/8/

           BUGH!

            Ini sudah ke sekian kalinya Ghana terjatuh setelah Zafran menendangnya. Pakaian yang Ghana kenakan bahkan sudah kotor oleh bercak darah dan jejak sepatu milik Zafran. Wajah cowok itu tampak mengenaskan dengan memar dan luka di mana-mana. Dengan tubuh yang bergetar, Ghana terbatuk-batuk. Ujung bibirnya sobek dan hidungnya mengeluarkan darah. Ghana sudah tidak kuat. Tubuhnya terlalu lemas untuk melawan. Selain karena kondisi mentalnya yang sedang menurun, ia juga tidak bisa tidur dan makan dengan baik selama tiga hari ini. Satu-satunya alasan kenapa Ghana menerima tawaran Zafran adalah karena emosinya yang sedang meluap-luap pada waktu itu. Dan karena emosinya yang tidak stabil itulah ia jadi berakhir seperti ini.

            "Bangun lo! Katanya mau lawan gue? Sini!" teriak Zafran dengan napas yang terengah-engah. Beberapa bagian dari tubuhnya juga terlihat lecet dan terluka. Peluh menetes dari dahi cowok itu dan sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Baru saja Ghana ingin bangun dari posisi telungkupnya tadi, Zafran sudah terlebih dahulu menendang dagu cowok itu sehingga Ghana kembali terjatuh. Zafran kemudian bersimpuh di hadapan Ghana dan menyekik rahang cowok itu. "Itu buat lo, yang berusaha buat ngancurin gue," ujarnya, kemudian melepaskan cengkramannya dari rahang Ghana dengan kasar.

            "Le-lepasin Rando," ujar Ghana dengan sisa tenaga yang ia punya. Rando yang diikat di ujung ruangan itu bersusah payah melepaskan ikatannya. Kepalanya berdarah akibat dipukul oleh anak buah Zafran tadi, sementara mulutnya ditutup oleh kain berwarna putih.

            Zafran tertawa, lalu setelah tawanya berhenti, ia berkata, "Save him by yourself, Superman."

            Mata Ghana memerah. Dengan segenap kekuatannya, ia mencoba untuk berdiri. Kali ini Zafran tidak menganggunya. Cowok itu hanya memperhatikan Ghana dengan senyum miring di wajahnya. Pelan-pelan, Ghana menegakkan tubuhnya dan melihat ke sekelilingnya. Teman-temannya. Keluarganya. Semuanya terkapar tak berdaya. Harusnya Ghana tidak mengikutsertakan mereka. Harusnya Ghana sendiri yang menanggung akibatnya. Tapi karena kepengecutannya, mereka semua menjadi korban. Ini semua salahnya. Salahnya yang tidak cukup berani untuk menghadapi kenyataan.

            Ghana kini sudah berdiri tegak. Ia tidak ingin bersembunyi lagi dibalik ketakutannya. Dan dengan seluruh keberaniannya, ia melangkah maju. Namun ketika ia baru saja melangkah, suara seseorang yang sangat familiar terdengar dan membuat langkahnya langsung terhenti.

            "GHANA, AWAS!!!"

            Ketika Ghana baru saja menoleh ke sumber suara, dirinya langsung ditabrak oleh seseorang. Dan bertepatan dengan saat itu, suara tembakan terdengar, bersamaan dengan dirinya yang terjatuh ke lantai.

            Semuanya gelap, dan hanya suara napasnya yang terdengar.

            Pelan-pelan, Ghana membuka matanya, dan melihat seseorang terbaring di pelukannya. Ghana menjauhkan tubuhnya sedikit, kemudian tersentak ketika melihat siapa yang memeluknya itu.

            Gina. Gina yang kini sedang merintih kesakitan.

            "Gin, Gina," panggil Ghana, namun Gina tidak menjawabnya. Gadis itu hanya menatapnya nyalang dengan napas yang putus-putus. "Gina, jawab saya."

            Lagi-lagi, Gina tidak menjawab apa-apa, namun air matanya mengalir turun. Dengan susah payah, gadis itu membuka mulutnya, lalu bertanya, "Ka-kamu kemana aja?"

"Saya di sini, Gina, saya di sini," jawab Ghana dengan air mata yang mengalir turun.

