17. Be Alright
MATURE CONTENT!!!
Bijaklah dalam membaca!!
Bolehkah aku meminta sesuatu setelah kalian membaca cerita ini?
Tolong kasih vote dan komen apa pun tentang cerita ini, di sini. Apakah cerita ini pantas dilanjutkan, ataukah harus dihentikan?
Terima kasih sudah membaca, and see you.
🙏
Setelah memarkirkan mobilnya, Rasi berdeham beberapa kali. Ia mulai merasakan napasnya yang terputus-putus. Perlahan ia keluar dari mobil, lantas menghirup udara sekuat-kuatnya. Seakan mencari tambahan oksigen yang mulai berkurang di dalam tubuhnya. Kemudian Rasi berjongkok di samping mobil saat kedua kakinya terasa lemas. Peluh dingin mulai membasahi wajah dan sekujur badannya. Ia mencoba berdiri, dan berjalan tertatih menuju sebuah lorong jembatan yang menghubungkan gedung parkir dan gedung perawatan pasien.
Tiba-tiba tubuh Rasi meluruh jatuh. Ia menggeser tubuhnya agar bisa duduk bersandar di dinding. Dengan sisa-sisa tenaganya, Rasi masih mencoba untuk bisa bernapas dengan normal. Hingga getaran smartphone di saku celana ripped jeans hitamnya seakan menjadi penyelamat saat merasa lemah tak berdaya.
"Halo," ucap Rasi lirih.
"Abang di mana?" tanya Ibra cemas.
"Di rumah sakit," jawab Rasi sebisanya.
"Di mana?" tanya Ibra sebelum berlari menghampiri mobil sports Rasi yang terparkir tidak jauh dari mobilnya.
"Di lorong jembatan penghubung."
Ibra segera berlari sekuat tenaga menuju tempat yang Rasi sebutkan. Langkah lebarnya melambat kala melihat Rasi terduduk lemas sambil menengadahkan kepala seraya menutup mata.
"Abang, kamu baik-baik saja?" tanya Ibra cemas.
Rasi menggeleng, "Antar Rasi ke tempat Papa, Om."
"Kita ke dokter dulu, ya," ajak Ibra khawatir sembari mengangkat tubuh Rasi dan membantunya untuk berdiri.
"Nggak, Om. Ada Ayah Archie nanti."
"Kamu yakin?"
Kedua mata Rasi merebak, "Rasi takut, Om."
Kedua tangan Ibra mendekap Rasi dengan erat. Menopang tubuh tinggi Rasi yang sedang lemah dan tak berdaya agar tidak terjatuh. Isak tangis Rasi mulai terdengar di telinga Ibra. Rasi menangis dalam diam sambil memeluk omnya. Meluapkan segala perasaan yang tak bisa diungkapkanya sedari tadi. Bayangan wajah pucat mamanya yang berlumur darah tiba-tiba kembali melintas di benak Rasi. Pun dengan bayang-bayang Rasi kecil yang harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Setiap bulan Rasi kecil juga harus berkunjung ke rumah sakit untuk memastikan keadaannya benar-benar sembuh.
Tanpa banyak orang tahu, Rasi memiliki ketakutan berlebih saat berada di rumah sakit. Selama ini ia menderita nosocomephobia. Nosocomephobia adalah ketakutan irasional terhadap rumah sakit, bisa mengenai penyakit yang ada di rumah sakit, kematian, dan despresi. Trauma itu didapat Rasi setelah tragedi kecelakaan maut bersama sang mama beberapa waktu silam.
"Ayo," ajak Ibra memapah Rasi untuk berjalan perlahan.
Selama perjalanan ke ruang perawatan papanya, Rasi hanya terdiam. Melamunkan bagaimana kondisi sang papa saat ini. Salah satu tangan Ibra menggenggam tangan kanan Rasi yang gemetar. Jalannya lift seperti melambat. Membuat Rasi tak sabar untuk segera sampai ke tujuan.
"Papa kamu pasti baik-baik saja," ujar Ibra menenangkan, dan tidak mendapat balas apa pun dari Rasi.
Langkah kaki Rasi terhenti sebelum Ibra membuka pintu ruang perawatan papanya. Ia masih mencoba mengembalikan napas normalnya seperti biasa. Menutupi segala ketakutannya di hadapan sang papa. Dengan ragu, Rasi berjalan di belakang Ibra. Seulas senyum Archie menyambut kedatangan Rasi dan Ibra.
"Syukurlah kalau Rasi ke sini sama kamu," ucap Archie tenang.
"Ketemu di tempar parkir, Bang," jelas Ibra.
Air mata mulai bergumul di kedua mata Rasi. Ia memandang papanya yang sedang tertidur dengan penyangga leher. Ada beberapa lebam hitam dan luka kecil di wajah papanya akibat benturan serta serpihan kaca yang pecah. Kedua tangan juga tak luput dari luka. Lebam, sedikit bengkak, dan luka yang sepertinya harus dijahit karena goresan atau benturan keras. Pun di kaki. Terpasang gips di kaki kiri papanya.
