Maafkan Aku
Karya: Royhan Abdullah Mabruro
***
Ini sudah bulan kelima aku menekuni pekerjaan baruku, suatu pekerjaan sesat sebagai pembunuh bayaran . aku sudah membunuh sekitar 5 orang. Aku merasa bau darah adalah sesuatu hal yang lumrah bagiku.
Hari ini hari kamis, aku harus masuk kuliah, capek rasanya setelah sekian minggu libur. aku bertemu dengan teman temanku , salah satunya Dika. Dika adalah temanku dari kecil. "Hai Dik" sapaku pada dika. Aku mulai berbincang bincang dengan Dika. Semua orang yang ada dikampusku kurasa tidak ada yang mengetahui kalau pekerjaan ku adalah pembunuh bayaran termasuk Dika.
Ini minggu ketiga semenjak aku masuk kuliah belumjuga ada panggilan untuk membunuh seseorang, rindu sekali dengan bau darah.
Kesokan paginya,
Aku berangkat kuliah. Di kampus ada seorang murid baru namanya wawan orangnya pendiam, baik , pokoknya enak deh kalau diajak bicara. Lalu dosen datang dengan membawa cukup banyak buku, dan memberi kami tugas berkelompok. kebetulan aku sekelompok dengan Dika dan wawan.
Sepulang kuliah Kami mengerjakan tugas dirumah Dika. Setelah selesai aku pun berjalan pulang, yah memang jarak kos kosanku dengan rumah Dika memang cukup dekat sekitar 500 meter. Lagi pula aku hanya tinggal sendirian di kos. Karena orang tua dan saudara perempuanku sudah meninggal.
Tiba tiba teleponku berdering, dan aku mengangkatnya
"Halo " tanyaku pada orang itu
Hari ini kamu ada tugas untuk membunuh orang ini" jawabnya
"Hah ini suara bosku"gumamku dalam hati, lalu diputuslah telepon itu dan masuklah sebuah pesan ke telponku dari bosku yang berisi gambar dan biodata seseorang yang akan kubunuh. "Hah seorang dokter bedah ya"Tanpa pikir panjang aku pun langsung bergegas menuju rumah dengan berlari dan langsung memakai pakaian dan topeng yang biasa kupakai untuk membunuh tidak lupa tongkat baseball dan peralatan lain yang ku letakkan di dalam kantong bajuku
Lalu aku langsung menuju tempat dia biasa lewat dengan jalan kaki, ditempat itu memang sangat sepi dan jarang sekali orang yang lewat disitu. Tak lama aku menunggu lalu datanglah orang yang ingin kubunuh dengan membawa peralatan dokternya. Kemudian aku menghampirinya dari belakang dan langsung memukulnya dengan tongkat baseball yang ku pegang, lalu orang itu jatuh tersungkur ketanah dengan keadaan tengkurap.
Aku segera menghampiri orang itu dan mencoba untuk membaliknya, tiba tiba dokter itu bangun dan langsung menusuk mata kananku dengan pulpen yang tadi ada di sakunya. Aku pun langsung tersungkur ke belakang sambil memegang mataku yang mengeluarkan banyak darah.
Aku mulai lemas karena kekurangan banyak darah, lalu dokter itu membuka tas dokternya dan mengambil sesuatu dari tasnya, pandanganku kurang jelas karena salah satu mataku ditusuk. Kemudian dokter itu menghampiriku dan gelap gelap gelap dan gelap.
"Dimana ini" tanyaku dalam hati
Aku terbangun di sebuah tempat yang seluruh ruangan bercat putih, kemudian seseorang datang menghampiriku dengan wajah yang aku kenali. "Kau orang yang kubunuh waktu itu kan?" tanyaku dengan agak terkejut
"Iya ini aku bersama yang lain" jawab orang itu
Bersama yang lain, Apa maksudnya?. Kemudian datang 4 orang yang lain yang tak lain adalah orang orang yang kubunuh. "Kalian?"tanyaku, "apakah aku sudah mati?" kataku dalam hati
"Tidak, kau belum mati" salah seorang dari mereka menjawab pertanyaanku yang aku tanyakan di dalam hatiku
Lalu mereka semua mengulurkan tangannya kepadaku. Aku mencoba meraih tangan mereka tapi rasanya tanganku tidak sampai, lalu mereka terbang menjauhiku sambil mengulurkan tangannya kepadaku, aku mencoba untuk menggapai tangan mereka dengan menyesali apa yang telah aku perbuat pada mereka. Mereka terus menjauh sehingga mereka hanya terlihat seperti sebuah cahaya yang terang benderang, "bangunlah dari mimpi ini" itulah kata-kata terakhir yang kudengar dari mereka.
Kemudian aku terbagun di sebuah tempat sepertidi rumah sakit. Mataku masih sakit rasanya. Lalu aku memandangi sekitar dan aku melihat dokter itu sedang melakukan sesuatu didepan meja dengan membelakangiku. Tak berapa lama kemudian akhirnya dokter itu menghampiriku dengan membawa pisau bedah dan mulai membedah perutku dengan pisau bedah itu tanpa menyuntikkan obat bius kepadaku, sedangkan tubuhku masih lemas dan tak mampu berbuat apapun.
Aku berteriak sekencang kencangnya dengan menahan rasa sakit ini. Darahku mulai membasahi pakaian ku, mungkin ini yang dirasakan korban yang kubunuh. Aku terus berteriak menahan rasa sakit yang dokter itu berikan kepadaku. Setelah sekian lama dokter itu menyiksaku lalu dokter itu kembali menjahit perutku dengan benang khusus bedah. Setelah itu dokter itu pun meninggalkanku, rasa sakit masih terus terasa meski begitu aku akan tetap berusaha untuk keluar dari tempat itu.
