Chapter 24 : Graduate!!
Aku terdiam mematung di hadapan jasad Irie. Aku hanya bisa merasakan hampa dan sakit di dada. Aku sungguh menyesal.
"Ami.." panggil Natsuko.
"..." aku hanya diam menatapnya.
"Masih ada harapan" ujarnya datar.
"Kau sudah ingat tentang dimensi Dewa yang meluas ke dimensi asli, bukan? Jika kita mengalahkan Dewa, mungkin Irie - san masih bisa diselamatkan" ujarnya lagi.
Aku perlahan membelalakan mataku. Bibirku mengukir senyum meskipun kutahu itu tidak tampak.
SPLASH!
Tiba - tiba saja sebuah lubang yang bercahaya muncul di langit - langit ruangan. Aku dan Natsuko menatapnya sambil menjaga jasad Irie.
"Selamat, kalian lulus!" terdengar sebuah suara dari atas sana.
"Lulus?" gumamku bingung.
"Kalian pasti bingung, tapi ayo ikutlah ke tempatku!" ujar suara itu lagi.
Aku dan Natsuko saling menatap bingung. Lalu dalam waktu beberapa detik kemudian, kami berdua terangkat menuju lubang bercahaya itu. Apa - apaan ini?
Dengan sekuat tenaga aku ingin meraih jasad Irie. Namun gaya tarik lubang itu lebih kuat daripada tenagaku. Sialan! Irie - kun...aku sungguh...
menyesal.
TES! Satu bulir air mataku secara refleks keluar dari tempat penampungannya. Apa hanya segini?
Jadi inilah akhir kisahnya?
"Kenapa kamu mencoba meraih pecundang itu?" suara itu bertanya padaku.
"..." aku terdiam tak sanggup menjawab.
"Dia adalah pemain yang kalah dan tidak berguna. Kamu tak pantas menolongnya" ujar suara itu.
"A-apa katamu!?" bentakku nanar. Pandanganku beralih menuju lubang bercahaya itu. Mencaci siapapun yang ada di dalamnya.
"Apa ada masalah dengan itu? Jika ada, maka aku akan membawanya untukmu" ujarnya lagi lalu kulihat jasad Irie menghilang.
Eh?
Dan seketika semua pandanganku dipenuhi oleh cahaya putih yang menyilaukan.
***
AUTHOR POV
Chiba, 2008
Dua orang anak kecil nampak sedang bersembunyi di balik gelapnya tembok ruangan. Badan mereka gemetaran. Takut akan terjadi hal yang buruk terhadap orang tua mereka.
Anak kecil yang nampak lebih tua memberanikan dirinya untuk mengintip. Disana, di ruang tamu, terlihat ayah kandungnya sedang memukuli ibunya tanpa ragu.
Si ibu meringis kesakitan. Ia memohon belas kasihan dari suaminya itu. Namun suaminya telah gelap mata, ia sama sekali tidak peduli. Bahkan ia telah lupa kalau dulu ia pernah mencintai wanita yang sekarang ia siksa.
"Ayah, hentikan!" teriak anak kecil yang satunya. Dengan berlinangan air mata, ia berlari melindungi ibunya.
Ia merentangkan tangannya lebar - lebar.
"Kau tidak ada hubungannya dengan ini, Mayuko!" bentak ayahnya.
"Pergilah!!".
Anak kecil itu, Mayuko menggelengkan kepalanya. Ia tetap bersikukuh dengan pendiriannya.
PLAK! Suara tamparan keras memenuhi atmosfir ruangan itu.
Beberapa minggu setelahnya, keluarga itu bercerai. Hak asuh kedua saudara itu terbagi rata antara si ibu dan ayah. Maka sejak itu mereka tidak pernah kembali dipertemukan.
Hingga suatu hari, tanpa sengaja kedua saudara itu bertemu di SMA yang sama. Mereka sangat bahagia. Namun di sekolah itu, mereka tidak bisa terus bersama karena terpisahkan oleh konflik perbedaan jurusan.
Saat itu di tengah pertempuran kedua jurusan, tanpa sengaja mereka bertemu di dalam salah satu ruangan kelas kosong...
"Onii - chan, aku tidak mau membunuhmu" ujar Mayuko.
"Aku juga sama" balas saudaranya tersenyum simpul.
"Lalu bagaimana ini, onii - chan?" tanya Mayuko.
Saudaranya nampak stres. Wajahnya pucat pasi. Setelah sekian lama terpisah dan akhirnya bertemu, ia tidak mungkin membunuh saudara kandungnya sendiri.
"Cih! Ini gara - gara ayah" gerutunya kesal sembari meninju dinding.
"A-ayah?" ulang Mayuko.
"Eh? Tidak maksudku-" gumam saudaranya panik.
"Apa maksudmu?" tanya Mayuko.
"Dengarkan ini, Mayuko. Aku tahu ini berat tapi kau harus menjauh dariku sejauh - jauhnya" jawab saudaranya serius.
"Wa- wakarimasen.." tolak logika Mayuko.
"Temukan laki - laki yang selalu melindungimu selain aku dan jangan pernah kau meninggalkannya" pesan saudaranya pelan.
"O-onii - chan..." gumam Mayuko tercekat.
BRAK!!!
Cahaya matahari menerobos masuk melewati pintu ruangan yang kini telah terbuka lebar. Di ambang pintu ruangan, berdiri seorang anak laki - laki.
"Irie - san?" gumam Mayuko.
"Mayuko, kau tidak apa - apa, kan?" tanya Irie panik setelah melihat saudara Mayuko yang merupakan musuh mereka ada di dalam ruangan.
"Aku pergi ya,...Mayuko" gumam saudaranya lalu melesat kabur.
"Sakit..." gumam Mayuko sembari mengepalkan telapak tangannya kuat - kuat.
"Sudahlah, yang penting kau tidak terluka" hibur Irie sembari menghampiri Mayuko.
"..." Mayuko hanya diam.
"Are? Ada apa?" tanya Irie bingung.
"A-" ujar Mayuko pelan.
"Hm?" gumam Irie.
"Arigatou" ujar Mayuko pada akhirnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top