Garpu

Karya: Aurelya Jovanka

****

Sunyi, gelap. Perlahan lahan kubuka mataku. Sakit, saat kucoba gerakkan badanku. Terlintas kembali kejadian beberapa waktu lalu. Mereka menarikku paksa ke GreenHouse belakang sekolahku. Mereka memukuliku habis habisan disertai caci maki yang keluar dari mulut mereka. Masih terngiang saat ini kalimat yang mereka lontarkan

"Dasar miskin, udah miskin masih aja sok cantik pake deket deket sama cowok gue lagiii".

" Mau nguras hartanya haa? Cuihh rendahan banget sih".

" Dasar murahan".

Aku hanya terdiam menerima segala caci maki dan pukulan mereka. Tubuhku tak bisa bergerak ada rasa ingin melawan tapi tubuhku seakan tak ingin bergerak dari tempatnya. Penglihatanku mulai kabur. Samar samar aku lihat mereka meninggalkanku sendiri, lalu semuanya gelap.

***

10 tahun kemudian..........

Pagi yang cerah disertai kicauan burung. Kulangkahkan kaki ku memasuki gerbang sekolah. Hari ini merupakan hari pertamaku disekolah ini. Rasa gugup menguasaiku, aku berharap aku bisa beradaptasi dengan cepat di sekolahku yang baru ini. Seorang guru menghampiriku dengan senyum mengembang di bibirnya.

" Kamu murid pindahan itu ya?", Ucapnya.

" Iya bu", balasku.

" Saya ibu Ririn wali kelas kamu", ucapnya disertai senyuman.

"Cantik", gumamku.

" Hmm saya Lea bu eh Azalea" kataku malu.

" Udah gausa tegang gitu santai saja, yaudah yuk ke kelas" ajak bu Ririn.

Bu ririn berjalan mendahuluiku. Aku mengikutinya aku tak sadar bahwa sudah sampai di depan kelas baruku ini. Ramai, itu kesan pertama yang kulihat setelah tiba di kelas.

" Ayo semuanya coba perhatikan. Sekarang ibu membawa teman baru untuk kalian. Silahkan Azalea perkenalan dulu", ujar bu Ririn.

" Mmm perkenalkan nama saya Azalea zamora. Bisa dipanggil Alea.. salam kenal semuanyaa", ucapku disertai senyum tipis di bibirku.

" Baik alea silahkan duduk dibangku sana", ujar bu ririn sembari menunjuk bangku kedua dari belakang yang disana sudah terdapat seorang gadis.

Aku pun berjalan menuju bangku yang bu Ririn tunjuk tadi dan mendudukkan diriku di bangku dekat jendela. Kemudian seorang gadis yang telah duduk disana memperkenalkan dirinya.

" Hai.. aku mira. Salam kenal yaa", ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Aku hanya tersenyum sambil membalas jabatan tangannya.

" Ternyata orang-orang disini baik-baik sekali ya", gumamku.

Sudah 3 minggu sejak aku menjadi murid baru disekolah ini. Semuanya berjalan baik baik saja, Aku sudah terbiasa dengan sekolah ini bahkan aku dan teman sebangkuku mira sudah berteman dekat. Awalnya aku pikir kehidupan sekolahku akan damai seperti halnya kehidupan sekolah pada umumnya. Namun ternyata dugaanku salah.

***

Jam menunjukkan pukul 4 sore hari. Bel pulang sekolah berdering menandakan sudah waktunya pulang. Aku mempercepat gerakan tanganku untuk mencatat catatan di papan tulis putih itu. Teman teman sekelasku sudah mulai berhamburan keluar kelas namun, aku tetap berkutat dengan buku tulis ini. Aku merutuki diriku yang tertidur saat jam pelajaran berlangsung, sehingga tak sempat mencatat catatan biologi ini.

" Udah ga le, dah mulai sepi nih", ucap Mira.

" Masih banyak nih, lo duluan aja", balasku.

" Beneran nih, lo gua tinggal sendiri", ucap Mira lagi.

" Iya gak papa kok", ucapku meyakinkan.

" Yaudah deh gua duluan ya, bye", kata Mira sambil melambaikan tangannya padaku.

Sudah setengah jam aku menulis catatan ini, dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 04.30. Aku menyelesaikan catatanku dengan segera. Setelah menyelesaikan catatan itu, aku buru buru merapikan bukuku dan memasukkannya ke tas kemudian kulangkahkan kakiku keluar kelas karena hari sudah mulai petang.

***

"Siapa kamu hah siapa, jangan dekat dekat saya", ucapku ketakutan.

