16. Not Giving Up

Aries duduk terdiam di samping Rasi. Ia tahu jika Rasi pasti sedang menahan emosinya sekarang. Suasana bus RAN Ryuga pun tampak sunyi. Tidak ada senda gurau, atau obrolan seperti biasanya. Keterdiaman Rasi mampu membuat semua orang di sekitarnya enggan untuk bersuara. Perlahan kepala Aries menghindar, ketika tangan kanan Rasi ingin mengobati luka di bibirnya yang mulai sedikit membengkak.

"Abang bersihkan lukanya," kata Rasi sabar.

Aries menoleh, kemudian mencoba mengambil tisu yang sudah dibasahi oleh air mineral dari tangan kanan Rasi. Namun Rasi tak memberikannya.

"Abang bantu obatin," ulang Rasi lugas.

"Aku bisa mengobati sendiri. Sini," pinta Aries yang sedang tak ingin berdebat.

Rasi bergeming. Ia menatap lekat Aries dengan tatapan yang sulit diartikan oleh siapa pun. Tatapan marah, takut, dan cemas bercampur menjadi satu. Aries merebut tisu yang basah itu dari tangan Rasi. Membuat emosi Rasi sedikit tak terkendali.

"Kamu kenapa, sih? Marah? Harusnya Abang yang marah sama kamu," ucap Rasi yang bisa didengar oleh semua orang di dalam bus.

"Aku lagi nggak mau ribut sekarang," balas Aries sambil menggosok bibirnya yang masih sedikit mengeluarkan darah.

Rasi menahan tangan Aries yang sedang mengusapi bibirnya dengan tak sabar, "Nanti makin berdarah bibirnya!"

Aries terpaku mendengar nada suara Rasi yang sedikit meninggi. Ketakutan mulai merasuki diri Aries yang sedari tadi mencoba kuat di depan Rasi. Ia tidak ingin disalahkan kembali atas apa yang telah terjadi beberapa menit lalu di toilet. Sementara itu, semua orang reflek menoleh ke belakang. Terkejut dengan suara nada tinggi Rasi yang tak pernah didengar sebelumnya. Mereka memandang Aries dan Rasi yang duduk di kursi barisan belakang.

Setitik air mata Aries menetes, kala Rasi membersihkan luka bibirnya dengan perlahan dan hati-hati. Kemudian mengompresnya dengan es yang dibungkus sapu tangan. Mencoba mengurangi pembengkakan, dan darah yang masih keluar. Aries hanya terdiam. Merasakan nyeri di bibir, dan hatinya dalam waktu bersamaan.

"Jangan marah sama Aries, Bang. Gue yang salah," ujar Rachel memberanikan diri setelah luka di sudut bibirnya selesai diobati oleh Riyu.

"Kenapa kalian bisa berantem?" tanya Richy ingin tahu.

"Mereka menghina Aries, Bang Rasi, dan RAN Esports. Aries sempat mengajak gue keluar dari toilet. Tapi gue sudah terlanjur emosi. Omongan mereka benar-benar keterlaluan," jelas Rachel takut sambil menggenggam salah satu tangan Riyu.

"Kamu yang mulai duluan?" tanya Riyu.

Rachel menggeleng sambil menahan diri untuk tidak menangis karena takut, "Enggak, Bang. Mereka dorong aku dulu. Aku sama Aries nggak mungkin berantem kalau mereka nggak memulainya," kata Rachel yang langsung mengubah gaya bahasanya saat berbicara dengan Riyu.

"RAN Ryuga ladies versus Golden Fairy," gumam Richy tak percaya, "Amazing!"

Tepat pukul 7 malam, suara dering smartphone Kevin berbunyi. Tangan kanan Kevin terangkat ke atas. Menginstruksikan semua orang agar terdiam sebelum mengangkat panggilan itu.

"Selamat malam, Pak," kata Kevin yang sudah siap dimaki oleh si penelepon.

"Malam. Di mana?" tanya CEO RAN Esports sekaligus om Rasi, Nalendra Ibrahim.

"Di perjalanan pulang, Pak." Kevin menjawab singkat.

"Saya tunggu di ruang VIP bersama Rasi dan Aries," titah Ibra yang langsung memutus panggilan secara sepihak.

