Precious Truth
Karya: @eyArash
Caci maki selalu perempuan itu dapatkan dari teman teman dikelasnya. Tak ada seorangpun yang dapat menolongnya walaupun orang itu sangat ingin. Elena, perempuan cupu berkacamata kotak, jelek dan pendiam yang selalu menjadi target bullying teman sekelasnya. Kata mereka yang membully, Elena itu tidak pantas untuk bersekolah di tempat elite seperti ini. Dan jika bukan karena sifat Elena yang terlewat sangat pendiam ini, pasti Elena sudah melapor kepada guru.
Selain dia dijadikan target bullying dikelasnya, dia juga mau mau saja jika disuruh melakukan sesuatu. Contohnya bertepatan pada waktu diadakannya bazar kelas, cewek barbar sok cantik sebut saja Gladys, menyuruhnya untuk membawakan semua kardus berisi air mineral ke dalam tenda yang seharusnya itu dilakukan oleh pria. Dan Elena hanya bisa terdiam dan pasrah melakukan itu. Tak pernah ada perlawanan dari dirinya.
Suatu hari saat dirinya dipanggil oleh kepala sekolah untuk melakukan pembinaan lomba olimpiade Sains, Elena hampir saja terlambat hampir 1 jam dari waktu yang ditetapkan kepala sekolah. Dia dimarahi habis habisan oleh kepala sekolah dan para guru pembina lainnya karena sudah dibuat menunggu.
Dan lagi lagi Elena terlambat dikarenakan seorang cowok sekelasnya yang bernama Gama itu selalu saja mengganggunya saat Elena melakukan tugas piketnya sepulang sekolah. Menyiram air kotor di lantai yang sudah Elena pel dengan susah payah. Gama kira ruang kelasnya sekecil apa? Sehingga Gama dengan mudahnya menyiram air kotor yang penuh dengan tanah itu hampir merata sampai sudut keseluruhan ruang kelasnya? Tetapi untungnya, seorang kakak kelas Elena melihat kejadian tersebut yang akhirnya membuat Gama menerima seluruh akibat dari perbuatannya.
Dan untung saja kali ini Elena terselamatkan dari pekerjaan mengepel yang tiada habisnya. Pasalnya jadwal mengepel di kelas Elena yaitu setiap seminggu sekali pada hari senin. Dan pada hari itu tiada satu orang pun yang mau membersihkan lantai tersebut, hingga akhirnya Elena lah yang harus turun tangan walau jadwal piket Elena bukan hari senin. Tetapi dia selalu rutin membersihkan ruang kelas karena teman temannya mana perduli dengan kebersihan kelas?Dengan sabar hati Elena yang harus melakukan semua itu. Dan terkadang yang membuat hati Elena jengkel ialah disaat yang lain mendapat tumpahan pujian dari guru karena kelasnya yang sangat bersih itu, menikmati hasil jerih payah Elena yang membersihkan kelas dengan susah payah. Tetapi yang dipuji malah siswa yang sedang piket hari itu, sungguh usaha yang terbuang dengan sia sia. Dan saat Elena ingin mengatakan yang sebenaranya dia malah mendapatkan tatapan tajam dari temannya yang menyiratkan untuk dirinya diam.
Saat Elena sedang membersihkan ruang kelasnya, Ia melihat tumpukan sampah yang begitu banyak, akhirya dirinya lagi lah yang harus turun tangan untuk membuang isi dari tong sampah itu. "Woy anak cupu, lo jelek amat sih. Perasaan Deva cupu, tapi nggak se jelek elo" ucap Gama yang bersender pada dinding tangga. "Jawab kek kalo ada orang ngomong dasar lo, cupu banget." Ejek Gama lagi. Saat hendak melontarkan ejekan yang ketiga kalinya Gama sekaligus Elena dibuat terdiam mendengar ucapan seseorang "Emang kalo dia berubah, terus jadi cantik lo bakalan suka gitu?" ucap orang tersebut. Mata Gama membulat melihat siapa yang mengajaknya berbincang. Dia adalah Nino anak pemilik sekolah, bisa bisa jika dia berbicara sembarangan, dia akan ditendang keluar dari sekolah ini. "Enggak No. Tapi siapa tau aja kalo dia ngerubah penampilan, temen- temen pada gak ngebully dia lagi kan?" Gama mengatakan kalimat tersebut dengan kepala yang tertunduk. Takut jika dirinya salah berbicara karena dirinya merupakan anak yang bodoh, tidak naik kelas sudah cukup baginya jangan sampai dia di tendang juga dari sekolah ini. Dalam hati, Elena seperti membenarkan perkataan Gama. Jadi jika dirinya berubah teman-temannya jadi tidak mengejek Elena lagi begitu?
