel masih marah sampai sekarang. Nanti kalau Rachel sudah baikan, dia pasti ke sini," sahut Riyu sebelum memakan sarapannya.

Tipikal Rachel yang benar-benar melatih kesabaran orang di sekitarnya. Rachel seakan menghilang jika sedang marah. Ia akan mematikan smartphone-nya sampai emosi mereda hingga entah kapan. Tidak peduli jika tunangannya setiap hari datang mengetuk pintu apartemen. Rachel akan tetap pada pendiriannya.

"Sudah, cepat makan. Rasi sudah memesankan makanan sedari tadi. Tolong jangan membantah Rasi, Rascal. Saya nggak mau kehilangan gaji bulanan lagi," tutur Kevin sambil menatap Aries dengan memelas.

Aries pasrah. Ia teringat karena ulahnya dan Rachel, Kevin mendapat potongan gaji dan kehilangan bonus bulanan. Sama seperti dirinya yang saat ini hanya bergantung dengan makanan dari Rasi. Uang di dompet dan tabungannya sudah menipis untuk membeli kebutuhan bulanan selama tinggal di base camp. Gajinya yang tidak menentu karena malas untuk live streaming, membuat tabungan Aries sedikit terkuras.

♡♡♡

Tangan kanan Rasi terulur kepada seorang petugas valet parking setelah turun dari mobil sports-nya seraya mengulas senyum. Memberikan kunci mobilnya sebelum masuk ke lobby kantor Ryotasoft. Ia melepas kacamata hitam, dan memasukkannya ke saku jas hitam. Melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan lebih lima belas menit. Kedatangan Rasi sempat membuat heboh beberapa karyawan wanita Ryotasoft. Tubuh tinggi tegap dengan wajah rupawan bak seorang model selalu saja menarik perhatian siapa pun.

Bukan kali pertama Rasi berkunjung ke Ryotasoft. Jika datang bersama sang papa, ia akan masuk melalui pintu khusus direksi. Hanya saja kali ini Rasi masuk melalui pintu utama Ryotasoft. Dimana semua orang akan bisa melihatnya sebagai tamu di Ryotasoft. Menuruti keinginan sang papa untuk menampakkan dirinya di Ryotasoft sebelum bergabung secara resmi suatu saat nanti.

"Selamat pagi, Pak," sapa resepsionis wanita beridentitas Susi.

"Selamat pagi. Saya ingin bertemu dengan Bapak Angga Mahendra," ucap Rasi lugas, dan mampu membuat kedua orang resepsionis terpana dalam beberapa detik.

"Apa Bapak sudah membuat janji dengan Bapak Angga Mahendra?" tanya Susi tersipu.

"Sudah," jawab Rasi singkat karena tak sabar ingin segera bertemu dengan sahabat papanya.

"Maaf, dengan Bapak siapa?" tanya Susi kembali.

"Saya Rasi Antares Nataya," tegas Rasi.

Susi terperanjat saat mendengar nama belakang Rasi, "Baik, Bapak. Silakan tunggu sebentar."

"Ini ID card Bapak, atas nama Rasi Antares Nataya. Mari, saya antar," ucap Susi sopan.

"Saya bisa ke ruangan Pak Angga sendiri. Terima kasih, Mbak Susi," kata Rasi sebelum beranjak pergi, meninggalkan Susi yang gemetar karena namanya disebut.

Kasak-kusuk terdengar ketika Rasi menempelkan kartu ID Card-nya untuk melewati pintu barrier jalur VIP. Rasi memakai earphone wireless di telinga kanannya sebelum masuk ke dalam lift. Ia menelepon seseorang untuk menjadi pemandunya menuju ruangan wakil direktur Ryotasoft.

"Halo," sapa Angga terdengar di telinga Rasi.

"Halo, Om. Ruangan Om lantai berapa?" tanya Rasi to the point.

"Lantai 10. Nanti langsung ketemu resepsionis di sana. Biar diantar."

"Lagi?"

"Apanya yang lagi?"

"Ke resepsionis. Rasi mau langsung ke ruangan Om Angga aja. Bisa?"