"Kita makan dulu, Kak," kata Rasi yang membuat semua orang bingung.

"Rasi, kita sudah ditunggu Pak Ibra di base camp," tutur Kevin mengingatkan.

Rasi mulai acuh tak acuh, "Pak Irfan, berhenti di restoran cepat saji di depan. Kita makan dulu, Pak."

"Iya, Bang," sahut Pak Irfan, supir bus RAN Ryuga.

Rasi menghapus air mata Aries yang semakin deras mengalir, "Abang di sini. It's okay."

Aries menangis dalam diam karena ketakutan. Tak ada kata yang bisa diucapkannya sekarang. Tangisnya semakin terisak saat Rasi memeluknya dengan erat. Rachel, Riyu, Richy, Oz, Miez dan Kevin hanya bisa bergeming di kursinya masing-masing.

"It's okay, Sayang," ucap Rasi menenangkan.

"Maaf," kata Aries di tengah isak tangisnya.

Tak ada sahutan apa pun dari Rasi. Ia mengusap, dan mengecup pucuk kepala Aries dengan penuh sayang. Tanpa memedulikan keadaan sekitar yang sedang menontonnya menenangkan sang kekasih. Sesekali Rasi menggenggam tangan Aries yang sudah berkeringat dingin karena ketakutan.

♡♡♡

Kedua tangan Rachel menggenggam erat tangan Aries yang masih terasa dingin. Mencoba menenangkan Aries yang sedari tadi terdiam. Pun semua orang di sekitarnya yang sedang terhanyut dengan pikiran masing-masing. Memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi di base camp nanti. Mereka mengetahui, jika sang CEO RAN Esports datang berkunjung ke base camp sama artinya dengan akan ada suatu masalah yang menimpa. Sesuatu yang tidak menggembirakan bagi tim RAN Ryuga tentunya.

"Aries, gua minta maaf," kata Rachel menyesal.

Aries mengulum senyum sedihnya, "It's okay," sahut Aries mencoba menenangkan diri sendiri dengan kata-kata andalannya.

Perlahan air mata Rachel menetes. Air mata yang sedari tertahan, akhirnya jatuh juga. Rachel tak kuasa melihat raut wajah Aries yang sedang takut, dan bercampur cemas. Aries selalu tampak berani dan kuat di kesehariannya. Akan tetapi jika Aries sudah terdiam dan menangis, berarti sang sahabat sedang membutuhkan bahu untuk bersandar. Pertanda ketegaran Aries mulai goyah.

Sementara itu di dalam restoran cepat saji, Rasi beranjak pergi sesudah membayar pesanan makanannya. Meninggalkan Oz dan Richy setelah meminta mereka untuk membawa makanan ke meja makan. Setelah itu Rasi segera menghampiri Miez yang sedang merokok dan menyendiri tidak jauh dari meja makan mereka di area out door.

"Tolong bantu Oz sama Richy. Pesanannya banyak," pinta Rasi kepada Miez.

Miez menggangguk. Tetapi langkah lebar Miez terhenti ketika salah satu tangan Rasi menahan kepergiannya.

"Rokok," ucap Rasi yang membuat Miez mengerutkan dahi perlahan.

"Lu udah lama nggak merokok, Ras. Nggak usah macam-macam. Makan permen aja sana," tolak Miez yang sangat hafal dengan kebiasaan Rasi.

"Cepat," titah Rasi tak ingin dibantah.

Helaan napas pasrah Miez berembus kasar. Ia merogoh saku jaketnya, dan mengambil sebungkus rokok beserta pemantik api. Ia mengambil satu buah rokok, lalu memberikannya kepada Rasi. Kemudian memantikkan api setelah Rasi mengigit rokok itu sebelum pergi.

Pandangan Rasi mengedar sembari menghisap rokok yang terjepit di antara jemari tangan kanannya. Menikmati sesuatu yang hampir ditinggalkannya selama setahun terakhir sebelum menyambut kedatangan Aries di base camp. Aries sangat benci jika melihat Rasi sedang merokok. Meski Rasi hanya menggunakannya untuk pelarian sesaat saja. Menurut Aries, rokok akan mengurangi waktu kebersamaannya dengan orang tercinta. Ia tak ingin kebersamaan indah itu dipisahkan oleh benda yang mempercepat kematian. Walau kematian adalah sesuatu yang pasti dalam sebuah kehidupan.