"Abang," panggil Alrescha yang terbangun karena mendengar suara orang mengobrol.
Perlahan Rasi menghampiri ranjang perawatan papanya. Ia masih terdiam. Menatap sang papa yang sedang tersenyum kepadanya.
"Sini," titah Alrescha meminta Rasi mendekat, kemudian langsung menggenggam tangan dingin Rasi dengan erat. "Papa baik-baik saja. It's okay."
Air mata Rasi menetes, "Rasi takut, Pa."
"Papa masih bisa menemani kamu menikah besok," ledek Alrescha yang teringat bagaimana Rasi ingin menikahi Aries secepatnya.
Rasi mencium genggaman tangan papanya sambil menangis. Ia benar-benar ketakutan bukan main. Ia takut jika kecelakaan mobil tersebut akan merengut papanya juga. Archie dan Ibra tertawa kecil melihat tingkah Rasi sekarang. Rasi yang dikenal sebagai sosok pria sempurna idaman para wanita di mana pun tiba-tiba menangis tersedu-sedu karena ketakutan.
Archie mengelus kepala Rasi dengan penuh sayang, "Abang baik-baik saja, kan?" tanya Archie yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Rasi.
"Periksa saja, Bang. Tadi Rasi masih kesulitan bernapas, gemetar, dan lemas sebelum masuk rumah sakit," cerita Ibra.
"Besok kalau Aries hamil dan melahirkan, apa papa yang harus menemaninya?" olok Alrescha saat Rasi masih menangis tanpa merubah posisinya.
"Jadi menikah dia, Bang?" tanya Ibra.
"Kalau nggak cepat menikah, nanti Rasi malah menghamili anak gadis orang lagi," jawab Alrescha diiringi tawa Ibra dan Archie.
"Emangnya Aries masih gadis?" ledek Ibra yang membuat Rasi mengangkat kepala, dan mengusap wajahnya dengan kesal.
"Enggak," sahut Rasi singkat.
"Anak siapa, sih, ini? Menyesatkan," olok Ibra kembali.
"Ini Om siapa? Meresahkan. Main potong gaji orang seenaknya aja," tambah Rasi sebal.
"Loh, kalau nggak gitu mana bisa RAN Esports jadi besar kayak sekarang. Dasar nggak profesional," ungkap Ibra seraya mengulas senyum melihat Rasi merengut.
"Papa sudah mengurus berkas-berkas pernikahan kamu dan Aries. Jangan bikin Aries hamil dulu. Mengerti?" peringat Alrescha.
"Tergantung," jawab Rasi asal, dan mendapat pukulan kecil di kepala dari Archie.
"Papa kamu dulu nggak nakal gitu, loh," ucap Archie menasehati.
Rasi duduk di tepi ranjang perawatan, "Papa sama Rasi beda."
"Aduh."
Suara mengaduh dari Rasi terdengar ketika dicubit keras oleh Alrescha. Gelak tawa Ibra pun berkumandang. Sementara Archie hanya menggelengkan kepala melihat interaksi Alrescha dan Rasi yang seperti sahabat karib. Meski Alrescha sangat sibuk, tetapi ia selalu mengetahui apa saja yang sudah dilakukan putranya. Rasi pun selalu jujur jika diinterogasi oleh sang papa. Itulah yang membuat kedua tampak begitu dekat. Tidak ada rahasia apa pun di antara mereka.
♡♡♡
Aries membuka mata dengan terpaksa saat Leo merebahkan tubuh gembulnya di atas wajah. Keduanya tertidur sembarangan di atas ranjang kerena lelah menunggu kabar dari Rasi. Setelah memindahkan posisi Leo, Aries terbangun. Ia langsung mengecek smartphone-nya yang ditindih oleh Leo. Helaan napas kecewanya berembus saat tidak mendapati notifikasi pesan, atau panggilan apa pun dari Rasi. Rasi sama sekali tidak membalas atau meneleponnya tadi malam. Smartphone-nya tiba-tiba tidak aktif saat tengah malam.
Perban yang menggulung di telapak tangan Aries terlihat berwarna hitam kecokelatan. Ia segera bangkit, dan beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum mengobati luka-lukanya. Meninggalkan Leo yang sedang menikmati acara mandinya di atas tempat tidur Aries sebelum menikmati sarapan.
Tepat pukul enam pagi, Aries telah selesai mandi dan mengobati luka di bibir serta tangan sebelum keluar dari kamar. Langkah kecilnya terhenti di depan kamar Rasi dan Onyx yang berada di sebelah kamarnya. Diketuknya pintu itu dua kali, namun tidak ada sahutan apa pun. Perlahan ia membuka pintu kamar yang tidak terkunci. Pemandangan lucu dan sedikit mengejutkan langsung menyambut kedatangan Aries di kamar itu. Onyx sedang tidur terlelap hanya dengan kaos dalam dan celana boxer bergambar superman setelah pulang dari rumah sakit siang kemarin. Tidak ada tanda-tanda kepulangan Rasi semalam.
