/2/

            Ini sudah 19 jam sejak Ghana menghilang.

            Gina sudah menghubungi cowok itu berulang kali, tetapi usahanya sia-sia. Gina juga sudah mengirim pesan kepada cowok itu lewat berbagai sosial media, tetapi hasilnya sama saja. Tidak ada kabar yang ia terima dari Ghana. Semua panggilan dan pesannya itu diabaikan. Sebenarnya, cowok itu kemana? Gina bahkan hampir tidak bisa tidur semalam. Berbagai pertanyaan terlintas di benaknya. Apakah Ghana baik-baik saja? Di mana dia sekarang? Apa yang sedang dilakukannya sehingga tidak dapat memberi kabar kepada Gina walau sebentar saja? Gina bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih atas pertolongan yang diberikan cowok itu pada saat ia terjebak tawuran kemarin.

            Sejujurnya, Gina rindu. Ia rindu dan ia bingung, bagaimana caranya untuk menemukan cowok itu. Mungkin saja cowok itu sedang sibuk, tapi apakah dia tidak tahu kalau gadisnya di sini sedang khawatir mengenai keadaannya? Masalahnya, Gina itu tidak bisa bertemu dengan Ghana setiap hari, dan kini satu-satunya akses komunikasi mereka diabaikan oleh Ghana.

            Apa jangan-jangan... Ghana tidak menganggapnya sebagai prioritas lagi?

            Gina sangat takut akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Gina takut kalau cowok itu diam-diam pergi meninggalkannya. Gina takut kalau penilaiannya terhadap Ghana selama ini salah. Gina takut ... kalau perkataan Leah selama ini benar adanya.

            "Udah sana lapor polisi aja kalo masih ngilang anaknya. Capek gue denger lo ngomong gitu mulu," keluh Leah yang duduk di hadapan Gina. Mereka berdua kini sedang berada di kantin untuk menikmati jajanan mereka dan Gina terus menerus mengeluh tentang Ghana yang tak kunjung memberinya kabar.

            "Ihhh Lele mah gitu. Gue tuh lagi sedih, Le. Hibur, kek," balas Gina dengan bibir yang cemberut.

            "Ya gimana cara gue hiburnyaaaa? Masa gue harus minta orang buat pura-pura jadi Ghana trus suruh dia bales chat lo biar lo seneng lagi?" ucap Leah dan membuat bibir Gina sedikit tertarik ke atas. "Ya lagian, udah gue bilang juga, gue punya firasat nggak enak tentang Ghana. Gimana kalo ternyata dia udah punya cewek di sekolahnya dan dia cuma main-main sama lo? Beneran ditinggalin lo."

            "Eh apaan sih kok ngomongnya gitu? Jangan ngomong yang enggak-enggak, napa." Gina kembali memanyunkan bibirnya.

            "Ya lo, pacaran sama tukang tawuran. Belom kenal deket udah asal terima aja," lanjut Leah lagi. "Gue ngomong gini bukannya karena gue suka sama Ghana atau iri sama lo, ya. Gue cuma nggak mau lo kenapa-napa, Gin. Gue nggak mau sahabat gue sampe sakit hati karena cowok nggak bener."

            Gina tersenyum. "Iyaaa Mamah Leahhh. Gue ngerti, kok, maksud lo. Tapi Ghana tuh nggak kayak yang lo pikirin. Gue percaya, kok, sama dia. Dia tuh luarnya aja garang, dalemnya enggak."

            "Tapi lo harus tetep hati-hati, ya. Karena kadang orang yang paling kita percaya itu bisa jadi orang yang paling mengecewakan kita."

            Gina mengangguk. "Iya, gue tau," ucapnya, kemudian menyeruput es teh tarik miliknya. Di saat itu juga, seseorang tiba-tiba saja menepuk pundaknya dari belakang dan membuat Gina hampir tersedak. "Eh gila lo ya?!"

            "Minum teh tarik aja serius banget, Mbak," kekeh Naufal. "Napa lo? Muka lo kok nggak kayak biasanya?"

            "Yeu, emang muka gue biasanya kayak gimana?" balas Gina sambil mendongak karena lawan bicaranya masih berdiri.

            "Yah ...," Naufal memutar-mutar jari telunjuknya di depan wajah Gina. "Nggak sejelek ini."

            Wajah Gina langsung menjadi cerah seketika. "Jadi biasanya gue cakep?"

            "Ya enggak, jelek juga, tapi sekarang lebih lagi."

            Gina menekuk bibir bawahnya, lalu mencubit lengan Naufal yang membuat cowok itu mengaduh kesakitan. "Udah sana pergi-pergi!"

            "Ya siapa juga yang mau di sini? Ini juga udah mau pergi," ledek Naufal. "Nanti pulang sekolah jangan lupa!" ujar cowok itu dengan suara yang dibesarkan karena ia sudah berjalan menjauhi meja Gina.

            "Iya, reseee," balas Gina dengan suara yang sedikit dibesarkan juga, lalu menghadap ke arah Leah lagi.