"Rasi!" panggil Kevin ketika mendapat telepon dari Ibra.

Rasi bergegas menuju meja makan dengan rokok yang masih menyala. Ia memerhatikan nama yang terpampang di layar smartphone Kevin-Pak Ibra. Tangan kanan Rasi terangkat, kala Aries ingin mengambil rokok yang tersemat di jemarinya.

"Angkat," perintah Rasi sebelum menghisap kembali rokoknya, lalu mengusap lembut kepala Aries seperti biasa.

Oz, Miez dan Richy datang. Membawa pesanan makanan Rasi. Mereka meletakkan tiga nampan yang berisi banyak makanan cepat saji beserta minumannya. Richy mengambil sebuah nampan, dan meletakkan pesanan makanan Pak Irfan. Ia mempersilakan Pak Irfan untuk makan terlebih dahulu. Kemudian memandang Rasi yang sedang merokok. Pemandangan yang sudah lama tidak dilihatnya. Kebiasaan buruk seperti rutinitas sang ayah yang tak bisa diubah meski sudah berkurang intensitasnya.

"Terima kasih, Bang," tutur Pak Irfan kepada Richy.

"Sama-sama, Pak," balas Richy sopan.

"Iya, Pak, sebentar," ucap Kevin setelah mengangkat telepon, lantas memberikan smartphone-nya kepada Rasi.

"Halo," salam Rasi yang sedang mengontrol emosinya.

"Cepat pulang," perintah Ibra tegas.

"Rasi lapar, Om. Rasi makan dulu," sahut Rasi santai.

"Kamu benar-benar, ya! Om pusing ini," keluh Ibra tak sabar.

"Om istirahat aja. Rasi bisa mengurus sendiri nanti."

"Sekarang sudah menjadi urusan klub. Jadi kamu nggak bisa mengambil alih masalah ini sendiri! Cepat pulang!"

"Oke."

Rasi segera menutup panggilan penting dari Ibra. Suara makian sempat terdengar di telinganya sebelum memutus panggilan sepihak itu. Ia duduk di samping Aries sambil menggigit rokoknya. Mengambilkan makanan untuk Aries dan dirinya. Ia memandang saudara, teman dan sang kekasih yang sedang menatapnya.

"Kenapa? Makan," ucap Rasi santai, "Kalau nggak nafsu makan, kasih makanannya sama pengemis. Biar nggak mubazir."

"Selamat makan," ujar Miez sebelum menikmati makan malamnya, diikuti yang lain.

"Matikan rokoknya," pinta Aries sambil menatap Rasi dengan berani.

"Tanggung, Sayang. Cepat dimakan," sahut Rasi sebelum menggigit burger-nya.

"Aku tunggu," timpal Aries menunggu Rasi mematikan rokoknya.

"Oke," balas Rasi melanjutkan memakan burger tanpa mengindahkan ucapan Aries yang memintanya mematikan rokok.

Rachel mencoba menelan makanannya dengan susah payah. Ia memandang Rasi dan Aries bergantian. Kemudian menatap Riyu seakan meminta tolong. Namun hanya senyum manis yang tercipta dari wajah Riyu sebagai balasannya. Riyu merupakan tipe orang yang selalu tenang dalam hal apa pun. Ia selalu berpikiran positif meski di sekitarnya sedang kacau balau. Senyum manisnya selalu penuh arti dalam setiap keruwetan. Sebaliknya, Rachel merasa tak tenang dengan keadaan yang terkesan semrawut di hadapannya.

Rachel menyodorkan semangkuk bubur kepada Aries, "Dimakan. Lu butuh tenaga buat menjelaskan semuanya sama Om Ibra nanti. Gue temenin lu malam ini."

"Mau temenin Aries, atau mau kangen-kangenan sama Bang Riyu?" ledek Richy yang ingin mencairkan suasana.

"Dua-duanya," jawab Rachel lugas.

"Lu ganggu Rasi sama Rascal tahu," imbuh Miez menyindir kebiasaan baru Rasi yang sering memasuki kamar Aries sebelum tidur.

