Epilog
Klik!
Bersamaan dengan suara kecil itu, seketika seluruh dunia diselimuti oleh cahaya putih yang menenangkan. Semua orang terhenti dari aktivitas mereka, perhatian mereka terambil alih oleh cahaya - cahaya putih yang mendadak muncul di sekitar mereka.
Berjuta pertanyaan mereka hadir mengenai dunia ini. Namun yang paling banyak dipertanyakan oleh para manusia adalah "Apakah dunia ini telah rusak?"
Tidak. Dunia ini belum rusak. Hanya saja dunia sedang melakukan perombakan atas kekacauan yang telah menimpanya.
Perlahan seluruh umat manusia yang berada di luar kawasan SMA Sakuramigaoka mulai kehilangan kesadaran mereka. Satu - persatu dari mereka tumbang ke tanah yang mereka pijak. Segala ingatan mereka tentang kekacauan dunia yang baru saja terjadi kini terhapus. Begitu juga luka - luka yang ada di tubuh mereka.
Aku menatap luka yang menghilang begitu saja di lengan kiriku dan tersenyum. Pfftt..dengan kata lain Tuhan membuat kejadian ini seakan tak pernah terjadi.
Selain luka, senjata dan kekuatanku juga hilang. Mereka berubah menjadi butiran - butiran cahaya putih yang menyebar ke atmosfir sebelum akhirnya menghilang.
"Sou ka" gumamku paham.
"Kou - kun, mataku sembuh! Sekarang aku bisa melihat dengan dua mata lagi" Natsuko bersorak riang.
"Ahahah..omedetou" balas Kou senpai nyengir yang selanjutnya ditimpali dengan cubitan Natsuko di pipinya.
"Aw!" ringis Kou senpai.
Aku tersenyum melihat tingkah mereka. Sampai aku tersadar akan sesuatu.
Irie - kun!
Aku segera berlari menuju si mayat hidup yang sekarang tengah dalam posisi duduk bersandar ke dinding. Ia memejamkan kedua matanya.
"Irie?" tanyaku pelan di telinganya.
"..." tak ada jawaban. Mulutnya terkunci rapat.
"Irie, kumohon bangunlah. Semuanya sudah berakhir" bisikku lagi.
Seperti sebelumnya ia hanya diam. Namun yang membedakan kini matanya tertutup. Ia tak menatap kosong padaku lagi.
"Kumohon...!" bentakku pada akhirnya.
Bersamaan dengan bentakanku yang memenuhi ruangan, semua perhatian langsung tertuju padaku dan juga jasad Irie.
"A-Ami..." ujar Sakura namun sepertinya para senpai mencegahnya untuk mendekatiku.
Aku terduduk di samping kiri jasad Irie. Kedua lenganku memegangi pundaknya dan agak menggoyangkannya. Berharap Irie akan membukakan matanya untukku.
"Irie, tidakkah kau mendengarku?" tanyaku pelan.
"Buka matamu, aku tidak suka kalau kau main - main di saat seperti ini".
"..." Irie tetap diam tak bergeming. Tes! Lagi - lagi aku menangis. Entah sudah berapa kali aku menangis belakangan ini. Mataku yang sembab terkadang membuatku merasakan perih disana.
"Hiks...hiks.., aku mohon..., Irie - kun" gumamku sembari tertunduk.
Perlahan ruangan serba putih milik keluarga Fujiwara mulai menghilang beserta segala perabotan yang ada di dalamnya. Namun proses menghilangnya tidak secepat menghilangnya luka dan juga senjata.
Aku masih terpaku dalam posisiku. Tak ada niatan sama sekali untuk bergerak.
"Ami...?"
DEG!
"Irie - kun!?" gumamku kaget. Aku segera mengangkat kembali kepalaku dan menghadap wajah Irie.
Teman - teman yang berada di belakangku ikut kaget. Mata mereka terbelalak lebar.
Kulihat mata Irie telah terbuka. Tatapan matanya sayu dan begitu menenangkan hatiku. Sudah pasti dia sangat lelah setelah melawan kematian.