"Dimana ponselku?"gumamku dalam hati sambil menahan sakit.Aku mulai mencari cari ponselku di kantongku. Lalu aku melihat dengan mata kiriku ponselku berada di meja tempat dokter itu tadi mempersiapkan sesuatu tadi.
Lalu aku mencoba untuk bangun dari tempatku terbaring. dan usahaku akhirnya berhasil untuk bangun. Lalu aku berjalan menuju meja itu dengan keadaan sempoyongan. Syukurlah aku berhasil mengambil ponselku. Lalu aku menghidupkan ponselku yang mati dengan tangan berlumuran darah. Dan akhirnya ponselku menyala. Aku pun mencoba menelpon dika.
"Dika" kataku pada dika dengan menahan rasa sakit.
" ada apa?"Tanya dika padaku degan nada heran
"Cepat kemari"jawabku
Tiba tiba dokter tadi mengambil ponselku. Dan langsung membanting ponselku. Aku kaget sekaligus takut. Lalu dokter itu menarikku dengan cepat, sehingga aku jatuh tersungkur ke lantai. Dan dokter itu pun mengambil pisau dari kantongnya. "Mau kemana kamu" Tanya dokter itu dengan suara sadis.
Lalu dokter itu menendangku sehingga aku terbaring lemas. Kemudian dokter itu menusukkan pisau yang ada di tangannya ke tanganku sehingga membuat tanganku menempel ke lantai. Kemudian dokter itu menginjak-injakku, aku hanya bisa merintih, karena tidak ada yang bisa kuperbuat. Tiba tiba semuanya menjadi gelap, gelap dan gelap.
Setelah itu aku terbangun ditempat yang semuanya bercat putih lagi. Lalu aku bertemu lagi dengan orang orang yang kubunuh. Mereka semua menatapku, seraya berkata "apa yang kau lakukan lagi disini?". Aku hanya bisa terdiam mendengar ucapan mereka. Dan mencoba memegang mereka dengan mengulurkan tangan.
Kemudian mereka memegang tanganku dan menarikku sampai membuatku berdiri. Lalu mereka menarikku dan berlari menuju tempat gelap. Setelah itu aku berlari bersama mereka menuju sebuah tempat gelap, aku tidak tahu kenapa mereka menuju tempat itu.
Lalu kami tiba ditempat gelap itu, dan aku melihat orang orang terdekatku. Lalu mereka semua menjauhiku karena mereka mengetahui diriku yang sebenarnya, yaitu adalah seorang pembunuh bayaran.
Tiba tiba air mataku menetes. Aku sadar bahwa apa yang aku perbuat selama ini adalah salah
"maafkan aku semuanya atas apa yang kulakukan pada kalian" ucapku dengan air mata yang tak berhenti keluar
"kami sudah memaafkanmu, jadi kau bangunlah dan perbaiki apayang telah kau perbuat"kata salah seorang dari mereka.
Lalu pandanganku mulai kabur dan aku terbangun dengan keadaan tangan terikat di tempat dokter itu tadi membedahku. Rasa nyeri masih terasa di sekujur tubuhku. Aku mencoba membuka tali yang mengikat tanganku. Dengan benda seadanya aku berhasil membuka tali yang mengikat tanganku. Lalu aku berlari menuju pintu dengan keadaan tertatah tatah, dan ternyata dokter itu sudah menungguku di luar dengan memegang sebilah pisau ditangannya.
Lalu dokter itu melemparkan pisaunya kearah kakiku. Tapi untungnya hanya tergores saja. Aku terus berlari menjauhi dokter itu dengan keadaan tertatah tatah sampai aku melihat cahaya matahari dari kejauhan.
Tiba tiba, DOOORRR sebuah peluru menembus dadaku dari belakang, yang tak lain adalah peluru pistolku sendiri yang ditembakkan oleh dokter itu. Lalu aku jatuh ketanah dan aku pun kehilangan kesadaran.
Kemudian aku terbangun sebuah ruangan yang di penuhi oleh selang selang infus yang melekat ke tubuhku, aku sadar bahwa aku berada dirumah sakit dan aku melihat Dika tertidur di sofa disebelahku.
"Dika"panggilku pada dika.
Kemudian dika terbangun .
"Kau tidak apa apa?"Tanya Dika sambil mendekatiku.
Aku tidak menjawab pertanyaan Dika. Lalu air mata keluar dari mataku.
"Kami sudah memaafkanmu atas apa yang kau lakukan selama ini"ucap Dika seakan akan dia tahu apa yang aku pikirkan.
Air mata terus saja keluar dari mataku, Tangisanku semakin menjadi jadi ketika aku melihat keluarga orang orang yang kubunuh masuk ke ruanganku. aku menyesali apa yang aku perbuat selama ini.
TIGA TAHUN PUN BERLALU,
Akhirnya aku lulus kuliah, kini aku menjadiseorang dokter bedah ditempat dokter psikopat itu, sekaligus pengganti dokterbedah psikopat itu. Sedangkan Dika kini juga telah menjadi manager rumah sakittempatku bekerja. Kini aku sadar bahwa nyawa bagi mahkluk hidup sangatberharga. Dan aku sudah tidak pernah mendengar lagi tentang dokter yangmenyiksaku itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top