             "Sa-saya cariin kamu ke-kemana-mana, Gh-Ghana," ucap Gina patah-patah. Peluru yang menembus dagingnya itu membuat seluruh tubuhnya kesakitan. Dirinya tidak bisa bergerak lagi dan darah terus merembes keluar dari tubuhnya.

            "Sekarang saya di sini Gina, saya di sini. Kamu jangan takut lagi, ya," balas Ghana sambil memeluk Gina erat. Air mata cowok itu turun semakin deras.

            "Sa-saya rindu," ucap Gina dengan air mata yang sudah mengalir turun.

            "Saya juga, Gina," isak Ghana yang kini membenamkan wajahnya pada pundak Gina. "Saya juga."

            "Saya ... sayang sama kamu." Dan setelah Gina mengucapkan hal itu, tangannya yang sedari tadi berada di pundak Ghana kini perlahan-lahan terjatuh ke lantai. Ghana yang merasakan hal itu sontak tertegun, kemudian menjauhkan Gina dari tubuhnya dan ia melihat kedua mata Gina yang terpejam. Rapat.

             "Gina tolong buka mata kamu, Gina," ujar Ghana sembari mengguncang-guncangkan tubuh Gina perlahan.  "Saya nggak bisa kehilangan kamu. Tolong, jangan pergi. Saya masih butuh kamu di sini," isak Ghana, kemudian memeluk Gina erat.

            Bertepatan dengan saat itu, suara sirene polisi terdengar. Fanya yang sedari tadi bersimpuh di samping Gina mulai menangis, sementara Naufal yang berdiri di samping Fanya pelan-pelan meneteskan air matanya.

            "Gin, bangun, Gin. Tolong bangun, saya butuh kamu. Bangun, Gina, bangun!" Tangisan Ghana pecah. Cowok itu tidak dapat menahannya lagi.

Kini, genap sudah semua penderitaannya. Semua siksaannya. Semua lukanya. Dan dengan semua luka itu, Ghana memeluk Gina erat. Ghana sudah tidak peduli lagi dengan wajahnya yang memar-memar ataupun dengan tubuhnya yang berdarah. Ghana juga sudah tidak peduli lagi seberapa hancur hatinya. Dan meskipun ia tahu kalau dengan memeluk Gina ia akan semakin terbunuh, cowok itu tetap memeluk Gina dengan seluruh raganya. Seluruh hatinya. Seluruh jiwanya.

Dan dengan tubuh yang berantakan itu, mereka berdua pelan-pelan meluruh menjadi satu dalam keputusasaan.

***

            Di selama perjalanan menuju ke rumah sakit, Ghana yang berada di ambulans yang berbeda dengan Gina terus berharap gadis itu akan segera membuka matanya dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Ghana tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi apa-apa dengan gadis itu. Sementara Naufal dan Fanya yang masing-masing berada di kedua ambulans tersebut juga terus menerus menghantarkan doa kepada Yang Mahakuasa agar tidak ada sesuatu yang buruk menimpa Gina dan Ghana yang kini sedang terbaring di bangkar dengan selang oksigen yang terpasang di hidung mereka.

            Segera setelah mereka sampai di rumah sakit, para petugas ambulans langsung turun dan mengeluarkan bangkar Gina dan Ghana dari dalam mobil dengan dibantu oleh dokter dan para perawat. Naufal dan Fanya tentu ikut mendorong bangkar Gina sampai ke ruang operasi, sementara bangkar Ghana dibawa ke unit gawat darurat. Ketika Ghana melihat bangkar Gina dibawa menjauh darinya secara samar-samar, pelan-pelan air matanya mengalir turun, kemudian kedua matanya terpejam rapat.

            Sementara itu, Naufal dan Fanya yang kini tengah menunggu di depan ruang operasi terus berdoa agar operasi Gina bisa berjalan dengan lancar. Tadi, ketika mereka tengah bersembunyi di balik tumpukan kotak kayu, Naufal diam-diam menelepon polisi untuk melaporkan kejadian yang tengah berlangsung di hadapannya itu. Para polisi itu kini membawa Zafran dan teman-temannya ke kantor polisi untuk diinterogasi. Untungnya, teman-teman Ghana tidak mengalami luka yang cukup berat sehingga ketika bantuan medis tiba, mereka langsung diobati dan ikut dibawa ke kantor polisi. Hanya Ghana dan Gina yang dibawa oleh ambulans karena luka mereka yang cukup serius.

