Chapter 28 : Akhir Dari Dunia
CRAKK!! Karena perhatian Fuyuki terambil alih penuh olehku, tanpa ia sadari Kou senpai telah berhasil menghancurkan pintu penjara Natsuko.
"Natsuko...kau benar - benar Kayama Natsuko, kan?" tanya Kou senpai agak serak. Aku rasa sebagian suaranya tertahan di tenggorokannya.
"Ini aku, Kou - kun" balas Natsuko. Bulir - bulir bening bercucuran dari kelopak bawah matanya.
Seluruh perhatian kini terpusat pada dua insan itu. Tak kusangka aku bisa melihat mata dingin Natsuko mengeluarkan air mata dari kelopaknya. Kupikir tadinya mata dingin itu akan selalu kering dari air tanda kelemahan itu.
Kou senpai berjalan mendekati Natsuko. Perlahan senyum sumringah terukir di wajahnya yang terkesan dewasa itu. Tapi sebelum ia sempat mendekati Natsuko, orang yang didekati sudah lebih cepat berlari menghampiri dan memeluknya erat.
GREP. Akhirnya sepasang senpai itu saling berpelukan melepas rindu. Sialan, rasanya aku jadi seperti lalat di sekitar mereka. Sakitnya hati hambaMu yang jomblo ini, Tuhan.
Tiba - tiba kurasakan Fuyuki memegangi ujung katanaku. Otomatis, perhatianku langsung teralihkan. Dia menggenggam ujung katanaku kuat.
"Matilah kau bersama mereka, Ami!!!" sahut Fuyuki geram. Ia mengangkat seluruh badanku melalui ujung katanaku yang ia genggam.
Mustahil dia kuat sekali. Lagipula ujung katanaku pasti tajam, kan?
BRAK! Fuyuki melemparku beserta katanaku menghantam dinding. Rasanya tulang punggungku sakit sekali.
"Ami!!" seru Sakura berlari menghampiriku.
"Keterlaluan kau, Fuyuki!!" bentak Rie senpai kesal.
"He! Manusia sepertimu tak punya hak membentak Dewa sepertiku" balas Fuyuki.
"Kau bukan Dewa, Fuyuki! Kau manusia" ujarku kesal.
"Persetan dengan menjadi manusia! Aku adalah Dewa dan tak ada satupun yang bisa membantah itu" protes Fuyuki. Beberapa saat kemudian, aura berwarna hitam keluar dari tubuh Fuyuki dan mengelilinginya.
"Aura apa itu?" gumamku kaget.
Seketika tanah mulai berguncang. Kami semua berusaha keras menjaga keseimbangan kami. Kulihat si mayat hidup yang sedari tadi hanya berdiri sekarang mulai kehilangan keseimbangannya.
Refleks, aku langsung berdiri meskipun tulang punggungku rasanya mau retak. Aku menjadikan katanaku sebagai tumpuanku untuk berdiri.
"Ami, mau kemana? Bahaya!" ujar Sakura khawatir.
"Sakura, tak peduli walaupun Irie sudah berkali - kali menyakitiku. Aku akan tetap menyelamatkannya meskipun kini yang berdiri di depan sana hanyalah seonggok mayat hidup" ujarku tanpa berbalik menghadap Sakura.
Di tengah guncangan, aku mencoba berjalan secepat mungkin mendekati si mayat hidup. Aku takut tubuh itu tertindih sesuatu yang menyebabkannya rusak. Tak akan kubiarkan apapun merusaknya. Meskipun itu diriku sendiri.
"Hahahahaha...akan kutunjukkan pada kalian kekuatan Dewa yang sesungguhnya!" ujar Fuyuki puas dengan nada sombong. Tangannya terangkat ke atas dan menciptakan sebuah pedang berwarna emas.
Sementara itu, pada akhirnya aku berhasil meraih si mayat hidup. Aku merangkul tubuhnya dan menggiringnya berjalan mendekati Sakura.
"Irie - kun, apa kau ingat aku?" bisikku.
"..." tak ada jawaban.
"Yappari..., makhluk yang sudah mati memang akan selamanya begitu. Mati." gumamku sembari menahan sakit di dadaku.
Dengan usaha yang keras, aku berhasil membawa si mayat hidup ke hadapan Sakura. Bersamaan dengan itu, guncangan di tempat ini seketika terhenti.
"Fuyuki, sadarlah!!" sahut Kou senpai.
"Hehehe..aku sudah cukup sadar, senpai! Aku sudah cukup sadar untuk menyadari bahwa tak ada satupun orang yang mau menyayangiku!" timpal Fuyuki lalu melesat menuju Rie senpai yang posisinya sedang sendirian.
