✧˖ Фейерверк ˖✧

Matahari kembali menyembunyikan dirinya saat jam menunjukan pukul enam. Jalanan di sekitar Chapel sudah ramai akan manusia. Semua orang berkumpul. Terlihat sangat antusias untuk menyambut tahun baru. Entah bersama Keluarga, teman, kolega, ataupun kekasih. Ada juga beberapa pasangan tua yang saling bergandengan tangan dan bercengkrama ria. Semua orang terlihat bahagia, dengan senyum lebar di wajah mereka masing-masing.

Semua orang tersenyum kecuali dirinya. Fyodor berdiri di tengah-tengah lautan manusia yang tersenyum lebar dengan wajah datarnya. Dia tidak tanggung-tanggung untuk menunjukan ketidaksukaannya. Suasana hatinya sangat aneh hari ini. Mungkin karena dia sebenarnya tidak ingin pergi keluar kabin. Atau mungkin karena kedatangan tamu tidak di undang yaitu kamu pagi tadi.

“Fyodor!”

Kamu berlari melewati arus manusia. Fyodor mengangkat tangannya untuk menunjukan posisinya kepadamu. Posisinya dengan posisimu sekarang tidaklah jauh. Hanya berjarak delapan langkah. Hanya saja lautan Manusia yang memenuhi jalanan depan Chapel membuatmu kesulitan menuju tempat Fyodor. Beberapa kali kamu tergencet atau tersikut orang. Beruntung tidak banyak penjambret di Rusia.

Tahu-tahu kamu sudah sampai di depan Fyodor. Nafasmu terengah-engah. Berada di dalam lautan manusia menguras energimu. Fyodor di depanmu tidak menunjukan tanda-tanda simpatik. Dia malah menarik ujung bibirnya, memperlihatkan senyum menyebalkan ketika melihatmu terengah-engah.

“Aku lihat itu!” Serumu

“Baguslah, aku juga tidak ada niatan untuk menyembunyikannya.”

Kamu ingin mencakar wajahnya.

Baru saja bertemu dia sudah membuatmu jengkel dalam hitungan detik. Kadang kamu mempertanyakannya. Apa dia masih punya sisi Simpatik atau tidak. Diingat-ingat dia bahkan tidak pernah benar-benar menolongmu di saat kesulitan sebelum menertawakan nasibmu dulu. Mengingatnya sudah cukup membuatmu makin jengkel.

Kamu melirik arloji. Masih pukul setengah delapan malam. Kembang Api tidak akan dimulai dalam waktu dekat. Sebenarnya waktu kalian masih banyak. Kamu pun bingung kenapa orang-orang memadati jalanan secepat ini dan kenapa temanmu memilih untuk bertemu beberapa jam lebih cepat sebelum acara dimulai.

“Sudah makan?” Tanya Fyodor.

Kamu menggeleng, “Belum.”

“Ayo kita cari makan. Hati-hati berjalan.”

Dia tidak menggandeng tanganmu seperti biasa. Dan seperti biasa pula, dia melenggang pergi duluan. Kamu menyusulnya di belakang. Lagi-lagi harus tergencet dan tersikut oleh orang-orang di jalanan. Seketika Rusia yang dingin terasa panas karena kerumunan. Kamu tersandung beberapa kali, beruntung tidak jatuh terjerembab.

Fyodor menunggumu. Seperti biasa. Dia pasti menunggumu sampai berada di dekatnya kemudian berjalan lagi. Tapi entah sengaja atau tidak, entah karena dia kasihan atau apa, untuk pertama kalinya Fyodor menyodorkan tangannya kepadamu. Dia tidak mengatakan apa-apa. Kamu pun tidak bisa mengatakan balasan yang tepat. Jadi kalian sama-sama diam sambil bergandengan tangan di antara kerumunan manusia.

✧˖*°࿐

Malam itu semuanya terasa kabur. Kamu hanya bisa mengingat tangan besarnya yang dibalut sarung tangan menggenggam tanganmu selama kalian berjalan-jalan di sekitar Chapel. Kamu bahkan tidak ingat apa makan malam dari restoran cepat saji.

“Jangan melamun. Awas kopimu jatuh.”

Kamu tersentak. Mengangguk pelan mendengar ucapannya. Setelah berjalan-jalan sambil menunggu kalian memutuskan untuk kembali ke depan Chapel dan duduk di kursi yang disediakan. Jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam. Tiga puluh menit lagi menuju aksi kembang api untuk menyambut tahun baru.

Makin malam pun orang-orang semakin sedikit. Meskipun masih ada beberapa, tapi tidak seramai tadi. Selain karena faktor dinginnya angin malam, mereka juga lebih memilih untuk merayakan tahun baru bersama keluarga mereka. Seperti rencana awalmu dan bibimu. Sampai akhirnya surat tidak jelas dari Fyodor sampai ke depan rumahmu.