"Terserah kamu. Tapi kamu harus melewati mereka terlebih dahulu. Kalau mau protes, langsung ke papa kamu aja."

"Oke."

Rasi mematikan panggilannya. Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka. Ia segera keluar, dan dengan malas menuju resepsionis di bagian khusus direksi Ryotasoft. Menuruti aturan yang sudah berlaku di Ryotasoft. Dengan patuh, Rasi mengikuti langkah sang resepsionis yang mengantarnya menuju ruangan wakil direktur Ryotasoft. Ruangan yang berhadapan dengan ruangan sang direktur.

"Bisa langsung lewat tadi?" ledek Angga sebelum beranjak dari kursi kerjanya.

"Apaan. Ribet," gerutu Rasi sambil duduk di sofa.

"Mau di sini, atau ke ruang kerja papa kamu?" tanya Angga memberikan sebotol air minum kepada Rasi.

"Sini aja."

Rasi menerima air mineral itu, dan langsung meminumnya tanpa basa-basi. Dahi Rasi mengerut saat Angga mengambil beberapa berkas dari meja kerjanya.

"Sebanyak itu?" tanya Rasi tidak percaya.

"Kamu baca semua. Kalau ada yang janggal, kamu tandai saja. Kalau ada tanda khusus, kamu pisahkan. Itu berarti harus ditandatangani langsung oleh papa kamu. Apa ada pertanyaan?" jelas Angga singkat.

"Nope."

Rasi meletakkan smartphone-nya yang sudah berada di mode diam di atas meja. Tidak peduli jika ada yang mengirimi pesan atau meneleponnya saat ini. Ia tampak fokus mengambil alih pekerjaan sang papa yang sebenarnya tidak terlalu dimengerti saat ini. Namun, kumpulan berkas-berkas itu tidak jauh berbeda dengan pekerjaannya ketika masih bekerja di RAN Esports membantu Ibra.

"Jam 10 nanti ada meeting dengan seluruh tim Android, tim iOS, dan tim PC. Kamu harus ikut," perintah Angga sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Oke," jawab Rasi singkat.

"Besok pagi ada acara touring AMOC ID ke Sentul. Kita akan berangkat pagi-pagi. Dan hari Selasa malam, ada Gala Dinner CEO Indonesia. Kamu harus datang mewakili papa kamu," kata Angga lugas memberitahu jadwal kegiatan Alrescha.

"AMOC ID? Gala Dinner CEO Indonesia?" tanya Rasi meminta penjelasan.

"Aston Martin Owner Club Indonesia. Di Gala Dinner nanti kamu akan bertemu para calon investor Ryotasoft. Itu akan membantu Ryotasoft ke depannya."

"Tunggu. Rasi nggak pernah ikut klub mobil seperti itu."

"Papa kamu baru saja mendaftarkanmu di sana untuk menggantikan ketidakhadirannya. Di sana juga banyak para pengusaha, siapa tahu bisa menjadi calon investor Ryotasoft setelah melihat kamu."

"Kalau Rasi nggak datang di AMOC ID?"

"Kamu akan mempermalukan papa kamu. Om ada di sana nanti. Bawa mobil kamu sendiri. Karena data mobil kamu dan papa kamu berbeda."

"Apa boleh mengajak Aries?"

"Tentu. Acara besok kamu boleh membawa Aries. Kecuali acara Gala Dinner. Kamu harus datang sendiri."

"Kenapa?"

"Kamu boleh membawa Aries di acara Gala Dinner setelah kalian menikah."

"Karena pernikahan bisnis?"

Angga berpikir sejenak lalu mengulas senyum, "Hanya istri yang diperkenankan untuk hadir di sana. Apa ada yang mau ditanyakan lagi?"

"Tidak."

Kedua mata Rasi kembali terpusat pada tumpukan berkas di hadapannya. Meski begitu, separuh otaknya berkelana atas perkataan Angga yang terkesan problematis. Ia pun menjadi semakin terkagum-kagum kepada papanya yang selalu bisa menjaga diri dengan baik walau mama sudah tiada. Sebagai seorang pebisnis ternama, Alrescha pasti mendapat banyak godaan saat bertemu dengan para investor atau klien Ryotasoft. Akan tetapi, papanya itu selalu setia dengan mendiang almarhumah sang mama. Dan Rasi ingin seperti itu. Selalu setia hanya pada satu wanita–Ariesnya.