Walaupun masih lemah, bibirnya mengukir senyum untukku.
"Yo-yokatta..." ujarku terharu. Lalu tanpa bisa kukendalikan, tiba - tiba saja tubuhku bergerak sendiri mencium bibir yang tengah tersenyum damai itu.
"Glekk.." dengan wajah yang bersemu merah, teman - teman di belakang langsung menelan ludah mereka. Dan dengan kikuknya, mereka pura - pura tidak memperhatikan.
Sedangkan Irie sendiri langsung membelalakan matanya kaget. Wajahnya sekarang berubah warna menjadi merah tomat.
Ehhh!? Dalam hitungan beberapa detik kemudian, akhirnya aku tersadar.
Wajahku ikut - ikutan bersemu merah. Bodoh, kenapa aku malah melakukan hal bodoh!?
Sialan!! Setelah ini aku harus bicara apa...?
Tiba - tiba kurasakan tangan Irie menyentuh wajah sebelah kananku dengan lembut. Kulihat ia tengah tersenyum dengan pipinya yang merah itu.
"Gomen, aku...aku.." ujarku terbata.
"Tak apa. Aku juga menyukaimu, Ami" sela Irie. Tangannya yang menyentuh wajah bagian kananku perlahan bergerak menuju tengkuk leherku.
Eh? Aku kaget.
Irie mendorong wajahku agar mendekat ke wajahnya dan kulihat matanya perlahan terpejam. Kemudian, akupun ikut memejamkan mataku. Dan untuk yang kedua kalinya, aku mencium Irie.
***
"Kejadian pingsan masal ini, di duga karena sebuah wabah penyakit ringan yang baru - baru ini melanda seluruh dunia..."
BEEP.
"Penyebab pingsan masal masih belum diketahui..."
BEEP.
"Saat ini para ilmuwan dari seluruh dunia tengah mengadakan rapat atas fenomena pingsan..."
BEEP.
Layar televisi mendadak gelap. Bosan. Akibat fenomena pingsan masal itu, sekolah diliburkan. Aku jadi tidak bisa bertemu teman - teman.
"Seandainya semua orang tahu kalau fenomena pingsan masal itu penyebabnya adalah matinya program milik Fuyuki, bagaimana, ya?" gumamku iseng.
Krauk..Krauk...
Aku melahap kripik pedas yang mama sediakan untukku di atas meja. Otakku memutar kejadian - kejadian yang beberapa hari lalu aku alami. Aku bergidik ngeri. Sangat mengerikan.
Tapi untungnya, semua murid percaya dengan isi diary yang ditinggalkan oleh Fujiwara Touma itu. Sekarang jurusan bahasa dan matematika maupun jurusan lain tidak akan pernah saling bermusuhan lagi.
Mulai hari pertama sekolah nanti, murid - murid SMA Sakuramigaoka bisa menjalankan aktifitas normal seperti anak SMA lain pada umumnya.
Sedangkan Fuyuki, sekarang ia diadopsi oleh wali kelas kami karena kecerdasannya. Tak kusangka wali kelas kami akan langsung mengambil tindakan begitu mendengar cerita Fuyuki yang kini yatim piatu.
Yahh...kami semua memutuskan untuk memaafkan kesalahannya. Toh, kalau diceritakan pada polisi juga percuma. Tak akan ada yang percaya dengan cerita kami. Yang ada kami akan ditertawakan dan dikatakan gila.
PIIP..
[ Pesan Masuk Dari Irie<3 ]
Irie<3 : Ami - chan, bagaimana kalau kita jalan - jalan hari ini? Aku tunggu di depan stasiun. Etto
...sebenarnya aku sudah menunggumu di depan stasiun. Hehe.
"A-apa!? Ini pemaksaan namanya!" aku terpekik jengkel.
Pfftt, beginilah kehidupanku setelahnya. Normal, agak aneh, dan menyenangkan.
- OWARIMASU -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top