Orang itu terus saja mendekatiku dengan senyuman yang tak bisa diartikan. Orang itu terus mendekatiku. Aku mundur selangkah demi selangkah sampai akhirnya aku terpojok oleh dinding. Aku merasa ketakutan orang itu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya sebuah benda dengan 3 sisi runcing.

" Hah ga ga garpu, mau kau apakan itu haa, tolonggphhh", Orang itu membekap mulutku.

Aku berusaha melakukan perlawanan, aku mencoba menendang kesegala arah namun hasilnya nihil kekuatan orang itu sangat besar. Orang itu mengarahkan garpu itu keleherku menekannya perlahan lahan.

" Aaaa tolongggg siapapun ituu tolong", aku berteriak berusaha meminta tolong.

Orang itu terus menekan garpu itu. Sakit yang teramat sakit aku rasakan. Sampai akhirnya orang itu menusuknya semakin dalam. Aku pun tak sadarkan diri. Belum puas menikmatinya, orang itu menyeretku ke gudang tempat penyimpanan bangku tak terpakai. Lalu menusuk-nusukku brutal dengan menggunakan garpu tersebut. Orang itu menikmatinya, menikmati segala siksaan yang diberikannya padaku. Setelah puas menyiksa ia pun mengikat rambutku menjadi 2 bagian dan memasangkanku kacamata selayaknya penampilan orang cupu.

" Sekarang udah cantik hahaha cupu", ucap orang itu tertawa.

Setelah itu ia menutupidiriku dengan kain dan membiarkanku sendiri.

***

Aku berjalan di parkiran sekolahku yang sepi, sembari memijat tanganku yang pegal karena menulis catatan biologiku. Baru saja hendak keluar dari gerbang sekolah baru kusadari bahwa handphone ku tertinggal di kolong bangkuku. Dengan cepat aku kembali kekelas.

" Untung aja belum sampai pulang", Kataku lega.

Saat aku keluar kelas tak sengaja badanku tertabrak dengan orang lain yang ternyata adalah Mira teman sebangkuku. Ia terlihat ketakutan dan banyak keringat di badannya. Aku bertanya padanya mengapa dia masih ada di sekolah bukannya pulang. Ia hanya mengatakan bahwa ada yang tertinggal dan langsung masuk ke kelas. Aneh pikirku, jika hanya ada barangnya yang tertinggal mengapa sampai ketakutan seperti itu. Namun, pikiranku buyar ketika mama menelfonku untuk segera pulang. Aku pun segera pulang setelah menerima telfon dari mama dan meninggalkan mira sendiri di kelas.

Keesokan harinya saat aku masuk kedalam kelas, terlihat kelas yang sepi. Aku tanyakan pada teman sekelasku mengapa kelas sepi dan kemana perginya anak anak yang lainkemudian ia mengatakan bahwa, petugas kebersihan sekolah menemukan seorang mayat di gudang sekolah. Aku terkejut mendengar perkataan temanku itu, aku segera bergegas ke gudang sekolah. Sesampainya disana, tempat itu sudah dipenuhi oleh para murid yang juga ingin tahu tentang kejadian ini. Ku lihat mayat yang tergeletak di lantai gudang dengan kondisi yang mengenaskan. Banyak terdapat tusukan tusukan dari benda runcing entah apa itu.Terlihat juga kulit tangannya yang terkelupas dan keadaan wajahnya yang banyak terdapat memar. Tak sengaja kudengar obrolan orang disebelahku. Hal yang kudengar ialah nama seseorang, sepertinya itu nama orang yang terbunuh itu. Audi kata mereka, Nama yang tidak asing bagiku. Teringat kembali olehku perbincanganku dengan mira waktu itu

" Mir lo tau gak, tadi gua liat ada cewek yang nyiksa adek kelas tuh", kataku.

" Ohh itu mah biasa, palingan juga si kak Audi itu ma", jawab Mira santai.

" Lah kok biasa sih inimah gak bisa dibiarin Mir ini tuh bully Mir bully", kataku lagi.

"Terus kita bisa apa sih Lea, nih dengerin gua ya kalo lo liat si kak Audi ngebully orang mending biarin aja deh gk usah ikut ikut", jawab Mira

" Loh kok malah dibiarin sih Mirrr", kataku sedikit kesal.

" Lo mau nyari mati Le, udah degerin gua aja gak usah batu", jawab Mira lagi sembari meninggalkanku.