♡♡♡

Setelah memarkirkan mobil sports terbarunya, Rasi bergegas turun. Ia sedikit berlari menaiki tangga untuk segera masuk ke dalam base camp. Suara gaduh langsung terdengar saat Rasi datang. Onyx, Oz, dan Miez terkesima melihat sosok Rasi yang terlihat semakin sempurna dengan balutan jas berwarna serba hitam. Meski tidak ada dasi yang mengalung, tetapi hal itu tidak mengurangi ketampanan Rasi sedikit pun.

"Wooow...." Miez takjub, sedang Oz masih terdiam karena terpana oleh sosok Rasi yang beda dari biasanya.

"Cool," ucap Onyx sambil mengunyah biskuit gandum.

"Di mana Aries?" tanya Rasi mengabaikan kegaduhan teman-temannya.

"Di kamar kayaknya," jawab Onyx.

"Bang, mobil lu baru?" teriak Richy yang baru saja pulang dari supermarket terdekat.

Rasi mengangguk, "Hmmm."

Langkah lebar Rasi langsung menuju kamar Aries tanpa memedulikan kehebohan di sekitar. Richy mengajak Onyx, Oz dan Miez untuk melihat mobil sports terbaru Rasi yang terparkir di garasi depan base camp. Mereka menganga saat berdiri di depan mobil mewah Rasi.

"Jadi ada berapa mobil sports Rasi?" tanya Miez kepada Richy.

"Dua. Itu yang gue tahu. Ferrari putih kemarin itu dari papanya. Aston Martin ini, gue nggak tahu," cerita Richy mengelus kap mobil Rasi.

"Mobil kamu mana, Richy? Bawalah ke sini. Ajak kita jalan-jalan pakai mobil keren," kata Onyx sambil mengelilingi mobil baru Rasi.

"Kak Onyx, gue itu cuma punya motor sports. Ayah gue itu anggota TNI AU. Mama gue cuma ibu rumah tangga yang kadang jadi supervisor di cafe-nya. Ya, kali, bisa beli mobil milyaran kek gini. Ayah punya, sih, mobil sports, tapi nggak semahal ini. Dan gue nggak boleh pakai," ungkap Richy sebal.

"Ayah lu nggak mau mobilnya lecet itu," ucap Miez.

"Iya. Tapi anaknya kehujanan dan lecet nggak apa-apa. Katanya kotor itu baik. Nggak kotor, nggak belajar," gerutu Richy, dan disambut gelak tawa Oz, Miez dan Onyx.

"Bang Rasi sama Rachel, siapa yang lebih kaya?" tanya Onyx ingin tahu.

"Sebelas dua belas," jawab Oz singkat sebelum masuk kembali ke base camp.

"Abang gue lebih kaya," kata Richy sombong.

"Pantes lu porotin terus," olok Miez.

"Kalian juga ikut makan, kan?" ejek Richy yang langsung diiyakan semuanya.

Sementara itu di dalam kamar Aries, Rasi bergeming setelah menutup pintu dengan hati-hati. Ia memandang Aries yang sedang salat asar dengan khusyuk, kendati Leo selalu saja menggodanya. Menarik-narik mukena Aries, dan berguling-guling di hadapannya. Leo segera berlari ke arah Rasi saat melihat kesayangannya. Ia mengusapkan kepalanya di kedua kaki panjang Rasi. Rasi segera menggendong Leo seperti biasa.

"Ibu lagi salat tahu," kata Rasi sebelum mengusap kepala Leo.

"Kirain nggak pulang," ujar Aries setelah selesai salat dan berdoa.

"Abang mau menjemput kamu," tutur Rasi menghampiri Aries yang sedang melipat mukena.

"Mau kemana?" tanya Aries ingin tahu.

Rasi meletakkan Leo di atas karpet bulu sang kucing, "Temani Abang ke acara touring besok."