"Sengaja gue," sahut Rachel sambil melirik Aries.

"Malam ini libur kayaknya. Bibir Aries udah bengkak dicium keramik," cibir Richy diikuti tawa Oz dan Miez, sedang Kevin serta Riyu hanya menggelengkan kepala menghadapi para anggota tim RAN Ryuga dengan segala polah tingkah anehnya.

Dengan kesal Aries mengaduk bubur. Mencampur semua isinya sebelum dimakan. Ia menyendok bubur itu dengan perlahan. Memastikan agar nyeri di bibirnya tak semakin terasa sakit. Setelahnya ia mengangkat mangkuk bubur itu, kemudian memakannya seperti sedang meminum air. Membuat semua orang berhenti dari kegiatannya. Pun Rasi. Ia takjub atas ulah sang kekasih yang di luar isi kepalanya.

"Selesai," ucap Aries setelah menghabiskan bubur, lalu mengelap setiap sudut bibirnya dengan hati-hati.

"Wooow...." sahut Oz dan Miez tak percaya.

"Gokil," tambah Richy.

"Cewek gila," ujar Rachel bergidik ngeri.

"Kamu yang bikin aku gila," balas Aries sebal.

Rachel menganggukkan kepala, "Tapi sayang, kan?"

"Enggak," jawab Aries setelah meminum teh hangat.

"Enggak salah," sambung Rachel sambil menyunggingkan senyum.

"Habiskan kentang sama es krimnya," perintah Rasi kepada Aries.

Aries menurut. Mecelupkan kentang goreng ke dalam es krim favoritnya. Lalu memakannya dalam diam. Tidak peduli dengan tatapan orang di sekitar yang memandangnya aneh. Ia hanya ingin cepat-cepat menghabiskan makanan yang sudah dipesan oleh Rasi. Berharap energinya akan cukup untuk menerima keputusan sanksi dari klub. Begitu pula dengan Rasi. Mengisi perutnya sebelum berdebat dengan adik dari almarhumah sang mama tercinta.

♡♡♡

Dengan sisa keberaniannya, Aries melangkah masuk ke ruang VIP. Ia memilih duduk di sofa yang berbeda dari Rasi. Satu sofa kosong yang berhadapan langsung dengan CEO RAN Esports. Sosok yang terkenal dingin di luar, namun menjadi hangat saat bersama dengan kerabat dekatnya. Tetapi berbeda cerita ketika sudah menyangkut pekerjaan. Beliau tidak akan pandang bulu meski yang dihadapi adalah keponakan tersayangnya.

"Apa yang mau kamu jelaskan kepada saya, Kev?" tanya Ibra, CEO RAN Esports.

"Berdasarkan cerita Rachel, mereka yang memulai keributan terlebih dahulu, Pak. Jadi ini bukan sepenuhnya kesalahan Rachel dan Rascal," terang Kevin hati-hati yang duduk di samping Rasi.

Ibra mengalihkan pandangannya ke depan. Menatap Aries yang juga sedang memandangnya dalam diam. Acuh tak acuh akan tatapan tajam Rasi yang telah memintanya untuk tidak menyerang Aries dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting.

"Aries, apa sudah tahu kesalahan kamu?" tegas Ibra ke inti permasalahan.

"Tidak, Pak," jawab Aries berani, dan mampu membuat Rasi serta Kevin menahan napas karena terkejut.

"Saya mendapat laporan bahwa ada perkelahian antara kamu dan tiga orang anggota Golden Fairy di toilet XOXO Hall. Pihak OPL ID season 7 telah melimpahkan masalah ini kepada klub masing-masing. Mereka menganggap bahwa keributan hari ini adalah keributan biasa di antara para wanita. Mereka berharap, klub bisa membina para pro gamer-nya dengan baik dan benar. Jadi, sudah tahu bukan apa kesalahan kamu?" terang Ibra tanpa melepaskan pandangannya kepada Aries.

"Saya tidak berkelahi. Saya hanya menolong teman saya yang sedang dikeroyok oleh tiga anggota Golden Fairy. Apakah itu bisa disebut sebuah kesalahan?" jelas Aries lugas.