Lamunanku buyar ketika seseorang tak sengaja menyenggolku. Aku pun memutuskan kembali ke kelas untuk bertanya tanya kepada Mira. Saat berjalan kembali ke kelas samar samar ku lihat bu Ririn berada di kejauhan.

Sesampainya dikelas. Aku menghampiri bangkuku yang disana tentu saja terdapat Mira.

" Eh Mir orang yang ditemuin sama petugas kebersihan sekolah kak Audi ya?", tanyaku.

Mira hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Kak Audi yang waktu itu gua ceritain pernah ngebully orang kan", tanyaku lagi.

Mira hanya menjawab nya dengan anggukan lagi.

"Lo kenapa sih Mir? Aneh banget tau, lo sakit?", tanyaku khawatir.

"Gua gak papa kok", Mira pun bersuara juga.

***

Sudah 2 minggu sejak kematian kak Audi, Kedaan sekolah sudah mulai membaik. Selama seminggu setelah kejadian itu sekolahku mulai didatangi para polisi untuk melakukan investigasi. Para murid juga diminta kesaksiannya. Namun sebelum itu pihak sekolah sudah menyuruh para murid untuk bungkam bila ditanyai untuk kesaksian. Dan selama 2 minggu akhir akhir ini sikap Mira aneh. Mira yang biasanya cerewet tiba tiba saja menjadi pendiam. Bahkan dia tampak ketakutan ketika polisi datang untuk meminta kesaksian dari murid di kelasku. Sempat terpikir olehku bahwa Mira adalah pembunuhnya. Bagaimana tidak aku berpikiran seperti itu pada sore hari sebelum kejadian itu Mira yang awalnya akan pulang ternyata belum pulang dan muncul dihadapanku dengan wajah ketakutannya. Kemudian keesokannya terjadilah kejadian kak Audi dan setelah itu sikap Mira berubah. Tapi aku tetap sajapercaya pada Mira, aku yakin Mira tidak sekeji itu.

***

"Tolongggg", teriakku berusaha berharap ada orang yang bisa menolongku.

Aku tergeletak di lantai gudang dengan kondisi yang sudah tak bisa dijelaskan lagi. Ini semua kelakuan seseorang berpakaian serba Hitam itu yang secara tiba tiba menikamku dan menyeretku masuk kedalam gudang. Ia mendorong ku masuk kegudang. Kemudian ia menjambak rambutku dan membenturkan kepalaku ke tembok berkali kali. Pusing, sakit semuanya bercampur. Tak puas dengan membenturkan kepalaku ke tembok. Ia mengeluarkan garpu dari sakunya dan menusukku di leher. Tusukan yang menyakitkan karena ia menekannya perlahan lahan yang membuat sakitnya teramat sakit. Kemudian ia kembali membenturkan kepalaku. Kali ini ke lantai. Kemudian ia mendekatiku menyentuh bibirku lalu ia menyobeknya dengan seyumannya. Sakit sangat sakit sekali rasanya. Kemudian ia menusukku lagi di bagian dadaku. Ia menggenggam tanganku kemudian ia mengeluarka pisau lalu, ia kelupas kulit tanganku. Setelah itu ia meninggalkanku sendiri dengan segala rasa sakit, perih, pening. Darahku bercucuran dilantai. Aku berusaha meminta tolong dengan kondisiku mulutku yang robek. Namun, hasilnya nihil tak ada yang mendengar. Sampai akhirnya aku tak bisa menahan sakitnya lagi dan semuanya pun gelap.

***

Jam tanganku menunjukkan pukul 17.00. Namun, jemputanku belum kunjung datang. Sekolah sudah mulai sepi, kemudian aku melihat seseorang berpakaian serba hitam keluar dari sekolah. Mata kita saling beradu. Sosok mata yang sungguh tak asing bagiku. Setelah melihatku ia kemudian segera berlari. Aku tak menghiraukan dia dan kembali menunggu jemputan. Tak lama kemudian jemputanku datang. Kulangkahkan kakiku memasuki mobil, saat berada di mobil aku melihat Mira keluar dari gerbang sekolah dengan wajahnya yang pucat. Firasatku buruk akan hal ini. Akankah besok ada mayat yang ditemukan lagi. Semua pikiranku tertuju pada Mira, mayat.

***

Keesokan paginya, ternyata ditemukan kembali mayat di gudang. Dengan kondisi yang sama Dengan kak Audi. Karena terus curiga kepada Mira, aku menghampirinya dan bertanya padanya.

"Mir, kamukah itu?", tanyaku.

" Apanya yang kamu maksud ?", jawab Mira.

"Pembunuhnya", jawabku berterus terang.