"Touring? Pakai motor?" tanya Aries yang sudah duduk di sebelah Rasi-di tepi ranjang.

"Pakai mobil," jawab Rasi singkat sebelum mengambil sesuatu dari celana hitamnya, kemudian memberikan kotak beludru kecil berwarna biru kepada Aries. "Buat kamu. Dipakai nanti."

"Apa ini?" tanya Aries sebelum membuka kotak kecil itu.

"Cincin pernikahan kita," jawab Rasi santai, namun hal itu justru membuat Aries sangat terkejut.

Aries terdiam sesaat. Merasa linglung akan perkataan serius Rasi yang belum pernah didiskusikan sebelumnya. Tentang pernikahan mereka.

"Jadi, kemarin waktu Abang bilang berkas-berkas kita sudah terdaftar di KUA itu benaran?" tanya Aries mencoba mengingat-ingat semua perkataan Rasi perihal pernikahan.

Rasi mengangguk, "Tante Trisha bilang, langsung menikah saja. Tapi kalau kamu mau mengadakan acara pertunangan terlebih dahulu juga nggak apa-apa. Kata Tante, intinya sama kalau hanya sekedar tukar cincin. Lebih hemat waktu dan tenaga."

"Mama tahu?"

"Tahulah. Kalau Tante Trisha nggak tahu, gimana caranya Abang bisa mendaftarkan pernikahan kita. Kan, berkas-berkas penting kamu ada sama Tante Trisha."

"Kenapa nggak ada yang kasih tahu aku?"

Rasi tercengang melihat reaksi tak suka dari Aries, "Apa kamu nggak mau menikah dengan Abang?"

"Bukan karena itu. Tapi kenapa kalian nggak ada yang kasih tahu aku terlebih dahulu? Memangnya menikah itu kayak beli permen di warung?"

"Kamu belum siap?"

Aries terpaku. Menatap kedua mata tajam Rasi yang juga sedang memandangnya dengan intens dan serius. Segala rasa emosi sedang bertarung di dalam diri Aries. Ia ingin menikah dengan Rasi, tetapi tidak dalam waktu dekat. Ia tidak menyangka jika Rasi sedang terburu-buru untuk menikahinya.

Rasi mengulas senyum untuk menutupi rasa kecewanya, "Abang minta maaf. Abang pikir, saat kamu bilang Abang harus mencari cara supaya kamu tidak hamil setelah menikah, itu adalah jawaban kamu mau menikah dengan Abang.

Kalau kamu belum siap, it's okay. Abang akan membatalkan pernikahan kita. Tapi kamu harus tetap memakai cincin itu untuk acara besok. Abang mau memperkenalkan kamu sebagai calon istri Abang. Abang ingin membuat pembatas di sana, supaya Abang nggak perlu berbasa-basi dengan orang-orang yang mendekati Abang karena Ryotasoft."

"Oh iya, ketika kamu sudah memakai cincin itu, artinya kamu juga bersedia untuk memublikasikan hubungan kita kepada semua orang. Kamu pikirkan baik-baik. Abang ke kamar dulu. Habis maghrib, kita berangkat," kata Rasi sebelum beranjak pergi menutupi kekecewaannya.

"Apa Abang sedang melegalkan cara untuk bisa tidur bersama dengan aku?" tanya Aries yang membuat langkah lebar Rasi langsung terhenti.

Kedua tangan Rasi mengepal. Egonya terusik akan pertanyaan Aries yang tidak disukainya. Rasi berbalik. Ia menatap Aries dengan tatapan tajam menyelisik. Membuat Aries mulai berkeringat dingin karena takut.

"Abang memang berengsek. Abang sudah merusak kamu sampai seperti ini. Dan Abang akan bertanggung jawab karena itu. Abang ingin menikahi kamu sedari dulu, sejak pertama kali kamu menerima cinta Abang. Tetapi kamu masih bersekolah kala itu, jadi Abang harus sabar menunggu. Sekarang Abang nggak bisa menunggu lagi. Abang nggak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya," jelas Rasi yang membuat kedua mata Aries merebak.