"Aries, kamu sedang apa?" panggil Riyu saat melihat Aries menutup pintu kamar Rasi dan Onyx.
Aries tersenyum kikuk, "Cari Bang Rasi."
"Mungkin sebentar lagi Rasi pulang," ujar Riyu sebelum perpamitan menuju ke kamarnya sendiri. "Abang ke kamar dulu."
Sementara itu Aries bergegas menuju dapur untuk mencari makanan. Di sana Aries mengambil susu UHT cokelat dan roti gandum, lalu berjalan santai ke lantai dasar base camp. Ia menikmati sarapannya sembari duduk di sekitar kolam renang. Udara pagi masih terasa sejuk dengan angin sepoi-sepoi yang menerbangkan rambut pendeknya. Sesekali ia mengecek smartphone. Berharap Rasi menghubunginya sekarang.
"Ngapain lu sendirian di sini?" tanya Richy sambil membawa sebotol kopi instan di tangan kanannya.
"Cari angin," jawab Aries asal.
Richy duduk di sebelah Aries, "Entar kalau anginnya masuk kebanyakan, tahu rasa, lu. Bengek."
"Berisik," ucap Aries sebal.
"Lu pernah dengar nggak kalau laki-laki dan perempuan itu nggak bisa jadi teman?" Richy mencoba mengobrol normal kepada Aries.
"Pernah."
"Percaya?"
"Huum."
"Itu yang pernah gue rasakan sama lu."
Kepala Aries langsung menoleh ke arah Richy. Ia memandang Richy dengan tatapan penuh tanya. Sementara Richy mengulas senyum menatap wajah imut Aries yang selalu ingin disentuhnya. Membuat salah satu tangannya mengepal untuk menahan diri.
"Gue boleh suka, kan, sama lu?" tanya Richy serius. "Waktu lu datang ke base camp, gue marah karena lu udah bikin gue gagal move on. Tapi gue juga senang, karena akhirnya gua bisa dekat lagi sama lu. Meski lu nggak bisa gue miliki."
"Kamu ngomong apa, sih?" tanya Aries mengalihkan pandangannya, menatap hamparan laut yang berada di belakang base camp.
"Gue kalah cepat sama Bang Rasi. Tetapi gue bahagia, karena lu bisa bersama dengan seseorang yang lebih hebat dari gue. Kalau lu udah putus dari Bang Rasi, apa gue boleh menggantikannya di hati lu?" tanya Richy penuh harap.
Aries menatap Richy dengan lekat sebelum menjawab pertanyaan aneh itu, "Abhra, kamu itu salah satu teman aku selain Bang Rasi dan Rachel. Aku nggak mau kehilangan teman sebaik kamu. Aku sama Bang Rasi nggak akan pernah putus, sampai kapan pun. Karena aku nggak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Bang Rasi itu hidup aku. Karena dia, aku ada di sini."
Richy tertawa menutupi rasa sakit di hatinya. Ia sangat mengetahui bagaimana perasaan cinta Aries untuk adik sepupunya itu. Pun dengan Rasi. Rasi adalah seseorang yang tidak akan pernah melepaskan miliknya dengan begitu mudah. Ia akan menggenggam erat kepunyaannya itu sampai kapan pun.
"Gue udah tahu jawabannya. Gue cuma pengin ngungkapin perasaan gue aja sebelum lu menjadi istri Bang Rasi. Jadi setelah ini, gue bisa move on dengan tenang. Andai aja gue lebih berani dulu, lu pasti sama gue sekarang," sesal Richy.
Aries terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa akan ungkapan cinta Richy yang datang mendadak. Ia tidak pernah menyangka jika Richy memiliki perasaan lebih kepadanya. Richy yang dulu selalu ada untuknya saat bersekolah di SMA. Seperti menggantikan posisi sang pacar di sekolah.
Suara dering smartphone Aries terdengar. 'Ma boy'--kata yang terpampang di layar smartphone Aries. Aries segera mengangkat panggilan itu. Ia menatap Richy sebelum mengalihkan pandangannya kembali.
"Assalamu'alaikum," salam Aries.
"Wa'alaikumsalam. Cepat masuk," perintah Rasi yang sedang bersembunyi memerhatikan Aries dan Abhra dari dalam base camp.
"Sebentar," ucap Aries gugup sambil memandang Richy kembali.
"Abang hitung sampai tiga. Atau kamu akan melihat Abang dan Richy berantem," tutur Rasi sabar, tapi terdengar menakutkan di telinga Aries. "Satu...."
Aries menyahut cepat, "Oke."