Kamu menyesap kopi. Memandang salju yang masih memenuhi Moscow sampai setidaknya empat bulan ke depan. Jalanan dan bangunan semuanya diwarnai putih. Tapi itulah Rusia. Semuanya identik dengan kata salju dan putih. Kamu dan Fyodor sudah tinggal disini selama bertahun-tahun, sudah terbiasa dengan pemandangan ini. Bahkan seluk beluk dari kota pun sudah kalian berdua ketahui.

Kamu ingin tahu kenapa Fyodor ingin pergi. Tapi kamu tidak pernah berani untuk bertanya kepadanya. Dia pasti punya alasan sendiri. Dan kamu tahu alasan apa pun itu tidak ada hubungannya denganmu.

Kamu tertawa pelan, membuat Fyodor mengalihkan pandangannya ke arahmu.

“Fyodor,”

Pria di sebelahmu menanggapi dengan mengeluarkan suara hm panjang.

“Why did  we became friends again?”

“Let's see.... It was because you throw a big chestnut at a certain kid who always picking on me and feel like a hero.”

“Did i?”

“You certainly did.”

Kalian tertawa. Entah sudah berapa lama kalian tidak tertawa bersama seperti ini.
Kamu kembali meneguk Kopi di cangkir kertas. Fyodor menghela nafasnya. Iris violetnya menatap pemandangan malam Moscow dengan pandangan kosong.

“You have always been the Hero though. Even now.”

“Really?”

“Yeah....”

Fyodor membuang cangkir kopinya ke tempat sampah. Dia melirik jam. Sudah hampir pukul dua belas. Orang-orang pun sudah mulai berkerumun di beberapa titik tertentu agar bisa melihat Kembang Api dengan baik. Kamu juga sepertinya sudah tidak sabar untuk menunggu kembang api untuk muncul.

Kamu pun ikut berdiri di sebelah Fyodor sambil menatap layar ponselmu beberapa kali. Beberapa orang mulai menghitung mundur. Tapi kamu tidak ikut menghitung seperti biasa. Kamu memilih untuk menempelkan dirimu dengan Fyodor.

“Hey Fyodor,”

“Yeah?”

“I like you.”

Fyodor tersenyum miring. Dia mengusak rambutmu dengan tangannya.

“I know.”

“I like you too.”

Entah kamu mendengarnya atau tidak karena Kembang Api sudah mulai menghiasi langit dengan warnanya. Gemericik api dengan warna berbeda memenuhi langit Moscow. Orang-orang bersahut-sahutan mengucapkan Tahun Baru. Fyodor melirik ke arahmu yang masih terpesona dengan kembang api yang masih berlangsung.

Fyodor menepuk pundakmu. Sebagai jawabannya kamu menoleh. Tiba-tiba saja wajahnya menjadi begitu dekat. Dan bibirmu terasa hangat. Hanya selama beberapa detik. Setelah itu dia kembali menatap kembang api seperti tidak terjadi apa-apa sehingga itu membuatmu bingung. Apakah itu benar ciuman darinya atau hanya pikiranmu saja.

Tapi kamu tidak sempat berpikir.

Tiba-tiba saja badanmu seperti kehilangan tumpuan untuk berdiri. Kakimu terasa hancur. Pandanganmu kabur, bercampur dengan warna merah. Matamu terasa berat. Kerongkongan dan mulutmu dipenuhi rasa metalik darah yang memuakkan. Kamu membuka mulut, berusaha memanggil nama temanmu—yang kini memandangmu dengan pandangan yang tidak bisa kamu artikan.

Pandangannya seperti orang kesakitan. Alisnya berkerut dan mulutnya membentuk sebuah lekukan sedih. Kamu tidak mengerti kenapa dia membuat ekspresi yang begitu menyedihkan. Kamu dapat merasakan Fyodor mengambil tanganmu. Dia mengusap wajahmu dengan tangan bebasnya.

“I'm sorry. It was always been a mistake.”

“Loving me was a mistake. It always been a mistake and it always be.”

Kamu tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

Mungkin benar ucapannya. Loving him always been a mistake.

But this, you didn't tell him.
That actually the Fireworks are not loud enough to make you misheard his confession beneath the same Fireworks.

꧁  F I N N  ꧂

Thank you for all the readers who have been reading and waiting for this story to be finished! I hope you enjoyed the Ending.

Thank you to PungutProject for the oppurtunity.

And big thanks for those who helped me with this story. I love you guys a lot and lots.

Thank you for supporting me and this story. May God bless you m(_ _)m

Sincerely
Maya Andrea

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top