****
Keeseokan harinya disekolah, Elena mulai memberanikan diri untuk berpenampilan berbeda. Walaupun tidak berbeda keseluruhan, tapi itu cukup bagus jika Elena melepaskan kacamata kotaknya itu bukan? Setidaknya dia mencoba untuk perlahan merubah penampilannya. Meskipun seisi sekolah memperhatikan Elena dengan tatapan lekat. Ia mencoba untuk tenang dan tetap berjalan tanpa memperdulikan tatapan yang menyiratkan akan ketidak sukaan itu sambil merapalkan doa di dalam hatinya agar dirinya tidak diganggu untuk kali ini saja setidaknya.
Ia berjalan menyusuri koridor sekolah dan tiba tiba saja berbelok kearah perpustakaan. Entah apa yang akan dia lakukan di dalam ruang yang penuh dengan berbagai jenis buku itu. Ia duduk di bangku yang sudah di sediakan lalu segera menelungkupkan wajahnya diantara sela sela tangannya.
Malu, itu yang dirasakan Elena saat ini. Menjadi tontonan semua murid sekolah tidak semenarik apa yang Ia pikirkan. Malah tadi lebih terkesan seperti mereka mengintimidasinya. Tak lama Elena mengangkat kepalanya seraya berkata "OKE GAK PAPA KALI INI AJA, HARUS BERANII!!!" ucapan yang dia buat untuk menyemangati dirinya sendiri.
Brukkkk.................. saat hendak bangun dari kursi, tiba tiba saja buku jatuh menimpa kepalanya. Dia mengangkat dan menolehkan kepalanya, dan ternyata pelakunya adalah Gladys. Entah apa yang akan cewek bar bar itu lakukan, tapi dilihat dari kondisi Elena yang tidak memakai kacamata sepertinya kali ini Gladys akan menyuruh Elena untuk membaca buku yang dibawanya. Karena Elena tidak menggunakan kacamatanya terpaksa dia harus membaca dengan pandangan yang kabur samar- samar terlihat. Membaca dengan terbata-bata karena kata yang masuk ke penglihatannya sangat terbatas.
"Ttu...ju....an da....sar......." Gladys memukul kepala Elena dengan buku tebal bertuliskan Encyclopedia di tangannya itu. "Woy lu gak bisa baca ya?! Eh guys guys kumpul sini," ucap Gladys sambil melambaikan tangannya kepada teman satu gengnya."Liat tuh, cewek cupu sok sok-an ngelepas kacamata lagi. Cupu mah cupu aja." ucap Gladys kasar sambil menjambak rambut Elena yang terurai.
"Dih mangkanya jangan sok sok ngelepas kaca mata deh" timpal Lussie teman satu geng Gladys sambil tertawa kencang. Otomatis seluruh penghuni perpustakaan menoleh kepada kerumunan Elena dan Gladys. "Tau diri dong lo. Udah miskin, jelek, sok sok-an mau cari perhatian lagi dih amit amit"
Sekali lagi Elena hanya bisa terdiam menunduk dan sabar mendengar cacian dari Gladys dan antek anteknya. Dan tanpa di sadarinyaada seorang laki laki berdiri di belakang rak buku, bak menonton sebuah drama laki laki tersebut tak bisa berkutik walaupun dia sangat ingin menolong sang pemeran utama.