"Abhra, aku masuk dulu," pamit Aries sebelum beranjak pergi meninggalkan Richy.
"Dua," hitung Rasi yang mulai menaiki anak tangga ke lantai atas.
"Sudah. Abang di mana?" tanya Aries setelah sampai di dapur.
"Di kamar kamu."
Panggilan itu terputus tanpa salam atau basa-basi apa pun. Aries tergesa-gesa menaiki anak tangga. Kemudian segera masuk ke kamarnya. Suara pintu kamar yang terkunci, langsung membuat Aries menoleh ke belakang. Di sana Rasi sedang menatapnya dengan tatapan tajam menyalang seakan ingin menerkam.
Rasi melepas tas ransel, dan meletakkannya sembarangan di atas lantai. Ia berjalan menghampiri Aries yang sedang bergeming di samping tempat tidur. Hanya suara Leo yang terdengar di ruang kamar Aries sekarang.
"Meow."
"Jangan pernah mengobrol berdua dengan Abhra. Abang nggak suka," tegas Rasi.
"Kenapa? Abhra, kan, saudaranya Abang," sahut Aries yang masih gugup karena melihat raut wajah tak bersahabat dari Rasi.
"Sejak dulu, Abhra suka sama kamu. Kalau aja waktu itu Abang nggak langsung meminta izin sama Tante Trisha buat menjadi pacar kamu, Abang nggak akan punya kesempatan lagi. Meski saat itu kamu belum mengenal Abang," cerita Rasi yang membuat Aries terperanjat.
"Abang tahu?"
"Tatapan Abhra ke kamu itu beda sedari dulu. Meski Abhra sering membuat keributan dengan kamu, tapi tatapan mata dia nggak bisa bohong."
"Apa aku harus pergi dari sini?"
"Jangan terlalu dekat dengan Abhra. Atau kamu akan benar-benar melihat Abang dan Abhra ribut."
Lagi. Aries hanya bisa terpaku saat Rasi menatapnya dengan lekat setelah berhasil membuang jarak di antara mereka. Detak jantung Aries mulai bertalu-talu, diiringi dengan debaran yang tak bisa dikendalikan ketika tangan kanan Rasi mengusap lembut di bibirnya.
"Masih sakit?" tanya Rasi yang mungkin sudah bisa mengendalikan emosinya.
"Sedikit," sahut Aries gugup sambil menyentuh tangan kanan Rasi yang masih di bibirnya.
"Tangan kamu kenapa? Kok, luka gini?" cemas Rasi saat melihat telapak tangan kanan Aries dibalut perban.
"Kena pecahan gelas di kamar mandi."
"Minggu depan sudah sembuh belum? Kamu harus menemani Abang bermain melawan Black Hawk Gaming. Abhra belum bisa mengikuti ritme bermain Black Hawk Gaming selama ini."
"Sekarang juga masih bisa main. Tapi nggak selincah biasanya."
"Istirahat dulu," ucap Rasi yang hanya dibalas anggukan kepala dari Aries.
Kedua mata Aries mengerjap kaget, ketika Rasi tiba-tiba mengecup bibirnya dengan lembut.
"Sakit?" tanya Rasi, dan hanya disambut gelengan dari Aries.
Tanpa terduga, Rasi kembali mencium lembut bibir Aries. Pelan namun pasti, ia mencucup dan melahap bibir padat sang kekasih dengan penuh semangat. Seolah melupakan luka di bibir Aries. Memaksa Aries untuk ikut membuka bibirnya. Agar bisa saling beradu lidah, dan berbagi saliva seperti biasanya. Aries tampak pasrah saat Rasi menidurkannya di atas tempat tidur. Membiarkan Leo menonton adegan dewasa tanpa sensor apa pun.
Desahan kecil Aries mulai terdengar ketika Rasi menciumi leher jenjangnya tanpa memberikan jeda walau hanya sedetik. Sensasi menggelitik, dan mendebarkan semakin membuat desahan Aries lolos tanpa bisa terkendali. Rasi sengaja membuat bekas merah di sekitar tulang selangka Aries. Meluapkan rasa cemburunya dengan memberikan tanda kepemilikan di tubuh Aries. Ciuman panas Rasi kembali berlanjut, hingga desahan Aries semakin jelas terdengar.
"Abang," ucap Aries saat salah satu tangan Rasi merangsek masuk ke dalam kaos oblong-nya tanpa izin.
Tubuh Aries melenguh. Menikmati sentuhan lembut Rasi yang sudah lama tak menjamahnya di sana. Sejak keduanya bertemu kembali, Rasi tidak pernah melewati batas hingga ke bawah tulang selangka. Tangan Rasi pun tidak pernah menyingkap baju Aries ketika sedang bercumbu berdua.
"Abang, nanti siang ada pertandingan," peringat Aries di tengah lenguhan napasnya yang memburu karena ulah Rasi.
