Due. Teman Baru
Hari semakin larut, hujan tak kunjung berhenti. Timur merasa ada yang mengikutinya sejak ia ke luar dari gang sempit tadi. Rasa takutnya semakin menjadi, ia pun mempercepat langkahnya yang semakin lama menjadi lari kencang tanpa peduli lagi dengan payungnya yang tertiup angin.
Sesampainya di rumah, Timur dikagetkan oleh suara yang tak berwujud.
"Hai Arkananta Timur, bajumu basah, kehujanan yah?"
Timur pura-pura tidak mendengar.
"Tumben banget kamu pulang bawa teman?"
Langkah kaki Timur terhenti, ia menatap sisi kirinya yang kosong, tapi di sanalah sumber suara yang sedari tadi berbicara padanya.
"Temanmu ganteng juga."
Timur tidak mengerti, karena suara yang ia dengar hanya satu, walaupun dari tadi dia merasa ada yang mengikuti. Biasanya hantu akan menyapa terlebih dahulu untuk mengetahui Timur bisa berkomunikasi dengan hantu itu atau tidak.
"Yah dia bisu."
Lagi-lagi langkah Timur terhenti. Rasanya kesal dengan suara hantu centil di rumahnya yang dari tadi ngoceh enggak jelas.
"Apaan sih? Berisik!" teriak Timur tak tahan lagi.
"Ini hantu yang kamu bawa ternyata bisu, padahal ganteng banget."
"Hah?"
Kepala Timur terasa berdenyut. Ada hantu yang mengikutinya dan sudah sampai rumah pula, jika dia menganggu peghuni rumah lain pasti Timur yang akan disalahkan.
"Mana sih? Lu di mana Centil?" Timur asal berteriak.
"Dari tadi aku di kiri kamu." Timur menoleh ke kiri, sudah jelas di matanya tak ada apa-apa.
"Hantu tadi mana?"
"Di depan kamu."
Timur menelan ludahnya, reflek mundur satu langkah.
"Gue gak yakin lu bisu. Itu pasti cuma khayalan lu aja sebagai hantu."
"Emang ada?" Centil bertanya bingung.
"Ada, coba lu rubah pola pikir lu jadi hantu yang enggak bisu."
Hening.
Masih hening.
Lima menit berlalu.
"Hai Timur, kamu benar, sebetulnya aku enggak bisu."
Suaranya tegas dan berat, tiba-tiba tubuh Timur bergetar, mundur selangkah dan berlari ke atas sambil berteriak.
"BINTAAAAAANGGG!"
02 November 2019
300 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top