Chapter 21 : Di Balik Besi
IRIE'S POV
Aku sudah muak. Aku muak diperlakukan seperti hewan peliharaan yang harus selalu patuh dengan tuannya. Aku dirantai dan dikurung di dalam kerangkeng besi. Aku diberi makan tiga kali sehari dengan masakan yang katanya dibuat penuh cinta untukku.
Aku akui, masakannya memang enak. Bahkan melebihi rasa masakan buatan ibuku.Tapi setelah memakannya, tentu harus ada bayaran yang setimpal untuk itu.
Ini ruangan isolasi. Seluruh kekuatanku tak berfungsi. Jadi aku hanya bisa diam ketika gadis sialan itu, Mayuko meminta yang macam - macam. Sungguh idiot sekali diriku ini. Aku bilang pada Ami, kalau aku ingin melindunginya. Tapi melindungi diriku sendiri saja tidak bisa.
"Irie - kun, ayo buka mulutnya lagi" ujar Mayuko sembari memegang sendok berisi nasi kare di tangan kanannya.
Aku menatapnya lemas. Lalu perlahan kubuka mulutku dan....
Hap! Sesendok nasi kare berhasil memasuki rongga mulutku. Kukunyah perlahan - lahan, berharap suapan nasi kare terakhir ini tak pernah habis di mulutku. Karena jika hal itu terjadi, Mayuko akan....
Tiba - tiba, kurasakan kedua tangan Mayuko memegangi kedua pundakku. Kutatap wajah Mayuko dan kulihat seukir senyum jahil terukir disana.
Sedangkan mata ungu gelapnya menatapku dengan nakal.
"Irie sayang, apa nasi di mulutmu sudah habis?" tanya Mayuko dengan nada manja yang menurutku mematikan.
Aku menggeleng pelan sembari berharap ada sesuatu yang membuat Mayuko pergi dari sini.
Kemudian Mayuko menurunkan kedua alisnya dan menciptakan kerutan di dahinya.
"Apa kau sengaja mengunyahnya dengan perlahan?" tanya Mayuko.
DEG! Apa - apaan dia itu!? Kenapa tebakannya tepat sekali?
"Kau tidak ingin aku mengendalikan tubuhmu lagi, kan, Irie?" ancam Mayuko dengan senyum jahil.
Refleks, aku langsung berusaha menghindari kontak mata dengannya. Ingatan demi ingatan tentang dua hari yang lalu kembali meracuni pikiranku. Dasar gadis sialan!
"Hm? Apa jangan - jangan kau memang sengaja ingin kukendalikan dan ikut menikmatinya juga, Irie?" tanya Mayuko masih tersenyum jahil.
"Cih! Aku tidak sudi melakukannya untukmu, Mayuko!! Dasar gadis sialan!! Murahan!!" bentakku spontan di depan wajahnya. Maaf saja, tapi aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi. Mulai sekarang, apapun yang ada di pikiranku, akan aku katakan padanya.
Hening. Mayuko menundukkan kepalanya tiba - tiba. Entah sadar atau mendapatkan ilham dari Tuhan, aku tidak peduli. Yang penting, aku ingin segera pergi dari tempat terkutuk ini.
Dan, jika aku harus bertemu Ami lagi,...
aku tidak tahu harus apa setelahnya.
Aku rasa, aku sudah tidak pantas lagi untuk Ami. Bahkan untuk menyebutkan namanya saja, aku sudah tidak pantas.
"Hehehehe..." Mayuko terkekeh geli sembari perlahan menatap lekat iris mataku.
Ada apa dengan gadis ini? Apa dia sudah gila?
"Kau sungguh munafik, Irie. Kau bilang, kau tidak akan sudi melakukannya untukku." ujar Mayuko.
"Tentu sa-" balasku terpotong karena Mayuko seketika menyela perkataanku.
"Tapi bagaimana kalau Harukaze Ami yang memintanya, hm?" sela Mayuko.
DEG! Kurasakan panas di wajahku. Sepertinya wajahku mulai berubah warna menjadi merah padam. Aku benci ini. Aku tidak ingin membayangkan hal - hal aneh tentang Ami.
"Sudah kuduga, cih!" dengus Mayuko lalu pergi menjauh dariku. Syukurlah, kali ini aku berhasil membuatnya kesal.
Hh, tapi percuma saja jika aku masih terkurung di tempat ini. Sesaat setelah Mayuko kembali mengunci pintu kerangkeng, ia berkata kepadaku "Irie - kun, lihatlah, aku akan membunuh Harukaze Ami agar kau tak bisa mengharapkannya kembali".
Ehh?? Tunggu, apa yang akan kau lakukan padanya!?
***
AMI'S POV
Aku masih mencengkram kasar kerah seragam Natsuko. Bahkan kulihat ekspresi Natsuko yang awalnya selalu datar sekarang mulai menunjukkan ekspresi risih.
Kutatap mata Natsuko lekat. Berharap ia akan segera mengantarkanku ke tempat Dewa dan mengakhiri seluruh kegilaan ini. Kemudian bibir mungil milik Natsuko nampak bersiap akan membuka.
"Harukaze - san, sebelum itu, apakah ada seseorang yang ingin kau selamatkan dulu?" tanya Natsuko.
"Seseorang?" tanyaku balik. Huftt, pertanyaan Natsuko yang barusan membuatku berpikir keras.
"Kau masih tidak ingat, ya" gumam Natsuko sembari memutar bola matanya.
"Tidak heran kalau sekarang ini kau melupakan seseorang yang penting. Aku bisa melihat dengan jelas alasannya".
Aku menurunkan cengkramanku lalu melepaskannya perlahan. Berkali - kali aku mengerjapkan mataku, berusaha mencerna baik - baik apa yang dikatakan gadis misterius ini. Namun usahaku selalu gagal. Apakah, aku mulai bodoh?
"Ck! Dendam dan amarah yang tersembunyi dalam dirimu sepertinya menyuruh otakmu untuk melupakan orang itu. Tapi hatimu menolak keras apa yang diminta oleh kedua sejoli itu" ujar Natsuko. Kali ini aku benar - benar tidak mengerti. Sungguh.
"Yahh, siapapun dia, jika dia penting bagiku, maka aku akan menyelamatkannya!" ujarku mantap.
"Kau yakin?" tanya Natsuko memastikan.
"Iya, aku sangat yakin" jawabku sembari mngacungkan jempol ke hadapan Natsuko yang tengah memandangku datar.
"Kalau begitu, ayo kita selamatkan orang penting itu dan membuatmu mengingatnya lagi" ujar Natsuko lalu menggandeng lengan kananku.
Hangat dan nyaman.
Itulah yang kurasakan dari lengan Natsuko begitu ia menyentuh lenganku.
Sebenarnya siapa yang harus kuselamatkan?
Apakah dia begitu penting bagiku?
Dan, ada sesuatu yang membuatku bingung....
Sebenarnya Natsuko itu siapa?
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top