Ibra menatap tajam Aries. Ia paham betul siapa perempuan di hadapannya tersebut. Perempuan itu hanya akan tunduk kepada sang keponakan-Rasi. Tidak ada yang ditakuti oleh Aries selama ini, walau hewan melata mengerikan sekali pun. Ibra terpana dengan keberanian Aries yang semakin menonjol dari sebelumnya.

"Bagaimana cara kamu menolong temanmu itu? Memukul, atau menendang? Tolong jelaskan kepada saya," tukas Ibra.

"Saya hanya menampar, dan menjambak rambut mereka. Tidak ada pukulan di sana. Bapak bisa mengecek, apakah ada bekas pukulan di wajah mereka atau tidak? Mereka masih cantik tanpa bekas apa pun," ujar Aries menjelaskan.

"Apa mereka memukul kamu hingga bibir kamu terluka?" Ibra menginterogasi sebelum mengambil keputusan.

"Salah satu dari mereka menendang saya hingga jatuh tersungkur," terang Aries yang membuat emosi Rasi mendidih kembali.

"Aries bukanlah orang yang akan membuat keributan terlebih dahulu jika tidak ada yang memulainya," sela Rasi tak sabar melihat kekasihnya diinterogasi oleh sang paman.

"Kamu punya buktinya?" Ibra menantang.

"Saya tahu betul siapa Aries," tegas Rasi.

"Berikan saya bukti itu," titah Ibra melayangkan tatapan tajamnya kepada Rasi.

Rasi bergeming dalam beberapa detik, "Larang satu kali pertandingan," kata Rasi bernegosiasi tentang sanksi untuk Aries.

"Aries dilarang mengikuti dua kali pertandingan, besok dan hari pertama di pekan keenam," tegas Ibra.

"RAN Ryuga membutuhkan Aries di hari pertama pekan depan untuk melawan tim Carnage Esports," pinta Rasi menekan amarahnya.

"Ditambah potong gaji selama dua bulan, dan tanpa bonus apa pun."

"Om! It's not fair."

"Kalau tadi Aries mengakui kesalahannya, mungkin Aries masih bisa bertanding di hari pertama pekan keenam."

"Itu bukan sepenuhnya kesalahan Aries!"

"Bagaimana, Aries? Is it fair enough?" tanya Ibra kepada Aries.

Aries menyahut, "Sure."

Rasi mengembuskan napas kesalnya. Ia tak percaya jika Aries menerima sanksi tersebut tanpa bantahan apa pun. Sedangkan ia telah bersusah payah untuk bernegosiasi dengan omnya.

"Dan kamu, Kevin, potong gaji selama dua bulan dan tanpa bonus bulanan. Bagaimana?" putus Ibra yang semakin membuat Rasi marah.

"Om Ibra cukup!" peringat Rasi keras.

"Baik, Pak." Kevin pasrah, dan menurut.

"Tolong jaga anak-anak. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Tugas kamu bukan hanya mengatur jadwal latihan serta keseharian mereka saja, tetapi juga harus menjaga mereka dengan baik dan benar. Mengerti?" imbuh Ibra.

"Siap, Pak," jawab Kevin lugas.

"Kamu boleh keluar, Kev," titah Ibra, dan mempersilakan Kevin untuk pamit.

"Aries, kamu boleh beristirahat. Selamat menikmati liburan kamu," ujar Ibra seraya tersenyum, dan hanya dibalas tundukan kepala dari Aries sebelum berpamitan.

Dengan hati-hati Aries menutup pintu ruang VIP. Samar-samar ia mendengar kekesalan Rasi kepada omnya. Begitu juga suara Ibra yang sedang memarahi Rasi.

"Om keterlaluan!"

"Apa ini sikap profesional kamu? Menutupi kesalahan Aries?"

"Aries nggak bersalah, Om. Om lihat luka di bibir Aries?! Itu bisa jadi bukti penuntutan."

"Mana buktinya?"

"Shit!"

"Aries kamu yang sekarang itu bukan Aries kecil yang dulu. Kamu sudah tidak bisa lagi mengontrol dia, kan?"