Rasi menghentikan ciumannya. Sementara salah satu tangannya masih berada di tempat ternyamannya-dada Aries. Tangan satunya menahan tubuh agar tidak menindih Aries. Keduanya berpandangan dalam diam.
"Apa kamu mau menikah dengan Abang sekarang?" tanya Rasi serius.
"Sekarang?" ulang Aries bingung.
"Gimana?"
"Abang mabuk?"
"Abang sudah lama nggak minum."
"Abang kenapa? Kok, tiba-tiba jadi begini? Cemburu sama Abhra? Aku nggak punya perasaan apa-apa sama Abhra."
Rasi kembali mencium Aries. Ciuman lembut namun penuh hasrat. Membungkam mulut Aries dengan cintanya yang sedang menggebu. Salah satu tangannya mulai berani membuka kancing hot pants Aries dalam sekejap. Kemudian mengeksplorasi di dalamnya hingga tubuh Aries melenguh sambil meremas sprei dengan kuat karena desiran hebat yang seakan ingin meledak.
Aries menerimanya dengan sadar, dan penuh kepasrahan. Membiarkan Rasi melakukan hal yang selama ini telah ditahan sendiri. Aries mengeja tato tulisan kecil yang berada di lengan dalam di tangan kanan Rasi--faith. Tato itu terlihat saat Rasi membuka kemeja setelah menanggalkan pakaian Aries dengan tak sabar. Satu kata yang selalu dipegang teguh oleh Rasi sebelum melakukan sesuatu. Kata yang tidak akan pernah memiliki akhir dalam hidup Rasi.
Erangan, dan desahan tertahan Aries semakin membuat hasrat Rasi menggebu-gebu. Lenguhan Aries dalam dekapannnya seperti candu yang memabukkan. Diciumnya bibir Aries lagi, menahan suara yang mungkin akan terdengar oleh sekitar sebelum mereka mencapai klimaks bersama. Klimaks yang mampu meledakkan seluruh emosi rasa yang sudah tersimpan begitu lama di diri keduanya.
"Bangunkan Abang nanti," kata Rasi setelah menutupi tubuh shirtless-nya dan Aries dengan bed cover.
Setelah itu Rasi mencium kening Aries, lalu mendekap tubuh kecil sang kekasih sebelum terlelap karena kelelahan. Rasi tidak sempat tertidur di rumah sakit. Banyak hal yang harus dikerjakannya selama sang papa dirawat di rumah sakit. Termasuk menyelidiki kecelakaan sang papa yang ternyata disengaja oleh seseorang.
Sementara itu Aries bergeming di dekapan Rasi. Mencoba menulikan pendengarannya dari suara-suara di luar kamar. Semua orang tahu, jika Rasi sering keluar masuk ke kamar Aries dengan seenak hati. Namun Rasi tidak pernah berada di kamar Aries lebih dari satu jam. Entah apa yang akan terjadi setelah ini jika Rasi tertidur di kamar Aries selama berjam-jam. Memikirkannya membuat Aries menggila.
♡♡♡
Selesai mandi dan berganti pakaian untuk bertanding, Rasi bergegas menuju kamar Aries. Memastikan Aries dalam keadaan baik-baik saja sebelum keluar dari kamar. Seperti biasa, Rasi membuka pintu kamar Aries tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Di dalam sana Aries sedang mengobati luka di tangannya dengan rambut yang masih kusut dan basah.
"Sini," pinta Rasi yang langsung berjongkok di hadapan Aries. "Masih berdarah lukanya?"
"Enggak," jawab Aries singkat.
"Masih sakit?" tanya Rasi lagi.
"Apanya yang masih sakit?" Aries balik bertanya karena pertanyaan ambigu Rasi.
Rasi mendongak setelah selesai menutup luka tangan kanan Aries dengan balutan perban, "Bibir, tangan dan yang di bawah."
"Sedikit."
"Yang mana?"
"Abang, ih! Keluar sana!"
"Nggak mau. Abang mau membantu kamu di sini."
"Bantu apa?!"
"Bantu apa aja. Kalau-kalau kamu butuh bantuan."
Rasi tersenyum jahil, dan langsung mendapat tendangan kecil di kaki dari Aries. Hingga suara tawa Rasi terdengar.
"Abang serius. Masih sakit? Abang ingat, dulu kamu kesakitan setelahnya," kata Rasi menyesal.
Aries langsung mengerti arah pembicaraan Rasi, "Ya, sakit. Tapi udah mendingan, nggak sesakit tadi. Aku masih bisa jalan dengan baik dan benar. Sana keluar!"
Rasi mengecup bibir Aries, "Abang bantu kamu mengeringkan rambut dulu. Setelah itu Abang keluar. Janji."
"Janji palsu."
Gelak tawa Rasi kembali terdengar. Ia segera mengambil hair dryer di meja rias setelah membantu menyisir rambut Aries. Sementara Aries memandangi pantulan diri Rasi yang sedang serius mengeringkan rambutnya dengan hati-hati.