Aries tidak menyangka jika Rasi seserius itu kepadanya sejak awal. Rasi tidak menyatakan cinta kepadanya secara langsung, tetapi mengungkapkan hal itu dengan berani di hadapan sang mama. Meminta izin untuk mengenalnya, dan ingin menjadi lebih dari sekadar teman biasa. Membuat mamanya terharu, dan merestui hubungan mereka.

"Kamu memang bukan cinta pertama Abang, karena cinta pertama Abang itu Mama. Tetapi Abang berharap, kamu adalah cinta terakhir untuk Abang.

I love you, and everything about you," tegas Rasi sebelum meninggalkan Aries.

Aries bergegas mengejar Rasi yang akan membuka pintu kamarnya. Salah satu tangannya menggenggam tangan Rasi diiringi setitik air mata yang menetes. Kepalanya mendongak. Memandang Rasi yang juga menatapnya dalam diam. Menunggu Aries yang sepertinya ingin mengungkapkan sesuatu.

"Abang nggak pernah merusak aku. Aku yang mungkin membuat Abang menjadi lelaki berengsek di mata orang. Karena aku mau, Abang menjadi milikku seorang," ucap Aries sambil menangis. "Kasih aku kenangan indah sebelum Abang memakaikan cincin ini."

Rasi membasahi bibirnya dengan lidah karena bingung, "Sayang, kamu tahu, kan, Abang itu nggak bisa romantis."

"Usaha, dong! Ini tuh sekali seumur hidup," pinta Aries sambil mengusap air matanya.

Salah satu tangan Rasi mengacak rambutnya dengan frustasi. Otak cerdasnya ternyata tidak mampu memikirkan hal yang begitu manis untuk sang kekasih. Aries menahan tawanya. Melihat wajah tampan Rasi yang begitu tertekan karena permintaan sederhananya.

"Gimana?" ulang Aries bertanya.

Rasi pasrah, "Kamu boleh meminta apa saja yang kamu pengin sekarang, Abang akan mengabulkannya. Tapi jangan meminta Abang untuk menjadi romantis, Abang nggak bisa."

"Oke."

Helaan napas Aries begitu panjang. Menghirup udara sekuat-kuatnya sebelum mengembuskannya dengan perlahan. Mencoba menenangkan dirinya sendiri yang sedang gugup di hadapan Rasi. Kedua mata Aries memandang Rasi dengan lekat. Seulas senyum manis terukir di bibir Aries sebelum mengucapkan permintaannya kepada Rasi.

"Abang tahu nggak cita-cita aku?" tanya Aries serius.

Rasi mengangguk, "Kamu pengin menjadi profesional gamer yang handal," jawab Rasi mengingat perkataan Aries kala itu.

"Bukan itu. Cita-cita aku itu sederhana. Aku ingin menjadi istri Abang. Apa Abang mau membantu mewujudkan cita-citaku itu?" tegas Aries yang langsung membuat mata tajam Rasi menjadi berbinar-binar diiringi senyum manis dan lesung pipi khasnya.

"Abang mau," jawab Rasi sebelum mendekap tubuh kecil Aries dengan erat, dan mengecup pucuk kepala kekasihnya dengan penuh sayang.

Setelah Rasi melepaskan pelukan, Aries mengulurkan tangan kirinya. Meminta Rasi untuk memakaikan cincin di jari manis tangan kiri. Rasi segera mengambil kotak kecil dari tangan Aries. Ia memakaikan cincin pernikahan mereka dengan hati-hati. Pun Aries. Ia juga memasangkan cincin di jari manis tangan kiri Rasi.

Dalam hitungan detik Aries dan Rasi membuang jarak di antara mereka. Saling menautkan bibir, dan berbagi saliva. Menghilangkan sekat untuk meluapkan rasa bahagia yang tak terkira. Kedua tangan Rasi bergerak, mengangkat tubuh Aries yang sedari tadi berjinjit agar bisa membalas ciumannya. Mengendong Aries sembari mencumbunya dengan penuh hasrat yang sepertinya akan kembali meledak.

Tbc.

Wed, 21.12.15 AM.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top