            "Emang lo berdua mau ngapain abis pulang sekolah?" tanya Leah yang sedari tadi mendengar percakapan antara Naufal dengan Gina.

            "Ya biasa, belajar buat cerdas cermat bareng Gea."

            "Di rumah lo?"

            Gina mengangguk. "Eh temenin gue ke toilet, yuk. Kayaknya gue kebanyakan minum teh tarik."

***

            Sementara itu, di sekolah lain, Refo dan teman-temannya baru saja sampai di kantin. Hari ini Ghana tidak masuk sekolah, dan yah, hal itu sudah biasa, jadi tidak ada yang mempersoalkannya. Paling cowok itu telat bangun atau malas sekolah. Jadi teman-temannya juga tidak ada yang menanyakan cowok itu lagi, kecuali Refo—teman terdekat Ghana. Namun sepertinya bukan hanya Ghana yang tidak kelihatan hari ini, tetapi gadis yang sudah beberapa hari ini mencuri perhatiannya juga. Refo tidak melihat Fanya di kantin hari ini, padahal biasanya gadis itu selalu berkumpul bersama kedua temannya. Karena penasaran, Refo pun akhirnya memutuskan untuk mencari gadis itu di kelasnya. Ya tidak bisa dibilang mencari juga, sih, karena rencananya Refo hanya akan lewat di depan kelas Fanya untuk mengetahui apakah hari ini gadis itu masuk atau tidak.

            Tapi sepertinya, sebelum sampai di kelas Fanya, harapannya itu sudah terkabul, karena ketika ia baru saja ingin melewati toilet kelas 10, orang yang dicarinya itu juga baru keluar dari dalam toilet dan membuat langkah kakinya terhenti.

            "K-Kak," panggil Fanya yang juga ternyata menyadari kehadiran Refo. Gadis itu lalu cepat-cepat berjalan melewati Refo sambil sedikit menunduk, tetapi sepertinya Refo sudah terlebih dahulu menyadari sesuatu.

            "Fanya," panggil Refo dan membuat Fanya berhenti berjalan. "Lo ... abis dikeroyok satu kampung?" Pertanyaan Refo itu membuat Fanya membalikkan badannya lagi. "Mata lo kenapa bengkak gitu? Lo abis nangis?"

***

            Ini sudah lembaran tisu yang ke sekian sejak Fanya pertama kali meneteskan air matanya di hadapan Refo. Refo yang tidak tahu harus berbuat apa lantas hanya menyodorkan satu bungkus tisu yang dibelinya dari kantin, sambil mendengarkan curhatan Fanya di bangku taman belakang sekolah.

            "Saya harusnya nggak berharap banyak, ya?" ujar Fanya sambil tersenyum getir. "Harusnya saya turutin nasehat Kakak waktu itu."

            Refo memundurkan sedikit badannya dan meluruskan kedua lengannya yang dijadikan sebagai penumpu. "Ya sebenernya bukan salah lo juga, sih," ucap Refo sambil melihat ke arah lain. "Perasaan orang kan nggak bisa diatur seenaknya gitu."

            "Ya tapi saya salah karena udah lanjutin," balas Fanya lagi sambil menunduk. Tisu yang diberi Refo masih dipegangnya.

            "Hei," panggil Refo, tetapi Fanya tidak ingin menoleh. "Enggak, ini bukan hei Tayo, gue beneran mau ngomong serius," ujar Refo sambil tersenyum. Fanya akhirnya menoleh. "Jangan salahin diri lo sendiri atas apa yang lo rasain. Semua orang berhak untuk jatuh cinta, kok. Nggak ada yang salah dengan hal itu. Lo juga nggak bisa salahin Gina karena jadian sama Ghana, toh mereka juga punya perasaan masing-masing. Dia juga nggak tau, kan, kalo lo suka sama Ghana?"

            Fanya menggeleng.

            "Ya yaudah. Yang harus lo lakuin cuma berjalan ke depan sekarang. Ya gue juga tau pasti nggak gampang buat lo, tapi lo harus berusaha," lanjut Refo. "Eh maaf ya kalo saran gue nggak ada yang guna. Gue cuma bisa bantu segitu."

            Fanya menggeleng, lalu tersenyum. "Ini jauh dari yang saya butuhin, Kak. Makasih, ya. Udah lebih lega sekarang."

            Refo tersenyum. "Yaudah kalo ada apa-apa cerita ke gue aja. ID LINE lo apa? Sini gue masukin."

            Setelah Fanya memberitahu Refo ID LINE-nya, Fanya berdiri dan berkata, "Kak, saya ke kelas dulu, ya? Belom makan soalnya dari tadi."

            "Yaudah ayo gue anterin." Dan setelah itu, Refo ikut berdiri dan berjalan menemani Fanya sampai ke kelas gadis itu.

***

Akhirnya Naufal muncul lagi!!!! Siapa yang nungguin Naufal hayooo? Eh btw di sini juga muncul satu tim baru ya? #TimRefanya!!!

Anyway, jangan lupa vote dan komen ya! Thankyouu❤️

love, lis.

11 Desember 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top