Aries mengulum senyum saat mengingat kembali apa yang sudah mereka lakukan beberapa jam lalu di ranjang. Semua perasaan sedang bercampur aduk di dalam diri Aries. Bahagia, takut, cemas dan gelisah. Tetapi ia selalu percaya kepada Rasi. Karena setiap apa yang Rasi lakukan, semua sudah terencana di otak sempurnanya. Seperti ilmu pasti yang akan memberikan jawaban mutlak pada hasilnya.
♡♡♡
RAN Ryuga mengalami kekalahan melawan tim Astro Gaming di babak kedua. Sedari tadi Rasi terdiam setelah mengamuk di arena permainan karena ulah Richy yang tidak pernah mengindahkan perintahnya. Miez, Oz, dan Onyx tidak berani bersuara jika melihat raut wajah Rasi yang sedang menahan amarah. Mereka juga terkejut saat Rasi tiba-tiba membentak Richy saat bertanding. Hal yang tidak pernah terjadi selama mereka bermain bersama selama beberapa tahun.
Pintu ruang tunggu tim RAN Ryuga terbuka dengan kasar. Membuat Aries, Riyu, dan Kevin terperanjat kaget mendengar debuman pintu yang terbuka.
"Aries, ajari Abhra bagaimana cara bermain sebagai mid laner yang baik dan benar," titah Rasi mencoba bersabar.
Richy langsung bersungut-sungut, "Apa maksud Abang? Abang mau membandingkan gue dengan Aries lagi?!"
"Abang tidak sedang membandingkan kamu dengan Aries. Gaya permainan kalian itu jauh berbeda. Dan nggak akan pernah sama. Apa kamu sengaja ingin membuat RAN Ryuga kalah hari ini?" kata Rasi menatap tajam Richy dengan mengintimidasi.
"Abang cemburu sama gue?" tanya Richy berani, dan mampu membuat semua orang kebingungan atas pertanyaannya.
Salah satu tangan Rasi mengepal sebelum menjawab pertanyaan konyol Richy, "Apa yang ada di otak kamu sekarang? Di babak kedua, kamu bermain sendirian. Berapa kali kamu nggak mengindahkan perintah Abang? Kalau kamu mau menjadi kapten tim, tunjukkan bahwa kamu memang jauh lebih baik dari Abang. Bisa?!"
"Rasi cukup." Riyu melerai dengan sabar.
"Jangan main di base camp!!!" teriak Richy marah.
Miez, Oz, Onyx, Riyu, dan Kevin sampai terkesiap mendengar teriakan marah Richy. Mereka jarang sekali melihat Richy semarah itu kepada siapa pun. Walau Richy sering dirundung di base camp sekali pun, ia tidak pernah marah dan memasukkannya ke dalam hati.
Aries tersentak kala Richy membentak Rasi, "Abhra udah."
"Dan lu, Aries! Bisa-bisanya lu jadi cewek murahan buat Bang Rasi," rutuk Richy lepas kendali.
"Jaga mulut kamu!" bentak Rasi marah.
"Kenapa?! Abang yang udah bikin Aries jadi cewek murahan tahu!" balas Richy yang membuat Aries langsung tersinggung meski hal itu benar adanya.
"Iya, aku cewek murahan. Kenapa? Apa ada masalah sama kamu? Memangnya kamu siapa?!" bentak Aries kesal. "Kamu baca ini baik-baik. Berapa banyak kesalahan yang kamu perbuat di babak kedua tadi. Kamu hafalin ini semua di otak kamu, biar nggak mempermalukan diri kamu sendiri di babak terakhir nanti!"
Aries memberikan buku catatannya dengan kasar kepada Richy. Kemudian bergegas pergi dari ruang tunggu karena merasa sangat malu. Meninggalkan semua orang yang masih bingung dengan keributan antara Rasi, Richy dan Aries. Richy mengetahui apa yang telah dilakukan Rasi dan Aries di base camp pagi tadi di saat semua orang masih tertidur, dan enggan untuk bangun. Ia marah karena Rasi tidak bisa memegang kata-katanya dengan baik di hadapan para anggota tim RAN Ryuga kala itu.
"Kita selesaikan urusan kalian di base camp," kata Kevin melerai, sambil menarik Rasi dari hadapan Abhra.
Riyu mendorong Abhra untuk duduk, "Abang nggak suka melihat adik-adik Abang berantem seperti ini. Kita selesaikan pertandingan ini dengan baik. Kalau kamu sayang sama Aries, kita harus menang hari ini. Jangan sampai dia di-bully lagi," bisik Riyu sabar, dan hanya dibalas tatapan tajam dari Abhra.