"Bagaimana bisa aku pembunuhnya Lea", jawab Mira

"Yah, sore itu mengapa kau masih ada di sekolah hah? Bukankah kamu bilang akan pulang", Tanyaku lagi.

"Bukankah sudah kukatakan waktu itu bahwa barangku ada yang tertinggal", jawab Mira

"Lalu mengapa kamu ketakutan? Jika kamu bukan pembunuhnya mengapa kamu ketakutan dan bersikap aneh akhir akhir ini", tanyaku dengan nada yang mulai meninggi.

"Ummm....", Mira terlihat ragu.

"Jawab aku Mir", tanyaku lagi.

"hmm.... sebenarnya..."

Mira akhirnya menceritakan semuanya bahwa waktu itu dia melihat pembunuhnya. Pembunuh itu menggunakan pakaian serba hitam. Persis seperti orang yang kulihat kemarin.

"Mengapa tak kau ceritakan waktu itu Mir?", tanyaku.

"Aku takut Alea", jawabnya.

"Ya aku mengerti, kalau begitu aku punya rencana", ucapku seraya tersenyum.

"Rencana?", tanya Mira kebingungan.

"Mari tangkap pembunuhnya", ucapku yakin.

Aku dan Mira mulai menyusun rencana. Ku ajak salah satu adik kelas untuk bekerja sama denganku. Ia akan kujadikan korban bullying Mira. Jadi Mira akan membully adik kelas itu maka sang pembunuh akan terpancing. Karena selama ini korbannya adalah para pembully.

Sore harinya, kami bersiap di posisi masing-masing dan menjalankan rencana. Mira mulai membully adik kelas itu hingga adik kelas itu berlari meninggalkan Mira. Aku mulai waspada, sampai saat pembunuh itu datang. Dia bertopi dan tidak bisa kulihat jelas wajahnya. Ia mulai menghampiri Mira. Aku di tempat persembunyianku dan bersiap-siap untuk menangkap pembunuh itu yang mulai menghampiri Mira. Saat ia memegang bahu Mira, aku berlari menghampiri pembunuh itu. Ku pegang tangnya dan segera aku menarik topinya.

Srrkkk.......

Aku terkejut, sangat terkejut. Mira juga terlihat menganga di depanku. Ibu Ririn??

Bu Ririn tersenyum padaku. Ia mengaluarkan garpu dari sakunya dan berlari kearahku ia ingin menusukku. Namun, aku berhasil menahannya. Aku ambil garpu Itu dan kubuang ke sembarang arah. Bu Ririn terlihat ketakutan ia pun berlari menaiki tangga. Aku dan Mira mengejarnya. Hingga sampai pada lantai teratas gedung.

" Berhenti disana", uacpku.

Langkah bu Ririn pun terhenti.

" Jadi selama ini ibu pembunuh itu. Mengapa ibu melakukannya?, tanyaku

" Karena mereka pembully yang tak tau diri! Senaknya membully orang karena dirinya berkuasa", jawab bu Ririn disertai amarahnya.

" Saya tahu itu bu. Tapi bukan berarti Ibu berhak membunuh mereka kan", ucapku.

" Tahu katamu, kalau kau tahu mengapa tak kau hentikan hah! Kau tahu bagaimana sakitnya menjadi korban bully hah, dicaci maki, di olok olok. Pernahkah kau merasakannya HAH!", ujar bu Ririn pada ku.

" Saya memang tak pernah mengalaminya tapi saya mengerti apa yang mereka rasakan", jawabku.

" Mengerti katamu, lalu mengapa tak kau julurkan tanganmu pada para korban bully. Mengapa kau biarkan kami merasakan semua rasa sakit itu. Mengapa?", ucapnya terlihat frustasi.

Setelah mendengar perkataan bu Ririn itu, Aku berspekulasi bahwa Bu Ririn adalah korban bully. Aku mendekati Bu Ririn secara perlahan. Ia menyadari pergerakanku, ia terlihat ketakutan. Dia pun mundur selangkah demi selangkah sampai ia terhenti di tepi gedung.

" Tenanglah bu, saya tahu apa yang ibu rasakan. Tenang bu", ucapku menenangkan.

" Bohong, kamu PEMBOHONG", ucapnya seraya berteriak.

Ia naik kepijakan tepi gedung. Kemudian ia berkata

" Kalian tak tahu apa yang kami rasakan, kalian tak tahu", ujarnya.

Setelah mengucapkan kalimat itu. Bu Ririn melompat dari atas gedung itu.

****

Waw kereeen karya buket, alias ibu ketua kelas xixixi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top