****
"HEHH BOCAH CUPU!!!" ucap seseorang dari belakang punggung Elena. Merasa terpanggil Ia membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya. Oh ternyata itu Gama. Gama menghampiri Elena, sepertinya dia hendak menyampaikan sesuatu. "Woy lo kalau mau berusaha jadi cantik mikir dong, masa lo cuman copotin kacamata lo doang. Itu rambut juga sekalian benerin, terus bedakan kek muka lo pucet gitu." Elena kaget mendengar ucapan Gama yang terkesan seperti perduli dengannya itu.
"Lo jangan geer dulu, gue cuman nyaranin doang. Lama lama gue kasian juga sama lo" Elena hanya bisa tertunduk mendengarnya. Setelah mengatakan itu Gama pergi meninggalkan Elena. Sempat terlintas dipikiran cewek polos itu bahwa Gama mungkin menyukai nya. Tetapi mana mungkin Gama cowok tukang rusuh sekolah yang katanya dirumorkan penyuka sesama jenis alias gay itu menyukai Elena?.
Waktu menunjukkan pukul 15.34 WIB, beberapa menit yang lalu murid sekolah mulai membubarkan diri. Tapi berbeda dengan Elena yang masih setia berada di tempat duduknya, dia memikirkan perkataan yang dikatakan Gama tadi pagi. Benar seharusnya dia tidak hanya melepas kacamatanya saja, tapi juga harus berani tampil beda. Baiklah keputusannya sudah bulat kali ini.
Elena pergi ke suatu bangunan minimalis ber-cat biru dan pink pastel itu dengan perasaan tidak karuan. Perasaan campur aduk karena dirinya baru pertama kali memasuki tempat yang seperti ini. Di dalam hidupnya Ia tidak pernah menyentuh sesuatu bernama make up. Cukup memoleskan bedak bayi tipis-tipis sebagai riasan itu sudah cukup baginya.
Elena membeli make up yang sudah Ia cari tahu terlebih dahulu di blog website kecantikan remaja. Setelah membeli semua make up tersebut, dan dia bergegas pulang. Elena membuka video tutorial cara menggunakan make up yang sudah di unduhnya tadi. Memakai sesuai instruksi dari sang peraga di video tersebut, perlahan tapi pasti. Dan TADA!! Hasilnya tidak cukup buruk. Setidaknya wajahnya cukup terlihat tidak pucat seperti sebelumnya. Begitulah pikirnya. "Oke berarti besok ke sekolah dandan kayak gini aja, yang penting kan kata Gama mukanya jangan pucet pucet"
****
Hari ini Elena berpenampilan sangat berbeda dari kemarin. Menggunakan polesan make up yang ala anak SMA, mengganti kacamata kotaknya dengan kontak lens bening dan menguncir seluruh rambutnya seperti kuda yang selalu saja dia gerai dengan poni di dahi nya. Seluruh tatapan mata di penjuru sekolah tertuju kepada Elena. Cewek yang terkenaldengan ke-cupu-annya itu seketika berubah menjadi cewek cantik.
"Eh itu kan si anak cupu? Gak salah tuh dia dandan kayak begitu ke sekolah?"
"Anak baru ya?"
"Cantik banget, itu anak cupu bukan sih?"
"Anak cupu ngapain sih pake make up segala lagi ke sekolah. Butuh perhatian banget sih itu anak"
"Ambay gue, ambyarr........"
Begitulah ucapan warga sekolah pagi ini. Ucapan takjub dan iri saling bersahutan yang ditujukan untuk Elena pastinya. Elena sudah muak dengan semua ucapan sampah itu, ada rasa ingin melawan tapi selalu Ia tahan.Tiba tiba saja ada sebuah lengan kekar yang merangkulnya dari belakang. Ia menoleh untuk melihat siapa yang merangkulnya, dan ternyata itu adalah Kak Nino. Kakak kelas Elena yang sangat tampan, sekaligus anak pemilik sekolah elite ini. Dan sampai sekarang masih menjadi salah satu cowok terpopuler di sekolah. Matanya yang berwarna coklat keabuan, hidungnya yang mancung, lesung pipi yang begitu dalam dan bentuk rahangnya yang sedikit tegas. Sangat TAMPAN. Teriakan histeris para penggemar Nino saling bersahutan melihat kejadian langka yang ada di depannya itu. Peka dengan apa yang sedang dilakukannya, segera Ia membawa Elena pergi menjauh dari kerumunan penggemarnya. "Minggir lo semua!" Nino membawa Elena ke taman belakang sekolah lalu meninggalkannya sendiri di sana, entah apa yang merasuki Nino. Elena hanya melongo melihat kelakuan Nino yang sangat absurd itu. Kenapa kakak kelasnya itu membawanya ke taman belakang sekolah ini lalu meninggalkannya sendiri. Sangat tidak masuk akal.