♡♡♡
Suasana tegang tampak terasa di dalam ruang meeting base camp. Sudah beberapa menit berlalu, namun tak ada satu pun suara yang terdengar untuk memulai pembicaraan. Rasi, Aries, Richy, dan Riyu duduk bersebelahan. Di seberang ada Onyx, Oz dan Miez yang sedang menerka-nerka penyebab keributan di antara Rasi dan Richy.
Sementara Kevin yang berdiri bergeming di depan hanya memandang Rasi dan Richy bergantian. Ia benar-benar kebingungan jika kedua saudara sepupu itu membuat keributan. Rasi yang biasanya tenang dan sabar, tiba-tiba menjadi sering emosi akhir-akhir ini. Pun Richy. Anggota termuda di keluarga Nataya itu tiba-tiba saja berani menentang Rasi di depan anggota tim inti RAN Ryuga. Sementara Riyu seperti sedang mengumpulkan puzzle dari masalah adik-adik sepupunya tanpa berkomentar apa pun.
"Jadi, siapa yang mau menjelaskannya terlebih dahulu? Rasi, atau Richy? Kita semua di sini karena kalian sudah secara tidak langsung membawa kami ke dalam masalah yang entah karena apa. Jelaskan sekarang, ada apa sebenarnya?" tutur Kevin lugas.
"Tanya aja sama Bang Rasi. Ngapain dia di kamar Aries selama tiga jam lebih tadi pagi," sahut Richy sebal.
"Heh?!" Onyx terkejut.
"Saya tidur di kamar Aries." Rasi menjawab jujur.
"Wow," ucap Miez spontan.
"Yakin cuma tidur?" cibir Richy menyindir.
"Maaf. Saya lupa membawa Aries ke hotel untuk mengajaknya tidur bersama. Puas?!" tegas Rasi yang membuat semua orang terkejut.
"Ooow...." Oz mulai bersuara.
"Kenapa lu jadi ketularan gue, sih, Ras? Sialan!" ujar Miez terheran-heran.
"Aku nggak dengar apa-apa tadi pagi," ucap Onyx bingung.
"Mana dengar lu, Kak. Lu tidur aja kayak orang yang dibius karena obat." Richy mengejek Onyx seperti biasa.
"Rascal, apa benar itu?" tanya Kevin memastikan.
Aries mengangguk pasrah, "Maaf."
"Enak banget lu minta maaf. Emang habis minta maaf, bisa gitu ngehapus suara desahan lu di telinga gue?" ujar Richy tak terima.
Aries memukul lengan Richy yang duduk di sebelahnya dengan sekuat tenaga. Membuat Richy mengaduh kesakitan.
"Sial!" seru Richy.
"Stupid!" ejek Rasi jengkel.
"Abang tu yang stupid! Bilangnya, saya nggak akan melakukan sesuatu dengan Aries di base camp. Apaan! Penipu," tutur Richy mengingatkan Rasi.
"Saya akan segera menikahi Aries setelah final nanti," tukas Rasi lugas.
"Abang bisa nggak kalau ngomong tu dipikir dulu?! Kayak orang nggak punya otak aja," timpal Richy yang sedari tadi geregetan dengan Rasi.
"Kalau Abang nggak punya otak, Aries pasti sudah hamil sekarang," tegas Rasi yang masih marah kepada Abhra, dan langsung mendapat cubitan dari Aries di pahanya.
Tanpa mengaduh, Rasi melanjutkan perkataannya dengan santai, "Berkas-berkas saya dan Aries sudah terdaftar di KUA. Kalian cek aja kalau nggak percaya."
"Benar Aries?" tanya Riyu.
Aries mengangguk patuh saat melihat tatapan menggoda dari Rasi. Meski ia tidak tahu menahu tentang rencana pernikahannya dengan Rasi sejauh ini. Rasi belum pernah membahas persiapan atau pendaftaran pernikahan mereka.
"Sialan!" umpat Richy.
"Kamu masih bisa menyayangi Aries. Abang nggak akan melarangnya. Asal kamu sadar diri, kalau Aries itu punya Abang. Mengerti?" Rasi menimpalinya dengan santai.
"Jadi, kalian berdua sedang memperebutkan Aries?" tanya Oz yang sedari tadi diam.
"Huum," sahut Rasi singkat.
"Bangke kalian!" seru Miez kaget.
"Wow...." Onyx takjub dengan kedua saudara sepupu itu.
"Rasi, kamu tahu, kan, hukuman apa yang akan kamu terima karena melakukan tindak terlarang di base camp?" peringat Kevin.
"Sure. Hukum saya saja. Saya yang memaksa Aries," tegas Rasi yang langsung mendapat cubitan keras lagi dari Aries.
"Rascal.... Ah, sial! Gue kira lu cupu, ternyata suhu," goda Miez sebelum tertawa keras.
"Aku juga salah, kak," aku Aries yang langsung mendapat tepuk tangan dari Oz, Miez dan Onyx.