Aries melangkah dengan lemas ke arah tempat bermain. Tempat di mana Oz, Miez, Richy, Rachel, Riyu dan Kevin menunggu kedatangannya. Langkah Aries terhenti di depan kursi gaming-nya. Seulas senyum tersungging saat memandang Rachel yang mencemaskannya.

"Gimana?" tanya Rachel yang sedang duduk di kursi gaming Aries.

"It's okay. Aku masih diizinkan main minggu depan," cerita Aries kecewa.

"Jadi, besok kamu nggak ikut bertanding?" tanya Oz yang langsung dibalas anggukan kepala dari Aries.

"Aries dilarang bermain selama dua kali pertandingan, besok dan hari pertama di pekan keenam. Potong gaji dua bulan, dan tanpa bonus apa pun," jelas Kevin yang membuat teman-teman Aries merasa iba.

Aries mengambil buku binder-nya di dalam tas ransel. Ia membuka buku itu mengikuti pembatas buku di sana. Kemudian memberikan buku tersebut kepada Richy. Richy menerimanya dengan bingung.

"Kamu baca ini. Pelajari baik-baik, kalau perlu hafalkan pergerakan mereka," kata Aries menunjukkan catatan analisisnya tentang permainan tim Carnage Esports. "Kita nggak boleh kalah. Aku nggak mau di-bully terus."

"Oke," sahut Richy singkat.

Semua orang bergeming ketika pintu ruang VIP terbuka. Sosok Ibra keluar terlebih dahulu, disusul Rasi di belakangnya. Seulas senyum Ibra tersungging sebelum beranjak pergi meninggalkan base camp RAN Ryuga. Sedangkan Rasi berjalan santai ke arah Aries dalam diam. Tiba-tiba saja Rachel berdiri dari tempat duduknya. Menghadang Rasi yang selangkah lagi mendekati Aries.

"Apa Bang Rasi nggak bisa mengurangi hukuman Aries? Abang, kan, tahu, kalau gue yang salah. Bukan Aries!" gerutu Rachel tidak bisa menerima keputusan sanksi klub kepada Aries.

"Maaf, Kak. Saya sudah berusaha tadi. Tapi keputusan tetap di tangan klub," terang Rasi.

"Sebagai founder dan owner RAN Esports, Bang Rasi nggak bisa melakukan apa-apa?!" sungut Rachel kesal.

Riyu melerai, "Sayang, sudah."

"Rachel, it's okay." Aries mencoba menenangkan sahabatnya.

"Bullshit! Mulut lu bilang it's okay, tapi hati lu hancur. Ya, kan?!" amuk Rachel kepada Aries.

Rasi melangkah maju untuk melindungi Aries dari amarah Rachel, "Keputusan klub bukan wewenang saya sepenuhnya. Meski saya owner di sini, tetapi pendapat saya hanya sebagai masukan saja. Bukan untuk memutuskan."

"Damn it!" umpat Rachel sebal.

Getaran smartphone di saku celana jeans Rasi menginterupsi. Diambilnya smartphone itu, dan mengecek siapa yang menelepon. Kemudian ia segera mengangkat panggilan itu.

"Assalamu'alaikum, Yah," salam Rasi kepada salah satu orang tuanya.

"Wa'alaikumsalam, Abang. Abang bisa ke rumah sakit sekarang?" tutur Archie yang tak lain adalah ayah Riyu.

"Ada apa, Yah?" tanya Rasi khawatir hingga kedua kakinya merasa lemas saat mendengar kata rumah sakit.

"Papa kamu kecelakaan."

"Rasi ke sana sekarang."

"Minta Bang Riyu buat mengantar kamu. Hati-hati di jalan."

"Hmmm."

Tiba-tiba otak Rasi serasa kosong. Ia merasa linglung dalam beberapa saat. Mencoba mencerna ucapan salah satu kakak papanya. Tangan kanannya bersandar di bahu Aries. Menahan dirinya agar tak terjatuh karena limbung.

"Siapa, Ras?" tanya Riyu ingin tahu.

"Ayah siapa itu, Bang?" tanya Richy, "Ayah gue?"

"Abang, ada apa?" tanya Aries cemas.

Rasi menggelengkan kepalanya, "Abang pergi dulu. Kamu cepat istirahat, ya. Nanti Abang telepon," kata Rasi sebelum beranjak mengambil kunci mobil di sebelah mouse miliknya tanpa berniat menjawab pertanyaan siapa pun.