****
Elena pergi berlari mencari Nino untuk mencari tahu kenapa cowok itu memilih menyelamatkannya daripada meladeni para penggemarnya. Tiba tiba seorang cowok mencegat di tengah perjalanannya, "Mau kemana lo?" ucap cowok tersebut berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya.
"Aku mau ke kelas kak Nino, Gama ke pinggiran ya. Aku mau lanjutin jalannya" ucap Elena dengan pelan.
"Ngapain ke kelas Nino? Emang ada hubungan apa Nino yang ganteng sama anak cupu kayak lo? Dari kemaren aja, itu si Nino Nino suka muncul." tanya Gama mengintimidasi. "Nggak ada hubungan apa apa Gama." Elena mengatakan dengan menekan nada setiap kata.
"Ahhh.... masa? Gue jadi curiga, takutnya ntar lo jadian lagi sama itu anak yang punya sekolah" tanya Gama lagi.
"Enggak papa kok, gak ada apa apa" jawab Elena dengan gugup, takut rahasia yang sudah Ia simpan rapat rapat kini terbongkar secara cuma cuma. "Tapi kalau aku jadian sama kak Nino emangnya kenapa?" tanya nya.
"Takut aja. Ntar kalo lo jadian sama si Nino, lo bakalan bocorin kelakuan gue yang suka bolos kelas."
Elena hanya melongo mendengarnya, jadi ternyata yang katanya Gama menyukai Elena itu adalah hoax. Ia berbalik meninggalkan Gama yang berbicara tak karuan dibelakangnya.
"Woy cewek cupu, awas aja lo kalo ada sesuatu sama Nino!!!" ucap Gama yang suaranya mulai menjauh dari pendengaran Elena. Elena akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelasnya, gagal sudah dirinya untuk mendapatkan penjelasan dari Nino.
Keesokan harinya, Elena kembali bersekolah dengan memperlihatkan wajah cantiknya. Kali ini wajahnya terlihat sangat natural dan fresh denganrambut yang di kuncir.Tentu saja itu akan memancing para judgers untuk semakin membully dirinya. Sudah cukup di dalam kehidupannya penuh dengan cacian, tetapi dengan bodohnya dia membuat semua orang semakin merasa iridengannya. Bagaimana tidak? Sang perempuan cupu berkacamata kotak seketika berubah menjadi cewek cantik dengan mata bulat yang iris matanya berwarna coklat keabuan, hidung mancungnya yang selalu tergantung kacamata disana terlihat lebih jelas, pipinya yang lembut selembut bakpao itu mulai terpampang jelas dan kulitnya yang putih seputih susu.
Jangan dibayangkan, karena bayangan tidak seindah realitanya.
Serba salah memang menjadi Elena. Berpenampilan jelek dan cupu di bully. Berpenampilan cantik di komentar sana sini.
"Kak Nino......! Tunggu sebentar!" kebetulan saja Nino berjalan tak jauh di depannya. Nino yang merasa terpanggil pun menolehkan pandangan dari ponselnya kepada seorang gadis polos yang berdiri tak jauh di belakangnya. Ia mengangkat alisnya, ada apa? Pikirnya. Elena menghampiri Nino lebih dekat "Kak aku cuma mau bilang makasihsoal kemarin" ucap Elena sambil menunduk menatap sepasang sepatu pantofel yang dikenakannya hari ini. "Udah?" Nino hendak melanjutkan jalannya, tetapi Elena mencegatnya "Kak Nino tunggu!!." ucapan spontan yang dikeluarkan dari mulut Elena, ingin rasanya Ia melompat ke dalam dasar samudra saja. "AKU SUKA SAMA KAKAK!!!" ucapnya berteriak. Dengan wajah bodohnya Elena mengatakan hal yang tak seharusnya dia katakan. Dia memukul-mukul bibirnya, karena merasa salah mengatakan sesutau. Ia melihat raut wajah Nino seketika berubah menjadi datar. Elena yang merasakan hawa tak nyaman di sekitarnya pun bergegas pergi. Tapi tiba tiba Nino menghentikan pergerakan kaki Elena menggenggam tangannya dan membawanya pergi menuju mobil Nino yang terparkir. "Masuk." Tetap dengan wajah datar dan ucapan dinginnya. Tanpa banyak bicara, Elena segera masukke dalam mobil.
