Chapter 22 : Wasureru
Aku berjalan mengikuti arah punggung Natsuko pergi. Aku tidak tahu pasti kemana ia akan membawaku. Tapi beberapa menit yang lalu, dia baru saja mengajakku untuk menyelamatkan seseorang yang katanya penting bagiku.
Jika orang itu penting, sebodoh apakah aku hingga melupakannya?
Sedari tadi, Natsuko dan aku hanya berjalan lurus menyusuri padang tandus ini. Hanya pasir dan pohon kering yang menghiasi pemandanganku. Hhh, perjalanan ini seakan tak ada akhirnya.
"Natsuko - san, sebenarnya kita mau kemana?" tanyaku yang mulai merasa bosan. Tepatnya sangat bosan.
"Ruangan isolasi" jawab Natsuko tanpa sedikitpun menoleh ke arahku.
"He? Kenapa orang yang penting bagiku itu, ada disana? Apakah dia berbahaya?" tanyaku lagi.
"Tidak" jawab Natsuko singkat. Apa - apaan dia ini? Aku sudah bertanya panjang kali lebar padanya tapi dia hanya memberikan jawaban yang sangat singkat padaku. Oke, ini sakit.
"Kau serba tahu, ya? Sebenarnya siapa kamu ini?" tanyaku.
"Sudah kukatakan sebelumnya, aku hanyalah penjaga tempat ini" jawab Natsuko yang akhirnya agak panjang.
"Kenapa kamu bisa ada disini? Kulihat, tak ada satupun manusia yang tinggal disini. Apakah kau ini siluman atau semacamnya?" tanyaku penasaran.
"Aku manusia sama sepertimu. Dulu aku juga murid di SMA Sakuramigaoka" jawab Natsuko datar.
"Sampai Dewa melemparku ke tempat ini...".
DEG!
Aku terperangah mendengar kisah masa lalu Natsuko. Tidak kukira, ternyata dibalik sosok Natsuko yang tampak tidak peduli pada apapun...dia memiliki masa lalu seperti itu.
Lalu aku bertanya lagi "Tapi kenapa Dewa melemparmu, Natsuko - san?".
Seketika Natsuko menghentikan langkahnya dan itu membuat langkahku turut berhenti. Lalu ia berbalik menghadapku dengan ekspresi datarnya. Tapi entah kenapa, di matanya nampak tergurat garis kesedihan.
"Aku adalah anak yang hilang. Mungkin orang - orang berpikir, senjatakulah yang menyebabkan aku menghilang. Tapi sebenarnya bukan itu" ujar Natsuko.
"Dewa yang membuatku menghilang. Ia melakukannya karena keberadaanku mengancam keberadaannya. Aku tahu semua rahasianya.Bisa dibilang, aku ini sama sepertimu. Satu - satunya murid yang ingin membunuh Dewa dan mengungkapkan kebenaran. Tapi tentu saja, orang - orang tidak mudah percaya padaku."
"Tapi saat itu, ada satu orang yang percaya padaku. Dia selalu mendukungku sampai saat - saat terakhirku. Aku selalu menyesalinya, seharusnya aku kembali begitu tahu jalan keluar dari tempat ini. Tapi kupikir, semua terlambat"
Aku memiringkan kepalaku. Mendengarkan kisah Natsuko, membutuhkan logika dan imajinasi yang ekstra. Aku harus memiliki pola berpikir seperti seorang chuunibyou sekarang. Dan, itu sangat membantu.
"Natsuko - san, kupikir dia sangat ingin menemuimu lagi. Tak ada kata terlambat di dunia ini. Kalau kau mau, setelah semua ini selesai, kau bisa ikut denganku dan menemuinya" komentarku.
Sekilas, kulihat Natsuko tersenyum. Kurasa ia agak terhibur dengan komentar yang aku lontarkan padanya. Kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya, membawaku menuju ruang isolasi yang tadi ia sebut - sebut.
"Harukaze Ami?" tanya Natsuko pelan.
"Eh?" gumamku terbangun dari lamunan.
"Menurutmu, apakah Edogawa Kou masih mengingatku?" tanya Natsuko sembari melirik ke arahku. Astaga, kali ini ia benar - benar tersenyum.
"Heee? Kou senpai!?" aku terpekik.
***
Natsuko kembali menghentikan langkahnya setelah kami jauh berjalan. Lalu ia menggerakan tangan kanannya ke depan seakan ia akan menyentuh sesuatu.
Dan...taraa!
Entah dengan sihir apa, tangan Natsuko terlihat memasuki sebuah dimensi lain yang berbeda dari dimensi padang tandus ini.
Tangannya nampak terpotong, jika kau tanya aku.
Perlahan, aku mau tak mau harus mengikutinya. Kelopak mataku dengan cepat terpejam begitu tiba giliranku untuk menyebrangi dimensi.
Dan, beberapa saat kemudian, kurasakan hembusan dingin di tengkuk leherku. Hembusan ini terasa tidak alami. Ini...mirip seperti hembusan angin dari AC.
Ketika mataku terbuka, aku sudah berada di dalam sebuah bangunan yang isinya serba putih.
Yah, dan seperti dugaanku sebelumnya, tepat di belakangku, terpasang sebuah AC yang sedang menyala.
"Ini ruangan isolasi. Nampaknya si penjaga sedang pergi" ujar Natsuko.
"Ada penjaganya?" tanyaku kaget.
"Tentu saja" jawab Natsuko lalu ia kembali menggiringku berjalan.
Beberapa saat kemudian, kami sampai di sebuah lorong yang menghubungkan kami dengan sebuah pintu bercat putih raksasa. Aku bertaruh, pasti orang yang harus kami selamatkan ada di dalam sana.
Kemudian Natsuko yang berada di depanku, langsung membuka pintu raksasa itu dengan santainya. Pintu besar itu terbuka lebar dan memperlihatkan seorang anak laki - laki yang tengah dibelenggu di dalam sebuah kerangkeng raksasa.
Leher dan kedua lengannya di rantai. Dan kulihat dia hanya bisa terduduk lemas sembari menunduk. Jadi, dia ini orang yang penting itu?
Tapi...
aku sama sekali tidak kenal.
"Hei, kau!" panggil Natsuko
Anak itu tak menggubris.
"Kami akan menyelamatkanmu, semangatlah sedikit!" sahut Natsuko.
"Chotto matte, Natsuko - san..." ujarku.
Lalu seketika, si anak laki - laki itu perlahan mengangkat kepalanya dan menghadap ke arah kami. Matanya nampak terbelalak lebar menatapku. Aku jadi ngeri sendiri.
"Ohh,, hei! Apa kau baik - baik saja?" tanyaku padanya.
Mulut anak laki - laki itu nampak terbuka sedikit. Seperti ingin mengatakan sesuatu namun dengan alasan yang tidak kuketahui, ia tak dapat melakukannya.
"Ami?" gumam Natsuko dengan nada iba yang tidak kumengerti.
"Hei, kalau boleh tahu, kamu siapa, ya?" tanyaku pada si anak laki - laki.
Dan beberapa saat kemudian, entah kenapa... anak laki - laki itu malah menangis tanpa suara.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top