Miez kembali bersuara, "Baru kali ini gue lihat Rasi jadi bodoh. Lu kayak nggak punya duit aja, sih, Ras. Gue aja mainnya di hotel berbintang. Bangke, lu!"
"Bang Rasi emang Abang gue yang paling bangke. Dia itu busuk banget! Salat nggak ketinggalan, tapi maksiat juga jalan," olok Richy berani, meluapkan amarahnya kepada Rasi.
"Nggak ada uang jajan tambahan selama dua bulan ke depan," ancam Rasi telak.
"Sial!" Richy mengumpat karena pemasukan keuangannya akan berkurang.
"Karena masalah ini masih di ruang lingkup base camp RAN III, jadi kita selesaikan secara kekeluargaan saja. Silakan kalian rundingkan, hukuman apa yang akan diberikan kepada Rasi dan Rascal?"
"Bang Rasi harus membelikan kita makanan sehari tiga kali selama satu tahun penuh. Makanan harus bergizi dan empat sehat lima sempurna," ucap Onyx lantang.
"Ide bagus," timpal Miez.
"Oke." Rasi langsung mengiyakan.
"Voucher belanja buat tutup mulut," kata Miez sambil tersenyum jahil.
Rasi mengangguk, "Fine."
"Hapus potongan uang jajan tambahan buat gue, dan genapkan uang jajan itu." Richy menambahkan.
"Kalian lagi memeras Bang Rasi?" ucap Aries tak suka.
"No, no, no," kata Richy senang.
"Deal," ucap Rasi menyetujui.
"Untuk Aries, jangan mengulangi kesalahan yang sama. Kecuali kalau kamu sudah menjadi istri sah Rasi," pinta Riyu tegas.
"Hmmm," sahut Aries menahan malu.
"Jangan lupa, setelah final ajak kita semua jalan-jalan dan berlibur. Menang atau kalah, kita harus liburan," pinta Oz sumringah.
"Oke." Rasi kembali menyetujui tanpa bantahan apa pun.
"Satu lagi, izinin gue untuk bisa mengobrol dengan Aries seperti kemarin. Janji, gue nggak akan merebut Aries," ujar Richy yang membuat Rasi menolehkan kepala sembari melayangkan tatapan tajam.
"Apaan sih, kamu?!" gerutu Aries.
"In one condition," ucap Rasi serius.
"Apa?" tanya Richy.
"No skinship!"
"Oke."
"Rascal tidak boleh hamil jika kita lolos kualifikasi turnamen OPL SEAC," pungkas Kevin telak.
"Oke," jawab Rasi tegas.
"Yakin, Ras?" tanya Miez meledek.
"Aries masih ingin bermain sampai saya pensiun," terang Rasi yang sedikit membuat Aries terkejut.
Aries tidak pernah memikirkan jika suatu saat Rasi akan berhenti bermain. Bermain game adalah salah satu kebahagiaan Rasi selama ini. Rasi juga tidak pernah membahas masalah pensiun tersebut.
"Kirain, gue bisa jadi roster setelah lu menikah sama Bang Rasi. Ah, rese!" tutur Richy kepada Aries.
"Aku akan kasih posisi roster mid laner ini sama kamu, kalau kamu sudah benar-benar bisa setara denganku. Tanpa perlu menunggu aku pensiun. Bagaimana?" kata Aries serius.
Richy menoleh. Memandang Aries yang juga sedang menatapnya. Hingga sebuah pulpen mendarat di wajah, dan membuatnya tersadar dari lamunan akan Aries. Richy mendapati Rasi yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam mengintimidasi.
"Gimana kalau kita ke Dojo?" kata Rasi mengajak Richy berkelahi di dojo rumah kakek nenek mereka.
Aries beranjak berdiri dengan kesal. Ia segera pergi meninggalkan ruang meeting tanpa pamit. Ia merasa tak nyaman dengan tingkah Rasi dan Richy yang sepertinya masih ingin melanjutkan keributan.
Richy tergelak, "Bini lu marah tuh, Bang. Puasa lu nanti malam."
"Kamu juga. Kenapa, sih, harus rebutan gini sama Rasi? Kayak nggak ada cewek lain aja," omel Riyu yang sedari tadi mencoba bersikap sabar.
"Abang, gue juga nggak mau punya perasaan, kek, gini. Salah gue? Ya, enggaklah. Orang Allah yang kasih perasaan ini, masa gue tolak," sahut Richy yang membuat Rasi mengembuskan napas dengan kasar.
"Oke. Case closed," kata Kevin sebelum menutup meeting. "Saya akan membuat surat perjanjian hasil dari perundingan kalian tadi. Jika Rasi sampai mengulangi perbuatannya, maka saya akan langsung menyerahkan kasus ini ke klub."
"Oke," sahut Rasi patuh.
"Selamat beristirahat semua. Kecuali Rasi, ikut saya," perintah Kevin sebelum keluar dari ruang meeting.
Tbc.
Mon, 21.12.13 AM.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top