            Setelah beberapa lama menunggu, kedua orangtua Gina akhirnya tiba. Mereka tentu merasa sangat sedih dan khawatir ketika mengetahui keadaan anak sulung mereka. Fanya bahkan langsung memeluk Risa dan menangis di pelukan ibunya itu. Dan meskipun Risa bukan ibu kandung Gina, Risa juga sebenarnya sangat menyayangi Gina, hanya saja terkadang ia tidak tahu cara mengungkapkannya.

***

            Kosong. Sunyi.

            Dua hal itulah yang Ghana jumpai ketika ia membuka matanya. Semua lukanya sudah diobati, meskipun rasa nyerinya masih membekas. Dengan hati-hati, Ghana duduk di atas bangkarnya, kemudian mengenakan sendalnya. Pelan-pelan, cowok itu berjalan keluar dari bangsalnya, kemudian menemui salah seorang perawat yang berada di sana.

            "Gadis yang dibawa sama saya ... sekarang ada di mana ya?" tanya Ghana.

            "Oh dia baru saja selesai dioperasi, Kak," jawab perawat itu.

            "Trus dia sekarang di mana?"

"Sudah masuk ruang pemulihan, Kak. Mungkin sebentar lagi akan dipindahkan ke kamarnya."

"Suster bisa anter saya ke sana?" pinta Ghana.

            "Emm ... tapi Kakak—"

            "Tolong, Sus. Saya harus liat keadaan dia. Sebentar saja," pinta Ghana. "Ya?"

***

         Koridor rumah sakit malam ini tampak lengang. Bau antiseptik tercium di mana-mana dan udaranya yang cukup dingin menusuk kulit Ghana yang tengah berjalan di koridor. Cowok itu masih mengenakan pakaian lusuhnya yang kini dilapisi oleh jaket berwarna hijau. Pelan-pelan, Ghana menghampiri salah satu kamar pasien yang berada di koridor tersebut, kemudian membaca nama pasien yang tertera di samping pintu.

            Regina Atmidjojo.

            Ketika nama itu terngiang di telinganya, dada Ghana langsung terasa sesak. Kenapa Gina harus sampai sejauh ini? Kenapa gadis itu harus menyelamatkannya? Padahal, Ghana pantas mati. Ia pantas menerima itu. Tapi kenapa? Kenapa Gina harus berkorban demi dirinya yang sudah tidak layak untuk hidup ini?

            "Gina ... kenapa harus kamu?" gumamnya sambil menyentuh kaca berbentuk persegi panjang yang terdapat di pintu kamar. Lewat kaca itu, Ghana bisa melihat Gina yang tengah terbaring di atas bangkar dengan segala selang yang menancap di tubuhnya. Lewat kaca itu, Ghana bisa melihat semua pengorbanan Gina untuknya. Dan lewat kaca itu ... Ghana akhirnya sadar bahwa ia tidak pantas untuk mendapatkan gadis itu. "Maafin saya, Gin. Maafin saya," ucapnya sembari menunduk dan menyesali semua perbuatannya. Dan di dalam keheningan itu, Ghana meratapi takdir yang memisahkannya dengan Gina untuk selamanya, tanpa tahu bahwa ada seseorang yang melihatnya dari jauh.

            Dan orang itu adalah ... Risa.

Risa, ibu tiri Gina.

***

AKHIRNYA UPDATE! Setelah seminggu menghilang dari dunia oranye ini, akhirnya aku balik lagi huehehe. Oya, pertama-tama aku mau minta maaf karena lama updatenya, padahal aku bilangnya mau update tiap hari. Soalnya aku sempet liburan ke Garut 3 hari dan nggak bisa ngetik karena jalan-jalan mulu di situ, dan kemaren kan juga ada natalan, jadi ya aku sibuk deh hehe. Oiya, SELAMAT HARI NATAL BAGI KALIAN SEMUA YANG MERAYAKAN!❤️
Btw laptop aku tuh bukan milik aku sendiri, tapi barengan sama papa aku, jadi ya kalo papa aku lagi ada kerjaan aku gabisa ngetik🙃 pengennya sih bisa ngetik di hape tapi ya karena hapeku minimalis jadi ya agak susah ehe :")

Oke deh sekian dulu. Jangan lupa vote dan komen yang banyak biar aku semangat updatenya ya! Love u gaissss😘❤️

26 Desember 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top