Bintang menghela napas bosan. Teman yang selalu menemaninya, secara terpaksa Bintang usir untuk ikut Timur. Timur masih harus mengikuti acara jambore dari sekolah sedangkan di sana terlalu banyak hantu yang usil, kasian Timur, dipertemukan hantu bisu kemarin saja dia takutnya bukan main apa lagi hantu-hantu bar-bar di hutan itu.

Suasana IGD tiba-tiba mencengkam, beberapa perawat datang mendorong ranjang dengan pasien yang berlumuran darah untuk mendapat pertolongan pertama. Perawat lain menutup tirai. Ada perempuan yang berdiri di sana seperti menunggu kabar.

Dan kabar burukpun terdengar.

Perempuan itu menangis hingga terduduk.

Bintang hanya bisa memandang kejadian itu, begitu menyeramkannya dapat melihat detik-detik kematian diri sendiri.

Selagi sibuk dengan pikiran yang ada di dalam kepala, mata Bintang bertemu dengan perempuan itu.

"Kamu melihatku?"

Bintang tak menjawab.

"Kamu bisa melihatku kan? Tolong aku."

Bintang terus-terusan membuang muka ke arah lain, tapi si perempuan ini tak menyerah. Disaat seperti ini kenapa orangtuanya terlambat menjemputnya?

"Tolong jawab aku! Kamu bisa melihatku kan?"

"IYAA! GUE BISA LIHAT LU! PUAS LU!" teriak Bintang sangat lantang.

Beberapa pasien dan perawat yang ada di sana menatap Bintang keheranan. Mungkin Bintang sudah dianggap tidak waras, namun Bintang tidak peduli, toh sebentar lagi dia pulang dan tidak akan lagi datang ke rumah sakit ini.

"Di luar ada adikku, tolong beri tahu dia aku menaruh kado ulang tahunnya di balik lemari kamarku."

"Terus? Ada lagi enggak? Biar sekalian, gue cuma ngebantu satu kali," seru Bintang sambil menulis pesan perempuan itu di secarik kertas.

Perempuan itu hanya menangis selama beberapa saat sampai orangtua Bintang datang menjemput. Bintang ke luar IGD dengan tertatih, lalu langsung menghampiri gadis yang menangis tersedu dan memberikan sapu tangan sekaligus secarik kertas dengan senyum teduh ala Bintang Junior Irzandri.

"Ini untukmu, selamat ulang tahun yang ke delapan belas gadis kuat."

05 November 2019
300 kata.