SHING! Pedang mereka saling bersentuhan. Berkali - kali Fuyuki mencoba mematahkan pertahanan Rie senpai. Namun Rie senpai yang sudah kelas tiga itu cukup cekatan dalam membalas serangan.
"Hiaaattt!!!" Sakura melompat ke belakang Fuyuki.
SHING! Serangan Sakura dengan cepat ditangkis oleh Fuyuki. Selanjutnya Kou senpai ikut menyerang, namun serangannya bernasib sama dengan serangan Sakura.
"Kenapa dia bisa bergerak secepat itu?" pikirku takjub.
Hufftt...ini bukan saatnya untuk takjub. Aku harus ikut membantu mereka.
Tapi sebelum itu...
"Irie - kun, jangan pergi kemanapun. Diam di tempat ini, kumohon!" pesanku pada si mayat hidup.
Ia tak menjawab dan hanya menatapku kosong.
Aku menunduk lemah. Apa aku sebegitu bodohnya?
Namun ketika aku mengangkat kepalaku kembali, tak disangka si mayat hidup menganggukan kepalanya.
Aku berbinar. Meskipun ia tak lagi tersenyum, namun aku sangat bahagia. Tunggu aku, Irie - kun!
SET! Aku hampir berhasil menebas kepala Fuyuki. Namun yang tertebas hanya beberapa helai rambutnya saja. Sial!
Srekkk.... kami berempat saling melompat mundur. Kaki kami sama - sama bergesekan dengan lantai yang sudah setengah hancur akibat guncangan tadi.
"Hosh...hosh..." hanya suara deruan nafas yang memenuhi ruangan itu.
Lalu tiba - tiba Fuyuki berteriak marah "Sialan, kalian semuaaaaa!!!".
BLAR!! Dari pedang emasnya kini keluat kilat - kilat berwarna kuning terang. Mataku agak silau akibat memandang kilat - kilat itu.
Kemudian tanpa ragu Fuyuki mengayunkan pedangnya ke depan. Tepatnya ke arahku, Sakura, dan Kou senpai.
Dan sialnya, kilat - kilat itu membesar membentuk setengah lingkaran. Fuyuki nampaknya tak memberikan celah untuk kami agar selamat.
CTARZ!! Kami bertiga berteriak merasakan sakit yang luar biasa begitu kilat - kilat itu mengenai kami. Kurasakan seluruh tubuhku lumpuh untuk di gerakkan. Sakit sekali jika aku mencobanya.
Suara tawa keras Fuyuki terdengar memenuhi ruangan. Ia begitu puas. Ekspresi wajahnya sudah mirip seperti seorang psikopat. Eh, kupikir semua anak SMA Sakuramigaoka memang memiliki ekspresi seperti itu. Seharusnya Fuyuki tidak aneh bagiku.
Setelah cukup lama menyambar tubuh kami bertiga, perlahan kilat - kilat itu melemah hingga akhirnya menghilang.
Kami bertiga masih dalam kesadaran penuh. Namun tubuh kami sedang dikuasai oleh rasa sakit yang luar biasa akibat kilat - kilat itu. Sehingga kami hanya bisa terkapar lemas di lantai.
"Bagaimana? Rasanya enak, kan?" ledek Fuyuki.
"Itulah balasan karena telah membangkang kepadaku, Dewa kalian!".
"Sialan.." pikirku kesal.
"Dengar, ya! Jika kalian berusaha melawanku lagi, maka aku akan memberikan kalian seranga-..eh...argghh.." ujar Fuyuki terputus.
BRUK! Tubuh Fuyuki jatuh ke lantai. Membuat bagian punggungnya yang sudah tertusuk besi berujung runcing terlihat.
"Si..siapa yang..." ujar Fuyuki terbata.
Dari balik tubuh Fuyuki, aku dapat melihat Natsuko yang seragamnya berlumuran darah. Dia tersenyum ke arahku.
"Yokatta..." gumamku lemas.
Kemudian Natsuko berjalan menuju semacam alat kendali yang ada di bawah layar - layar LED. Ia memperhatikannya sesaat, mencoba mencari tombol yang mungkin akan berguna.
Lalu ia mengutak - atik alat kendali itu, merasa tombol yang dicari tak ada disana.
"Butuh bantuan?" tawar Kou senpai yang tiba - tiba sudah berada di sampingnya.
"Kou.." gumam Natsuko berbinar.
Dengan gerakan tertatih - tatih, Kou senpai berhasil menemukan software yang dipakai Dewa untuk mengendalikan dimensinya.
Klik! [ Reset Data Done ]
"Jangan..." ujar Fuyuki terbata.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top