"Aku ikut." Aries menggenggam salah satu tangan Rasi yang sudah terasa dingin dan berkeringat.

"Tunggu Abang pulang. Nanti Abang akan mengabari kamu," ujar Rasi sambil mengusap pucuk kepala Aries.

"Biar Abang antar," ujar Riyu menahan kepergian Rasi.

"Oia, kalau Kak Rachel mempunya bukti, Kakak bisa menolong Aries," tutur Rasi sebelum benar-benar beranjak pergi meninggalkan base camp.

"Fine!" sahut Rachel. "Lu lihat, cowok yang selalu lu banggakan itu? Dia pergi saat lu membutuhkannya."

"Sayang, sudah. Rasi pasti ada urusan lain," lerai Riyu yang mulai tidak suka akan sikap kasar Rachel.

"Kamu kenapa, sih? Bang Rasi sudah berusaha membela aku tadi. Kamu bisa tanya sama Kak Kevin. Aku cuma dilarang bertanding sementara, bukan dilarang bermain game seumur hidup," ungkap Aries lelah.

"Lu tanya gue kenapa? Gue lagi membela lu ngerti nggak?! It's not fair, Aries. Mereka yang salah, bukan lu!" sesal Rachel sembari mendekat kepada Aries, "Tahu gitu gue bikin mereka babak belur sekalian tadi. Sia-sia gue belain lu!"

"Rachel!" panggil Aries ketika Rachel beranjak pergi meninggalkannya.

Riyu bergeming di tempatnya. Ia tidak mengejar, atau menahan kepergian Rachel. Ia tahu betul bagaimana sikap keras kepala Rachel saat marah. Membiarkan Rachel sendiri adalah cara yang tepat untuk meredakan amarah tunangannya itu.

"Istirahat semuanya," perintah Riyu yang sudah ingin beristirahat.

"Tidur. Besok masih ada pertandingan lagi," imbuh Kevin menasehati.

Richy menepuk pundak Aries, "Nanti gue cari tahu, kemana Bang Rasi pergi. Ayo."

Aries menurut. Ia mengikuti langkah Riyu, Kevin, Oz, Miez dan Richy yang menaiki anak tangga. Suara keributan anak-anak tim K mulai terdengar. Keriuhan itu berhenti saat Kevin menasehati mereka. Mereka kembali berlatih tanpa ada yang mengawasi. Entah kemana coach Xavi berada sekarang.

Setelah memasuki kamar, Aries langsung menggendong Leo. Memeluk Leo dengan begitu erat. Kemudian menciumnya dengan penuh sayang.

"Meow...."

"Leo, kamu nggak akan pergi meninggalkan ibu, kan?" tanya Aries sedih saat teringat kepergian Rasi dan Rachel beberapa menit lalu.

"Nanti kita tidur bareng, ya. Temani Ibu," pinta Aries seraya mengulas senyum terpaksanya.

"Miaw."

Perlahan Aries menurunkan Leo di atas karpet bulu kesayangan sang kucing. Kemudian ia melangkah pergi ke kamar mandi. Suara gelas pecah terdengar, ketika Aries akan mengambil sikat gigi yang berada di sebelah gelas itu. Ia segera membuang serpihan gelas tersebut ke dalam tong sampah kecil di kamar mandi. Hingga rasa perih mulai terasa di telapak tangan kanannya.

"Hah."

Embusan napas lelah Aries meluncur kala memandang darah di telapak tangan kanannya. Bibir, hati dan telapak tangannya terasa sakit dan nyeri dalam waktu bersamaan. Kepala Aries mendongak. Menahan air matanya yang akan menetes. Namun usahanya sia-sia. Air mata itu kembali lolos karena merasakan lelah dan letih di sekujur tubuhnya.

Tbc.

Thu, 21.12.09

Selamat pagi,
Selamat membaca, dan selamat menikmati.
Semoga bisa menghibur kalian di weekend kali ini. Hope you enjoy it.

Terima kasih semua untuk vote dan komennya. Bikin tambah semangat buat nulis. 🥰

Tabik.
🙏

Sat, 21.12.11 AM.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top