Diam dan sunyi itu yang dirasakan Elena saat ini, suasana yang begitu canggung menyelimuti keduanya. Sangat lama hingga Nino memulai pembicaraan itu dengan deheman "Lo tau gak gue ini siapa?" tanya Nino tetap dengan wajah datarnya sambil menatap keluar kaca jendela mobil. " Tau kok, Kak Nino anak yang punya sekolah ini kan?" jawab Elena polos. "Selain itu ada lagi yang lo tau?" tanya Nino lagi dengan menolehkan pandangannya kali ini kepada Elena. "Eummm........... Kak Nino ganteng, pinter,"
"Oke gue anggap lo gak tau tentang gue." Ucapannya terpotong oleh perkataan Nino. Nino menjulurkan tangannya kepada Elena dan berkata, "Kenalin Gue Elnino, saudara kembar lo"
Elena syok mendengar ucapan Nino, apa maksudnya jika Nino saudara kembarnya? Sejak kapan? Kenapa mama nya tidak memberi tahu Elena jika Ia memiliki saudara kembar? Nino melihat wajah adiknya yang sudah memerah. "Gue tau lo pasti kaget dan nggak percaya dengan semua yang gue bilang, tapi ini real. Ini gue Len, El kakak lo." Ucap Nino sambil menggenggam tangan Elena. Elena yang mendengar perkataan Nino hanya bisa terdiam. " Lo bisa liat wajah kita mirip Len." Ucap Nino mencoba meyakinkan Elena.
"Gue tau ini berat buat lo mengingat semua kejadian itu, gue juga sama. Kalau lo lebih milih menutup diri dan diem seakan gak ada yang terjadi, beda sama gue yang suka berontak dan cenderung meluapkan semuanya sama benda benda yang ada di sekitar gue."
"Tahun pertama saat mama dan papa cerai, lo depresi berat. Lo mulai mengalami gangguan kecemasandan mudah marah. Perlahan sifat ketidak percayaan diri dan pemalu pada diri lo muncul. Lo gak berhenti menyalahkan diri lo pada saat itu. Hingga lo lupa kalo ada gue yang selalu nunggu elo, nunggu buat lo bisa mengingat gue, main sama gue kayak dulu, saling menyayangi dan saling melengkapi."
"Gue dilarang nemuin lo karena papa gak mau gue jadi seperti lo. Tapi gue tetep setia menunggu adik kesayangan gue sampai bisa menyesuaikan keadaan dan sampai akhirnya, mama mulai berani untuk menyekolahkan elo tetapi dengan syarat harus tetap dalam pengawasan. Dan selama di sekolah, lo pikir kenapa gue selalu muncul disaat tertentu? Gue ngawasin elo, gue tau kalo lo di bully. Gue tau semua ucapan caci maki yang orang kasih ke elo. Cupu, jelek, miskin, gak tau diri dan banyak lagi. Dan syukur sekarang lo udah bisa mulai merubah penampilan lo, gue sangat berharap agar lo nggak menjadi orang yang diem dan penyendiri. Mulai sekarang lo bisa ceritain semua unek unek yang lo simpen selama ini sama gue. Dan satu hal lagi ini tentang Gama, dia temen main kita dulu dan sampai sekarang dia tetep suka sama lo. Dia rela gak naik kelas buat selalu ngejagain elo selama ini."
Aku hanya bisa terdiam mendengar perkataan kak Nino atau lebih tepatnya Elnino saudara kembarku yang pernah terlupakan dalam hidupku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top